BALADA LEMBAH DUKA
(tercipta dalam irama lagu simfoni, diaransemen oleh sahabatku Hans Tompo)
Tiba-tiba langit menjadi gelap pekat,
Jalan-jalan setapak digenangi lumpur,
Di sana,
Ada suara gemeletuk kedinginan,
Inilah balada lembah duka.
Duhai hangatnya perapian,
Bak hangatnya kasih,
Bak, kemurkaan Allah,
Di sini,
Awan gelap, hanya berupa keraguan!
Hujan badai hanya berupa ketakutan,
Petir, hanya menggetarkan sukma,
Akan segala ke tidakadilan, egoisme,
Di sana, di sini!
Lembah duka, airmata, kepiluan,
Haruslah dihangati sukacita,
Jangan menjelma kesia-siaan.
Back ground (puisi):
“Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi esok,
apakah arti hidupmu?
Hidupmu itu sama seperti uap,
Yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap”