"Kau adalah Anila Atma dunia ini !" Suara bisikan dari sosok bayangan hitam yang tak bisa dilihat dengan jelas bagaimana wujud aslinya oleh seorang pemuda. Sosok bayangan itu perlahan mulai melangkahkan kakinya dan mengulurkan tangannya menuju ke wajah pemuda itu. Ekspresi pemuda itu hanya terdiam tanpa suara bagai membisu, kedua kakinya juga mematung tak bisa digerakkan, matanya hanya bisa terbuka tanpa bisa dipejamkan sedikitpun.
Saat tangan sosok bayangan itu telah bersentuhan dengan wajah si pemuda, pemuda itu langsung merasakan panas yang dahsyat bagai api siksaan, yang tak hanya membakar sang raga namun juga membakar seluruh jiwa. Walupun rasanya amat sakit, pemuda itu tak bisa berteriak ataupun mengeluarkan suara sekali pun. Pemuda itu hanya bisa pasrah dan menerima keadaan itu, hingga akhirnya setetes darah mulai muncul dari wajahnya akibat panas yang menyiksa.
Setetes darah itu dalam waktu yang tak lama mulai berubah menjadi aliran sungai derita yang banyak. Pemuda itu mulai mencoba tuk lepas dari keadaannya ini, hingga akhirnya mulut miliknya yang membisu mulai bisa mengeluarkan seuntai kata dan suara.
"Arghhhhhh !!!" Teriak pemuda itu, menghilangkan sosok bayangan menjadi buih-buih kenangan dan membebaskannya dari dunia mimpi yang mengerikan. "Mimpi ini lagi, sebenarnya ada apa dengan diriku ini ?, mengapa mimpi buruk ini terus menghampiriku ?" Tanya Pemuda itu pada dirinya sendiri dengan nafas yang masih dia atur. Ini bukan pertama kalinya pemuda itu memimpikan sosok bayangan tadi, ini sudah yang ke lima kalinya dia memimpikannya.
Dia selalu memiliki firasat buruk saat dia memimpikannya, namun disisi lain dia juga merasakan ada firasat baik yang sedang menunggunya. Pemuda itu juga paling penasaran dengan maksud bisikan sosok bayangan yang mengatakan jika dirinya adalah "Anila Atma".
"Dakma !", Sebuah teriakan wanita terdengar difendang telinga pemuda itu.
"Iya Bu !, ada apa ?", Jawab pemuda itu dengan nada yang sopan dan nafas yang sudah mulai teratur
"Ayo turun dan sarapan !, Kamu juga ada kuliah jadwal pagi bukan ?"
"Iya Bu !, aku akan segera turun !"
Dakma langsung berhenti memikirkan bunga tidurnya itu, dan mencoba untuk memulai aktivasi di dunia nyatanya ini. Dia mulai mengambil sebuah kaos hitam yang berada di kasur dan mulai mengenakannya hingga tubuh kekarnya dan dada berbidangnya itu tertutupi.
Dakma juga merapikan rambut hitamnya yang acak-acakan itu menjadi lebih rapi supaya ibunya tak mengejek, "Kamu itu seperti orang gila saja !, punya rambut seperti habis ditiuup badai topan !". Setelah yakin rambutnya sudah cukup rapi, Dakma mulai mengambil telepon genggamnya dan berjalan menuju ke ruang makan. Dia menuruni tangga yang terbuat dari kayu jati yang membawanya dari lantai dua ke lantai satu. Sesampainya diruang makan Dakma telah disambut oleh aroma berbagai makanan yang lezat yang dimasak oleh ibu tercintanya. Mencium aroma makanan itu membuat selera makan Dakma meningkat dan ingin segera menyantapnya.
"Waaaahhhh, ibu kamu memang yang terhebat !" Puji Dakma sambil memeluk erat ibunya.
"Hmmm, tentu saja ibu hebat !, Kalau tak hebat bukan ibu namanya" Jawab ibu Dakma dengan mengelus kepala putranya itu.
"Sekarang cuci tangan mu itu dan mulai makan sarapan ini, cepat !" Perintah ibu Dakma.
Dakma langsung berjalan menuju wastafel dan mencuci tangannya. Setelah tangannya terbasuh oleh air wastafel, Dakma melangkahkan kakinya menuju meja makan yang terbuat dari keramik dan kaca itu. Tangannya menggeret sebuah kursi kecil dan duduk diatasnya. Setelah beberapa detik menyesuaikan cara duduknya supaya nyaman, Dakma menaruh beberapa makanan yang telah dimasak oleh ibunya ke sebuah piring kaca bewarna hitam. Nasi putih berbau harum, ikan tongkol asam manis, sambal cabai merah merona, telur mata sapi setengah matang, dan daging rawon dengan kuah hitam pekat telah tersaji di piring Dakma.
Es cendol, dan beberapa kue seperti putu ayu dan klepon juga telah tersedia dipiring lain 6ang lebih kecil. Ibu Dakma yang melihat anaknya makan dengan lahap merasa senang. Ibu Dakma perlahan-lahan ikut duduk disebelah anaknya itu. "Dakma, nanti jadwal kuliah kamu apa aja ?", Tanya ibu Dakma. Mulut Dakma yang sedang aksi melumat makanan yang sangat banyak berhenti sejenak.
"Aku nanti ada jadwal kuliah sejarah Bu", Jawab Dakma dengan sedikit tidak jelas
"Sejarah ?, itu pasti mata pelajaran kuliah yang menyenangkan bukan ?, ibu menjadi mengingat saat masa kuliah ibu dulu di era 90-an", Ucap ibu Dakma.
Ibu Dakma terus bercerita panjang lebar mengenai masa-masa kuliahnya yang menyenangkan. Ibu Dakma juga bercerita mengenai mata kuliah sejarah yang sangat seru. Mengungkapkan peristiwa masa lalu, mengetahui pelaku-pelaku, dan masih banyak lagi, serasa dunia ini sangat luas dan masih banyak yang belum kita ketahui.
Dakma hanya terus mendengarkan cerita ibunya itu. Dakma hanya bisa diam saat ibunya bertanya mengenai mata kuliah sejarah. Dakma hanya bisa teringat akan dosennya yang mengajar mata kuliah sejarah, Ibu Wingit, S.Pd., MA. Sejarah.
Ibu Wingit adalah seorang dosen muda, namun perilakunya sangat aneh, entah itu saat mengajar ataupun tidak. Tatapan matanya kosong, dirinya jarang berbicara seperti sengaja membisu. Saat mata kuliah sejarah dimulai, tak ada satupun para anak-anak yang berani bertanya kepada Ibu Wingit.
Walupun mereka tak paham apa yang telah ditulis oleh Ibu Wingit, mereka akan memilih tuk diam, dan mencari tahu sendiri materi yang mereka tidak ketahui. Selain itu, saat mata kuliah sejarah dimulai, ruang pelajaran terasa aneh. Hawa negatif terasa diamana-mana membuat Dakma dan teman-temannya merasakan hal-hal janggal dan ketidak nyamanan.
Kursi-kursi kosong terkadang terjatuh sendiri, jendela-jendela tertutup tanpa ada angin, dan lemari dipojok kiri belakang ruang palajaran terkadang terbuka dan tertutup sendiri. Anehnya, Ibu Wingit merasa seperti tak ada yang terjadi, dia hanya akan terus fokus dengan bukunya dan terus menulis di papan tanpa satu kata penjelasan pun.
Terkadang Dakma juga merasakan ada sosok di ruang pelajaran itu. Sebuah sosok berupa bayangan hitam yang suka berlari-larian. Entah mata Dakma mengalami sebuah halusinasi atau tidak, tapi dia selalu merasa semua hal janggal pada mata kuliah sejarah di ruang pelajaran adalah ulah sosok itu.Dakma sangat penasaran dengan semua kejanggalan ini, dia sangat ingin mengungkap semuanya dan mencari tahu sosok apa yang dibalik kejanggalan ini semua.
Namun Dakma selalu mengingat perkataan dari ibunya, Jangan mengganggunya jika kamu tidak mau di ganggu balik olehnya, sebenar dia hanya bermain saja, jadi biarkan maka dia juga akan membiarkan mu. Oleh karena itu, Dakma selalu mengurung kan niatnya itu dan mencoba untuk bersikap seperti tak terjadi apapun.