Begitulah. Selalu aku yang harus mengalah. Dan biasanya, aku luluh bila Ibu sudah bilang begitu. Kutatap mata Ibu yang redup, wajahnya yang pias, gurat kesedihan yang membayang.
Kusadari, betapa letih dan penat Ibu mengurus anak-anaknya, terutama Tina. Tubuhnya sampai kurus kering karena seluruh energi dan pikirannya tercurah pada si ‘anak lemah’ itu. Dan aku pun tak tega menambah bebannya dengan sikap pemberontakan atau perlawanan.
Orang mungkin akan iba melihatku terasing dalam keluarga. Sebagai anak bungsu seharusnya aku yang menjadi tumpuan kasih sayang orang tua. Mereka khawatir aku akan menjadi pribadi yang minder dan tertutup, karena meratapi kemalangan diri. Tapi tidak, aku tidak senaif itu.
Aku bukan seorang pencemburu atau iri hati. Aku menyadari, memang sudah nasibku harus mengalah pada kakakku. Sikap orangtuaku yang menginginkan agar aku selalu mengalah justru membuatku menjadi peka terhadap keadaan. Aku menjadi pribadi yang lebih mandiri, kuat, dan toleran.
Aku berusaha memahami dan menerima kenyataan yang ada. Aku pun berusaha melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bergantung dan mengharap bantuan orang lain. Aku berusaha mencari dan menciptakan sendiri kebahagiaan bagi hidupku.
Mungkin di rumah aku tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga, tapi aku bisa mendapatkan dari teman-teman, para tetangga, dan handai taulan. Aku menikmati duniaku dengan caraku sendiri.
Sikap easy going tanpa beban dan selalu ceria menjadikan aku pribadi yang lincah dan periang. Banyak orang menyukai diriku. Karena kepada siapa pun aku mau bergaul dan bersikap ramah. Aku mendapatkan apa yang tidak kudapatkan di rumah!
Sebaliknya, Tina yang mendapat banyak limpahan perhatian, perlindungan, dan kasih sayang dari orangtua justru menjadi pribadi yang manja, cengeng, dan rapuh. Ia tidak bisa hidup tanpa proteksi dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
Ia juga tidak peka dan rentan terhadap lingkungannya. Jika ada masalah sedikit saja ia tak henti mengeluh. Ia juga tidak tahan terhadap rasa sakit. Tersinggung oleh omongan pedas atau teguran kecil saja, ia bisa menangis seharian!