Emosi. Api.
Lilin aromatherapy di sudut meja masih menyala. Mungkin hampir semenit berlalu, aku pandangi nyala apinya.
Seperti emosi.
Jika nyalanya terlalu besar, bisa membahayakan. Jika nyalanya terlalu besar beresiko untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Namun jika redup, akan membawa gelap, dan jika mati, bisa terasa dingin.
Termenung lihat ujung sembu yang mulai memendek.
Termenung pada nyalanya yang stabil lalu berubah goyah saat angin kecil melewati.
Termenung, teringat..., dulu.
Jadi terasa getir bagiku, bahkan cerahnya mulai mengusikku. Ketika sadar, diriku di masa ini. Tidak bisa kembali ke sana.
Teman-teman yang melewati siklus semakin terasa menjauh. Dominasi yang terjadi, memenuhi hari demi hari adalah bekerja, kerja, kerja, dan lagi.
Entah bagaimana kabar masing-masing individu. Perjumpaan semakin langka, bahkan bertukar kabarpun seperti sudah terlupa. Yang begitu nyata adalah tumpukan pekerjaan di kantor bagiku.
Lalu, tentang sebulan yang dia katakan, bagai jam pasir yang sudah terbalik. Tanpa suara, terkadang tanpa disadari, waktuku terus berkurang.