Read More >>"> Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO) (Fifth Flashback, 2015 (part 2)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Aku menoleh ke asal suara.

 

 “Kalau mau ayo ke kantin,” ajaknya.

 

 “Ngga usah. Lagi ngga pengen," jawabku baik-baik. Randa pun mengangguk. Bibirnya merapat. Bukannya pergi karena aku sudah menolak ajakannya, tapi dia justru ikut berdiri di sampingku. Seakan bermaksud menemani.

 

 Jujur saja aku adalah orang yang paling sulit membuka percakapan. Kebanyakan memang lawan bicaraku yang selalu memulai, jadinya aku hanya tinggal mengikuti. Masalahnya Randa bukanlah Dinda, Jonathan, atau Eca yang bisa dengan mudah menemukan topik pembicaraan. Bisa-bisa kami berdua terus-terusan membisu padahal sedang berdiri bersebelahan. 

 

 “Oya tadi pagi,” kataku tidak terlalu yakin akan melanjutkan atau tidak, tapi tahu-tahu mulutku langsung memutuskan jawaban secara sepihak, jadi aku langsung berkata, “tadi pagi kenapa lo baris di depan? Gue sampai kaget," lanjutku yang sedetik setelahnya langsung menyesal karena bertanya hal itu. Akan tetapi, sudah telanjur. Masa bodoh dengan topik pembicaraan yang tidak jelas. Yang penting aku ingin mencairkan suasana.

 

 “Kenapa mesti kaget?”

 

 “Soalnya yang gue lihat di awalnya itu Nina, tapi tiba-tiba berubah jadi lo,” jawabku sambil tertawa gugup mengingat apa yang terjadi tadi pagi.

 

 Randa tampak berpikir. “Gue ditegur gara-gara ngobrol di belakang. Jadi gue dipindahin ke depan.”

 

 Tubuhku seolah menyusut. Bahuku melorot. Bodoh jika aku sempat mengharapkan jawaban lebih. Penjelasannya jelas lebih masuk di akal dibanding dengan yang ada dalam imajinasiku. Membuatku kehabisan kata-kata serta ide untuk melanjutkan. 

 

 “Udah?” tanyanya kemudian.

 

 Aku memandang bingung. “Udah apa?”

 

 “Cuma itu yang mau lo tanya?”

 

 “Oh,” tanganku menggaruk leher. “Iya.”

 

 “Boleh gue buat permintaan?” tanyanya menarik perhatianku. 

 

 “Boleh,” jawabku cepat, padahal aku tidak tahu permintaan macam apa yang akan dia minta.

 

  Randa mengubah posisi menjadi bersandar di pinggiran pagar. Agak lama dia melanjutkan. Membuatku bertanya-tanya sekaligus penasaran kira-kira permintaan semacam apa yang dibuat olehnya untukku. Semoga bukan sesuatu yang bisa menusuk perasaanku. 

 

 “Gue mau minta supaya lo tetap percaya sama apa yang ada di pikiran lo sekarang," katanya dan aku mengerjap. "Jangan berubah cuma karena ucapan ataupun perbuatan gue yang ternyata ngga sesuai sama apa yang lo pikirin. Soalnya gue belum bisa terlalu terang-terangan.”

 

 Speechless

 

 Aku dibuatnya dalam keadaan demikian hanya melalui kata-katanya. Menjadikan kami berdua saling memalingkan wajah untuk menyimpan senyum masing-masing. Padahal hatiku sudah melompat-lompat kegirangan.

 

 “Bisa janji ngga?” tanyanya di saat aku masih berusaha menyembunyikan rasa senangku. “Jangan berubah. Janji sama gue,” tuturnya lagi. Menuntut. Tidak sabar karena menunggu responsku yang lama. Dan untuk kali ini Randa sudah memberanikan diri melihatku. 

 

 “O-okay. Janji,” jawabku gugup. Terpaksa ikut melihatnya sambil terus menahan senyum. 

 

 “Boleh gue kasih saran lagi?” 

 

 “Saran apa?” tanyaku balik.

 

 “Senyum yang lo kasih khusus buat gue tadi pagi, gue lebih suka itu," akunya seraya mendekatkan wajahnya yang dihiasi dengan seulas senyuman tipis.

 

 Aku pun tertawa kecil. “Kayaknya ini udah terang-terangan.”

 

 “Belum,” katanya menggelengkan kepala. “Ini belum seberapa.”

 

 Ingin sekali aku segera pergi menjauhi Randa untuk berteriak atau mungkin mencubit pipi sekencang-kencangnya untuk memastikan apa ini mimpi. Bagaimana bisa dia tahu apa yang ada di dalam pikiranku? Jadi ternyata selama ini aku tidak menyimpan perasaan sendiri. Melainkan dia juga membalas perasaanku. Aku merasa lega. Seakan apa yang kuyakini selama ini tidak sia-sia. Memang belum seratus persen terbayarkan, tapi aku yakin Randa adalah tipe orang yang akan dengan segera membayar lunas. 

 

Ya ampun. Aku benar-benar senang.

 

 “Ana, ngapain sendirian? Mau ikut ke kantin ngga? Kayaknya Danu bakal lama. Soalnya dia beli camilan di luar naik motor,” ujar Yogi yang tak lama muncul setelah Randa pergi.

 

 Aku mengaitkan rambutku ke belakang telinga sambil melihat sekeliling.

 

 “Oh, gitu ya,” sahutku berusaha menyembunyikan kecanggunganku, tapi yang ada aku malah salah tingkah. Untung saja Yogi datang di saat aku sudah tidak lagi senyum-senyum sendiri. Bisa-bisa dia menganggapku tidak waras.

 

 Akhirnya aku ikut pergi ke kantin bersama Yogi. Kantin yang buka hanya lantai dasar. Jadi kami harus turun dan baru sampai di pertengahan tangga, sudah terdengar suara-suara ramai. Ada Jonathan, Rangga, Eric, juga Randa. Aku lupa kalau Randa tadi pergi ke kantin. Sekilas aku berpikir. Apakah dirinya akan marah kalau aku pergi bersama lelaki lain? Apalagi sebelumnya dia yang pertama kali mengajakku ke kantin, tapi aku menolaknya. Lantas sekarang dia malah menemukanku pergi dengan Yogi. Saat aku melihatnya pun dia langsung menunduk. Fokus membuka plastik kerupuk. 

 

 “Aduh. Barusan gue liat Danu bawa Nina, sekarang Yogi bawa Ana. Kayaknya habis ini Eca bawa Joy nih,” gerutu Jonathan dimana dirinya langsung mendapat lemparan kulit kacang dari Eric.

 

 “Ngaco. Dibawa ke mana?” 

 

 “Dibawa ke hatiku," ledek Jonathan. “Eca dateng buat nganterin Joy ke gue, maksudnya gitu.”

 

 “Masih aja ngarep lo. Cari yang serius dong,” timpal Rangga sibuk mengaduk bumbu mi goreng agar merata. Wanginya sungguh meresahkan. Membuatku lapar.

 

 “Ini juga udah serius,” aku Jonathan. Padahal aslinya, niat serius pun juga masih nol persen. “Terus, kok Randa tadi ngga bawa siapa-siapa?”

 

 Mendengar itu aku langsung diam di tempat. Yang ditanya Randa tapi aku yang kebingungan. Sampai-sampai Yogi memberikan lagi uangnya pada bapak kantin, karena aku justru termenung saat diminta uang untuk membayar.

 

 “Bawa kok. Setiap hari. Gue bawa di hati," ujar Randa tanpa diduga-duga.

 

 Suasana kantin mendadak sunyi. Bahkan suara kunyahan kacang sampai begitu nyaring terdengar. Sementara aku hanya mampu menarik napas, kemudian langsung mengembuskannya. Melirik pun tidak berani. Seketika merinding sewaktu mendengar Randa mengatakan itu.

 

 “Serius. Randa sakit kayaknya,” celetuk Jonathan menggeser posisi duduknya. Telapak tangannya terulur ke arah dahi Randa. Hendak memeriksa suhu tubuh temannya yang baru saja bicara melantur.

 

 “Bukan sakit lagi. Stres.” Eric menguatkan.

 

 “Minta dilempar siomay dia mah,” timpal Yogi menambahkan di saat siomay pesanannya sudah jadi. Sementara Randa dengan santainya melanjutkan mengunyah kerupuk. Tidak memedulikan celaan orang-orang di sekitarnya.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Tiga Meter
460      293     0     
Romance
Fika sudah jengah! Dia lelah dengan berbagai sikap tidak adil CEO kantor yang terus membela adik kandungnya dibanding bekerja dengan benar. Di tengah kemelut pekerjaan, leadernya malah memutuskan resign. Kini dirinya menjadi leader baru yang bertugas membimbing cowok baru dengan kegantengan bak artis ibu kota. Ketika tuntutan menikah mulai dilayangkan, dan si anak baru menyambut setiap langkah...
Pria Malam
773      505     0     
Mystery
Semenjak aku memiliki sebuah café. Ada seorang Pria yang menarik perhatianku. Ia selalu pergi pada pukul 07.50 malam. Tepat sepuluh menit sebelum café tutup. Ia menghabiskan kopinya dalam tiga kali tegak. Melemparkan pertanyaan ringan padaku lalu pergi menghilang ditelan malam. Tapi sehari, dua hari, oh tidak nyaris seminggi pria yang selalu datang itu tidak terlihat. Tiba-tiba ia muncul dan be...
Romance is the Hook
2936      1161     1     
Romance
Tidak ada hal lain yang ia butuhkan dalam hidupnya selain kebebasan dan balas dendam. Almira Garcia Pradnyani memulai pekerjaannya sebagai editor di Gautama Books dengan satu tujuan besar untuk membuktikan kemampuannya sendiri pada keluarga ibunya. Namun jalan menuju keberhasilan tidaklah mudah. Berawal dari satu kotak cinnamon rolls dan keisengan Reynaldo Pramana membuat Almira menambah satu ...
The Skylarked Fate
4635      1637     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Rembulan
766      426     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Drifting Away In Simple Conversation
291      201     0     
Romance
Rendra adalah seorang pria kaya yang memiliki segalanya, kecuali kebahagiaan. Dia merasa bosan dan kesepian dengan hidupnya yang monoton dan penuh tekanan. Aira adalah seorang wanita miskin yang berjuang untuk membayar hutang pinjaman online yang menjeratnya. Dia harus bekerja keras di berbagai pekerjaan sambil menanggung beban keluarganya. Mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah berpi...
Edelweiss: The One That Stays
1385      589     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
Dandelion
4381      1313     0     
Romance
Kuat, Cantik dan Penuh Makna. Tumbuh liar dan bebas. Meskipun sederhana, ia selalu setia di antara ilalang. Seorang pemuda yang kabur dari rumah dan memilih untuk belajar hidup mandiri. Taehyung bertemu dengan Haewon, seorang gadis galak yang menyimpan banyak masalah hidup.
Cinta dalam Impian
86      67     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
7221      2133     1     
Romance
Antara anugerah dan kutukan yang menyelimuti Renjana sejak ia memimpikan lelaki bangsawan dari zaman dahulu yang katanya merupakan sang bapa di lain masa. Ia takkan melupakan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya dari Wilwatikta sebagai rakyat biasa yang menyandang nama panggilan Viva. Tak lupa pula ia akan indahnya asmara di Tanah Blambangan sebelum mendapat perihnya jatuh cinta pada seseor...