Read More >>"> Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO) (The Second Letter (part 3)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Yogi kembali beraksi. Menyanggah, berkomentar, berargumen memang sudah menjadi makanannya. 

 

“Setau gue perempuan pendiam macam Wine, kalo sakit hati tuh bahaya loh. Hilangnya ngga semudah kalau Bella sakit hati.”

 

 “Loh kok jadi gue?” Bella merespons tak terima.

 

 “Yailah cuma contoh kali. Lanjut, Yog,” timpal Dinda. Masa bodoh dengan ocehan Bella. Akhirnya suasana kembali berjalan normal.

 

 Yogi begitu siap melanjutkan. Dia menegapkan posisi duduknya. Mataku pun betul-betul tertambat padanya. 

 

“Menurut gue ya … karena Wine ngga tau mau cerita sama siapa, jadinya kan bakal dia pendam terus dan itu malah ngga baik. Dan kalau model ceritanya kayak Wine tadi, gue setuju banget. Dia emang harus buka suara. Jelasin cerita yang sebenarnya. Jelasin kalau dia ngga salah. Jelasin kalau dia ngga terima dan sakit hati diperlakuin begitu sama orang-orang yang seenaknya menganggap dia demikian. Dengan begitu dia bisa tenang.”

 

 “Aku sangat setuju dengan Yogi. Dia benar,” bisik Jeff seraya memandangku dimana aku tersenyum dengan perkataannya.

 

 “Sekarang coba aja kalian pikir. Kalau kalian dituduh ngelakuin kejahatan, padahal kalian yakin ngga ngelakuin itu, kalian pasti bakal berusaha jelasin, 'kan? Dan dalam penjelasan kalian, mungkin juga akan ada pihak yang tersinggung karena dijatuhkan balik. Semacam konsekuensi. Itu menurut gue.”

 

 Kami semua terhanyut dengan penjelasan Yogi. Jujur saja aku tidak berani memilih pendapat mana yang benar dan mana yang salah. Baik Gerry maupun Yogi, keduanya bisa diterima. Aku setuju dengan Gerry karena memang pada awalnya aku sendiri mengatakan acara ini konyol. Sementara aku juga setuju dengan Yogi karena aku tahu betul apa yang dirasakan Wine, sebab aku pernah berada di posisinya. Hanya saja nasibku lebih baik. 

 

 “Minta maaflah lo berdua,” tutur Dinda mengompori. Tanpa menyebut nama, kami sudah tahu siapa dua orang yang dimaksud.

 

 “Tunggu. Bukannya tadi Wine bilang ada tiga orang ya? Satu lagi siapa?” tanya Grace.

 

"Emang iya? Kok gue ngga ngeh?"

 

"Ih, tadi waktu Wine bilang: setiap kali gue lihat wajah kalian bertiga di kelas. Itu artinya ada satu orang lagi di kelas kita."

 

  “Cowoknya, mungkin. Siapa lagi?” celetuk Tasya.

 

 “Jadi cowok yang dimaksud ada di sini? Wew,” timpal Adis antusias. Kembali bergelayut di lengan Eric.

 

 “Mending pada diem dulu deh. Harusnya sekarang ini bukan kalian yang banyak ngomong.” Randa mencoba membungkam kami dengan caranya sendiri. “Silakan jelasinlah, Kev.”

 

 Jonathan melongo. Bola matanya nyaris mencuat keluar.

 

“Siapa? Kevin? Oh my God, Kevin?” Tubuhnya sampai maju hanya untuk melihat Kevin yang duduk tak jauh darinya.

 

"Seriously?" Bella tampak tidak percaya.

 

 Dinda mencengkeram lenganku. “Kok Randa bisa tau sih? Kan seharusnya kita yang jawab!” bisiknya dengan suara menyeramkan.

 

 Aneh memang jika Randa bisa menjawab. Dia adalah orang yang paling cuek dengan hal semacam ini. Lebih tidak tahu apa pun dibanding aku maupun Dinda dan sekarang aku benar-benar kesal. Kesempatan mendapat hadiah kembali hilang. Sejak kapan lelaki cuek itu tahu? Sudah senang-senangnya aku dan Dinda mendapat klu dari Jeff dan langsung bisa menebak bahwa tokoh lelakinya adalah Kevin berkat nama Nadira, tapi akhirnya tetap saja gagal, karena sudah keduluan.

 

 “Kalau cowoknya itu Kevin, jangan-jangan mantannya itu Nadira? Bahkan sekarang Kevin udah balikan sama Nadira lagi. Kasian banget Wine,” tutur Joy memasang raut wajah kasihan.

 

 “Kok lo bisa tau, bro? Tumben," tanya Dino seolah-olah mewakiliku bertanya. 

 

 “Emangnya ada larangan untuk gue ngga boleh tau?” jawabnya ketus seperti biasa. 

 

Padahal sedang bicara dengan teman mainnya sendiri. Namanya juga Randa. Tidak mengenal siapa yang menjadi lawan bicara, tetap saja gaya bicaranya tidak bisa dikontrol. Meski begitu, ada saja orang yang menyukainya.

 

 “Itu karena Randa berada di kelas yang sama dengan Nadira.” Suara Jeff yang halus dan lembut tiba-tiba hadir membanting suara Randa. “Begitu pula aku. Mungkin dari sana Randa tahu, karena Nadira pernah membahasnya dengan beberapa orang di dalam kelas.”

 

 “Berarti dari tadi lo juga tau dong, Jeff?” 

 

 Jeff tersenyum. “Aku hanya tahu Nadira ada di dalam cerita ini. Lelaki dan orang yang menulis ceritanya aku tidak tahu.”

 

 “Cie Randa dibela Jeff," goda Eca tertawa tertahan.

 

 Ucapan Eca sangatlah tidak penting, mengganggu, dan tidak tahu situasi. Akibatnya, tanpa berpikir panjang kepalan tangan Randa langsung mendarat keras di kepala temannya itu. 

 

 Danu tampak pusing berdiri untuk memimpin acara yang kenyataannya baru berjalan dua cerita dari total lima cerita. Beberapa kali jarinya terlihat mengusap-usap dahi.

 

“Oke kalau gitu, Kevin mau ngomong sesuatu?” tanya Danu pada akhirnya. Pasti tidak terpikir olehnya jika acara ini akan mengarah pada arah yang salah. Melenceng jauh dari perkiraan.

 

 Saat ini kami haus dengan penjelasan Kevin. Namun, lelaki berkulit putih itu hanya mengunci mulut sambil menatap sayu api unggun. Sekilas kulihat Vino membisikkan sesuatu padanya, lalu diakhiri dengan tepukan pada punggung. Semacam penyemangat, mungkin.

 

 Setelah sekian menit menunggu, akhirnya Kevin membuka mulut. 

 

“Jujur aja gue ngga tau apa gue seratus persen salah atau ngga.”

 

 “Serius lo bilang begitu? Ngga punya perasaan itu namanya!” pekik Dinda dan aku tersentak.

 

 “Dinda, tolong diem dulu ya,” lerai Danu. Sebisa mungkin menjaga suasana agar tidak sepanas sebelumnya. 

 

 Kevin pun berusaha melanjutkan. Wajahnya tertekan. 

 

“Gue beneran ngga tau apa yang dialami sama Wine. Yang gue tau dia baik-baik aja. Kalaupun ternyata di baliknya dia betul-betul … menderita, seharusnya itu ngga perlu dilakuin, Sonya, Tere.”

 

 “Tapi dia sama sekali ngga kita labrak,” balas Tere membela diri.

 

Tidak tahu kenapa aku terpancing.

 

 “Dan Wine juga ngga nulis kalau dia dilabrak. Dia cuma bilang kalau dia tinggal tunggu waktu buat dilabrak. Dan kenapa dia bisa berpikir begitu? Karena sikap kalian yang makin menjadi-jadi ke dia,” kataku.

 

 Detik ini pula aku sangat menghindari tanggapan apa pun dari Sonya. Namun nyatanya, dia justru diam saja. 

 

 “Pokoknya apa pun. Hal di luar itu, yang pernah kalian lakuin ke Wine seharusnya ngga perlu," lanjut Kevin. Tidak ada yang bisa dilakukan, Tere hanya bisa menunduk sambil memuntir-muntir jari.

 

  “Sorry, Kev. Gue cuma ngga tega aja dengar cerita Nadira. Dia sahabat gue dan kalian kan pasangan yang awet banget dari kelas X. Terus tiba-tiba aja putus cuma gara-gara cewek lain.”

 

 “Ya itu masalah gue," balas Kevin mulai meninggi. "Lo ngga berhak ikut campur. Dan masalah itu memang awalnya karena gue. Gue yang coba deketin Wine di saat gue break sama Nadira," aku Kevin.

 

 Kali ini kami hanya berperan sebagai pendengar. Jadi ternyata benar yang diceritakan oleh Wine. Dia yang didekati, tapi dia yang justru disalahkan. Sekarang ini barulah aku merasa bahwa apa yang terjadi pada Wine tidak bisa disamakan dengan apa yang terjadi padaku dan Jeff. 

 

 “Oke, gue akuin kalau gue salah," sambung Kevin. "Gue minta maaf. Gue bener-bener ngga tau kalau Wine masih ingat masalah itu.”

 

 “A woman's heart is a deep ocean of secrets. Quote by Titanic, by the way. Jadi menurutku tidak salah kalau kamu tidak tahu, Kevin. Tapi hal seperti itu diharapkan jangan sampai kembali terulang, karena kamu tidak pernah tahu kapan lautan akan mengamuk.” 

 

 Suasana menjadi hening. Semua pasang mata yang tadinya terpaku pada Kevin, langsung berganti arah menuju seorang lelaki yang duduk di sebelah kiriku. Tadi itu merupakan bentuk kalimat di akhir cerita yang sangat baik dan itu dilakukan oleh seorang Jeff. Spontan, tapi cukup membuat kami tertegun. Begitu terdengar damai juga menenangkan.

 

Aku berharap setelah ini Kevin, Tere, serta Sonya datang pada Wine untuk meminta maaf. Akan lebih baik jika Nadira ada di sini dan ikut serta, tapi hal itu jelas mustahil. Aku juga berharap semoga perasaan Wine bisa kembali tenang. Tidak perlu ada dendam yang harus dia simpan lagi, karena semuanya telah berakhir malam ini.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tumpuan Tanpa Tepi
6629      2537     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Under The Moonlight
1424      785     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Aku Menunggu Kamu
102      91     0     
Romance
sebuah kisah cinta yang terpisahkan oleh jarak dan kabar , walaupun tanpa saling kabar, ceweknya selalu mendo'akan cowoknya dimana pun dia berada, dan akhirnya mereka berjumpa dengan terpisah masing-masing
Rumah (Sudah Terbit / Open PO)
2177      982     3     
Inspirational
Ini bukan kisah roman picisan yang berawal dari benci menjadi cinta. Bukan pula kisah geng motor dan antek-anteknya. Ini hanya kisah tentang Surya bersaudara yang tertatih dalam hidupnya. Tentang janji yang diingkari. Penantian yang tak berarti. Persaudaraan yang tak pernah mati. Dan mimpi-mimpi yang dipaksa gugur demi mimpi yang lebih pasti. Ini tentang mereka.
Premium
MARIA
5099      1858     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
EPHEMERAL
92      84     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
The Black Heart
841      440     0     
Action
Cinta? Omong kosong! Rosita. Hatinya telah menghitam karena tragedi di masa kecil. Rasa empati menguap lalu lenyap ditelan kegelapan. Hobinya menulis. Tapi bukan sekadar menulis. Dia terobsesi dengan true story. Menciptakan karakter dan alur cerita di kehidupan nyata.
Of Girls and Glory
2533      1201     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
Si Neng: Cahaya Gema
96      86     0     
Romance
Neng ialah seorang perempuan sederhana dengan semua hal yang tidak bisa dibanggakan harus bertemu dengan sosok Gema, teman satu kelasnya yang memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka bersama walau dengan segala arah yang berbeda, mampu kah Gema menerima Neng dengan segala kemalangannya ? dan mampu kah Neng membuka hatinya untuk dapat percaya bahwa ia pantas bagi sosok Gema ? ini bukan hanya sede...
Tulus Paling Serius
1491      631     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?