Isma sedang sibuk membaca novel yang baru ia beli seminggu yang lalu. Matanya menelusuri setiap kata yang ditulis di dalam novel tersebut, tampaknya cerita yang dibaca nampak seru hingga ia tidak sempat untuk menoleh sedetik saja dari buku didepannya. Ditambah suasana di rumahnya yang sepi membuat Isma semakin larut di dalamnya. Isma adalah gadis yang masih duduk di kelas XI di sebuah SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan. Ia adalah gadis dengan mempunyai kulit sawo matang, berhidung mancung ,di pipi sebelah kanan terdapat lesung pipit yang membuatnya dia manis. Sikapnya yang periang membuat ia mempunyai sifat yang hangat bagi semua yang mengenalnya. Satu hal yang melekat di dalam diri Isma yaitu pecandu hewan yang namanya kucing. Hewan lucu satu itu memang memiliki daya tarik bagi Isma, sejak kecil ia selalu diajak bermain dengan ayahnya.
Teringat saat masa kecilnya, ayahnya yang mengenalkannya pada sosok hewan berbulu dengan wajah yang menggemaskan, awalnya ia takut-takut untuk mendekatinya, tetapi ketika melihat ayahnya mengelus lembut bulu kucing tersebut, segera ia memberanikan diri untuk menyentuh hewan itu. Dan ternyata kucing itu tidak memberontak dan memberikan tatapan lucu yang membuat Isma segera menyukai hewan yang bernama kucing. Sejak saat itulah ia menjadi pecandu hewan kucing, ia tidak membeda-bedakan kucing domestik dengan kucing ras, baginya yang namanya makhluk hidup tetap diberi kasih sayang.
Isma punya satu kucing ras persia yang bernama Snowi, bulunya yang halus dan lembut ditambah warnanya yang putih seakan cocok dengan namanya yang berarti salju. Asal mulai Snowi ada dirumah Isma adalah ketika gadis tersebut mengunjungi toko hewan, dan disana ada satu kucing yang sedang tidur, ia merasa kasihan karena hanya kucing itu yang belum ada orang yang membelinya, segera ia membeli Snowi saat masih kecil hingga dirawat sampai tumbuh besar. Itulah cerita asal muasal Snowi yang sudah menjadi hewan peliharaan Isma. Kini, waktunya Snowi untuk makan siang di Hari Minggu yang cerah, akan tetapi majikannya masih sibuk dengan benda yang ada didepannya hingga ia tidak menyadari jika anak bulunya sedang kelaparan.
"Meooongg" panggil Snowi dengan suaranya yang cempreng dan manja untuk bisa mengalihkan perhatian kepadanya. Alhasil, Isma pun berhasil menoleh ke arah kucing kesayangannya tersebut. "Snowi mau makan ya? Aku hampir lupa. Maaf ya". Isma pun segera beranjak dari kursinya dan mengambil makanan kering untuk hewan tersebut. Di tuangkannya makanan tersebut di dalam wadah khusus yang bertuliskan Snowi. Setelah menuangkan makanan, seperti biasa ia mengelus lembut bulunya yang lebat. Akhirnya ia bisa makan dengan puas.
Isma pun segera menghampiri ke kursinya karena tidak mau penasaran dengan isi ceritanya. Ia memang suka dengan membaca cerita fiksi, banyak sekali novel yang ia koleksi di rak buku kayu. Tampak berjejer rapi beberapa buku yang ia punya. Kebanyakan dari buku tersebut memang hadiah jika ada lomba yang hadiahnya adalah novel. Lumayan daripada ia membeli dengan uangnya sendiri. Selain itu Isma juga ingin menjadi penulis novel suatu saat nanti.
Ketika sedang memusatkan perhatian kepada bukunya tersebut. Ia mendengar suara kucing yang sedang mengeong lirih. Dipasangkan telinganya baik-baik takut dia salah dengar, ternyata ia memang mendengar suara kucing.
"Duh, suara kucingnya keliatannya jauh deh. Coba gue cari siapa tau dia terjebak masalah" kata Isma bicara sendiri. Akhirnya Isma pun keluar ke teras dan mencari asal suara yang lirih tersebut. Mau tidak mau ia pun harus segera keluar dari rumahnya menuju semak semak yang sudah tinggi dan lebat. Sebenarnya Isma takut jika tiba-tiba ada ular yang menggigitnya, tapi karena ada suara kucing yang mengeong terus. Isma pun memberanikan diri untuk terus mencari keberadaan kucing yang sedang sembunyi.
"Puss, kamu dimana? Jangan takut aku akan menolongmu kok" tanya Isma kepada kucing yang belum ia temuinya. Mau tidak mau ia melangkah lebih dalam ke semak semak belukar, sambil berdoa dalam hati semoga tidak ada ular yang datang. Untungnya saat itu ia sedang memakai baju yang berlengan panjang dan celana panjang, jadi ia tidak merasa gatal saat melewati tumbuhan yang sudah tumbuh tinggi.
Dia menggerutu pelan, kenapa orang orang komplek tidak peduli dengan semak yg semakin tinggi, seharusnya ini sudah tanggung jawab warga komplek kalau semak tersebut harus segera dipangkas agar mempunyai kesan rapi dan enak dipandang.
Dia pun lekas sadar, kenapa dia malah menyalahkan tetangga tetangganya tentang masalah semak ini hanya karena dia mencari kucing yang belum ditemukannya. Dia pun terus mencari cari hingga membungkuk untuk menemukan kucing yang butuh pertolongan. Tak lama ketika ia sudah beberapa langkah, ia pun mendengar suara kucing tersebut semakin dekat. Isma yakin kalo didekat situ kucing tersebut berada, tapi ia belum juga menemukannya.
"Kenapa sulit sekali sih? " keluhnya.
Sambil menyeka peluh keringat yang keluar di dahinya, dia pun akhirnya melihat bulu coklat diantara semak yang lebat. Ia yakin kalo itu kucing yang terjebak disana dan tidak bisa keluar. Ketika ia melihat dengan seksama sepertinya kucing itu takut jika dia tidak bisa lolos dari tempat itu. Apalagi kucing itu masih kecil.
"Puusssss, sini" panggil Isma seakan akan dia bisa berkomunikasi dengan hewan yang bernama kucing. Tapi memang ia meyakini kalau dia bisa berkomunikasi dengan hewan peliharaannya, tidak peduli Snowi mengerti atau tidak.
"Meeooonggg" jawab kucing tersebut seakan tahu kalo Isma sedang berbicara dengannya. Isma pun mencoba menolong kucing coklat itu dengan sangat hati-hati takut melukai hewan tersebut. Akhirnya setelah bersusah payah, kucing itu bisa keluar dengan mudah. Isma pun langsung menggendongnya, takut ia berlari kemudian hilang lagi.
Tanpa menunggu lama, dia membawanya ke rumahnya. Agar Snowi punya teman. Kucing itu pun langsung diberi makan di wadah seadanya.
"Maap ya pus aku masih punya wadah ini, nanti aku belikan yang baru lagi untukmu".
" Snowi, kenalkan ini ada anggota baru di keluarga kita" kata Isma sambil menoleh ke arah Snowi yang masih penasaran dengan kucing baru tersebut.
"Siapa ya nama yang cocok untuk dia? Karena bulunya yg coklat aku panggil dia Coco aja"
"Snowi ini Coco. Coco kenalin ini Snowi" kata Isma sambil memperkenalkan satu sama lain. Untuk kalangan pecinta hewan kucing sebenarnya tidak ada masalah jika seorang manusia mengajak berbicara dengan kucing seolah olah bisa memahami. Entah dia mengerti atau tidak tapi itu hiburan tersendiri buat Isma.Ia pun senang karena punya dua kucing yang menemaninya. Papa dan Mama Isma juga tidak keberatan dengan adanya kucing, karena anaknya menginginkannya.