Seorang pemuda berlari menuju ke stasiun kereta. Napasnya yang sangat berat, lari yang begitu lambat, tubuhnya yang kehilangan keseimbangan, tetapi waktu yang dimilikinya sudah tidak banyak.
Alka tergesa-gesa untuk mengejar seseorang. Seseorang yang sangat penting dalam hidupnya, yang dengan bodohnya ia buang dan terlantarkan.
Shusshh!
Rel berdebu, kereta mulai memacu kecepatan. Dari jendela, terlihat sesosok gadis yang menatapnya dengan tatapan sedih.
Sudah terlambat. Ia telah pergi.
Sosok itu telah pergi meninggalkannya, selamanya. Meninggalkan Alka bersama dengan sebuah benda berharga.
Sebuah buku terawat yang tanpa sadar sudah berusia bertahun-tahun. Sebuah buku yang mencatat segala hal indah, baik, suka maupun duka.
Buku yang menceritakan kebahagiaan dan kenang-kenangan mereka. Bersama dengan orang-orang di sekitar yang bersenyum.
Sebuah buku harian.
Alka meneteskan air mata ketika membuka halaman depan. Gelapnya memdung dan gemericik air hujan meredam seluruh suara.
Ia mulai membacanya dari halaman depan. Kisah tentangnya dan Amia, sahabat sejatinya, ketika masih anak-anak.
***
Pagi yang cerah, sepasang anak kecil menaiki sepeda roda dua. Mereka dengan gembira bernyanyi lagu kanak-kanak.
"Al, ke mana tujuan kira hari ini?"
"Hehe, kamu akan terkejut, Ami," ucap Alka lalu mengabaikan seluruh pertanyaan Ami sambil tersenyum.
Tujuan mereka pergi ke sebuah taman bermain. Taman bermain yang baru saja buka dan Alka mendapatkan sepasang tiket dari orang tuanya untuk bermain bersama Ami.
Sesampainya di sana, mereka langsung memasuki taman bermain. Amia menatap kagum pemandangan indah di hadapannya.
Setelah berjalan beberapa saat, Alka tertarik dengan roller coaster yang terlihat seru. Ia mengajak Ami untuk menaikinya, tetapi Ami takut untuk naik roller coaster.
"Tidak Al, itu menakutkan!"
"Ayolah. Tidak apa, aku bersamamu!" Alka memberikan senyuman.
Melihat senyuman dari Alka dan keinginannya untuk menaiki roller coaster, Ami memutuskan untuk menaiki roller coaster. Ia masih merasa takut, tetapi demi Al, Ami melawan rasa takutnya.
Akhirnya Ami berani menaiki roller coaster itu, tetapi tidak berakhir baik. Ia turun dengan wajah mual dan muntah di tempat yang sudah disediakan.
Alka yang melihatnya tertawa. Menyadari Ami marah, Alka segera meminta maaf.
"Tidak mau!"
"Ayolah ...," perlahan melirik ke sebuah stan.
Tiba-tiba Alka mendapatkan ide. "Jika kamu memaafkanku, aku akan memberikanmu es krim."
"Es krim!" seru Ami ketika melihat stan es krim.
Ami tersadar dan melihat ke arah Alka yang sibuk menahan tawa. Wajahnya menjadi cemberut dan berjalan ke arah stan es krim.
"Aku maafkan kamu kali ini," ucapnya menutup mata sambil berjalan.
"Iya, iya."
Ami kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh. Alka yang melihatnya tidak bisa menahan tawa.
"Huh!" Ami kembali cemberut, lalu berlari ke arah stan es krim dengan senang.
Alka heran dengan sikap Ami yang seketika berubah, ternyata ....
"Paman, es krimnya tujuh!"
"Hoi!" seru Alka syok.
"Tidak sekalian delapan saja?" tanya penjaga stan tersenyum.
"Ah, boleh tuh. Sepuluh, deh."
"Baik," ucap penjaga menyiapkan es krim.
Alka hanya bisa mematung. Belum menaiki bianglala seperti rencana, uangnya sudah habis di sini. Apalagi dengan harga es krim yang lumayan per porsinya.
***
"Huh, bikin kaget saja!"
"Hihihi, makanya jangan suka menertawai orang!"
"Itu salahmu—" Alka langsung terdiam ketika melihat Ami yang menunjuk stan es krim sambil cemberut.
Penjaga stan yang selalu tersenyum melambaikan tangan membuat suasana hati Alka semakin horror. Awalnya mereka hanya bercanda, tetapi Alka tidak ingin hal itu menjadi kenyataan.
***
Alka melangkah berbalik dengan perasaan sedih. Ia kecewa dengan dirinya sendiri yang tidak bisa mencegah Ami pergi. Ia menyesali semua sikapnya selama ini.
"Tidak, ini belum berakhir!"
Hujan mereda. Menyeberangi jalan raya yang sepi dengan air menggenang, Alka menatap langit. Langit cerah yang perlahan menjingga, memberikan semangat kepada Alka.
"Pertama, aku akan berbuat baik kepada orang-orang terdekatku. Lalu setelah itu, aku akan menemuinya kembali!"
Dengan semangat, Alka bergegas pulang. Diiringi oleh langit sore yang indah, terjadi pergantian waktu ke malam yang ditengahi oleh senja.