Ada yang aneh, pikir Gilbert. Latarnya sama seperti saat ia akan bertemu dengan Cupid, tetapi mengapa sosok di singgasana sana hanya diam? Cupid bisa saja diam dengan wujud dewasanya, tetapi ini jelas berbeda. Hawa keberadaannya terasa berbeda dan lebih menyesakkan. Seakan dipenuhi amarah yang ingin mencekik Gilbert.
“Ini adalah kali pertama aku bertemu denganku. Begini, ya rupa manusia yang selama ini bermain dengan Eros?”
Oh, pertama kali bertemu dengannya? Siapa? Ia tidak pernah bermain dengan Eros, bahkan selama ini ia menunjukkan sikap tidak suka pada dewa itu.
“Pasang mata dan lihat baik-baik. Aku Anteros, anak Aphrodite, saudara Eros dan Erotes lainnya. Kau manusia yang melukai prinsipku, kau harus dihukum.”
Setelah sosok yang bernama Anteros itu maju, Gilbert dapat melihat dengan jelas perawakannya. Rambut panjang dan rahang kokoh. Wajahnya yang menawan hampir sama seperti Eros.
Anteros dalam sosok dewasanya. Ia adalah dewa yang berkuasa di atas bumi sama seperti Eros. Ia mengawasi setiap manusia, tidak terkecuali Gilbert dan Patricia. Selama ini ia hanya melihat saja, tetapi lama kelamaan melihat perbuatan buruk yang mendukakan prinsipnya membuat Anteros merasa harus turun ke bumi.
Namun sayangnya Gilbert tidak bisa menebak tujuan pembicaraan Anteros.
Keningnya terus berkerut, menerka-nerka perbuatan apa yang telah ia lakukan.
“Eros menembakkan panah agar dua insan menjalin ikatan takdir dan aku juga berdiri disampingnya untuk memastikan ikatannya berjalan dengan baik. Aku dewa yang membenci cinta sebelah pihak. Kau yang terus menolak Maria membuatku ingin memberi pelajaran padamu.”
Gilbert melotot. “Sejak kapan ada hukuman?!” keterkejutannya tidak dapat ia tahan. Ia pikir selama ini dewa yang berkuasa atas kasih Eros hanya satu saja. Namun, ternyata ada dewa yang mengatur cinta sebelah pihak?”
Gilbert menjadi pening memikirkan hukuman apa yang dewa itu berikan padanya. Apakah ia akan diberi kutukan tidak akan pernah mendapat jodoh, tidak pernah merasakan cinta, ataukah ia langsung dibawa menuju Erebos? Apalagi Eros sempat menyinggung kisah cinta dewa bawah tanah itu, mungkinkah ia disuruh belajar disana?
Telapak tangan Anteros yang besar menyentuh pundaknya. Gilbert dapat melihat dewa itu menatapnya prihatin.
‘Tunggu, tadi ia tampaknya benci padaku. Bukankah aku selalu menolak Patricia? Mengapa tatapannya sekarang tampak mengasihaniku?’
“Anak manusia yang malang. Takdirnya akan segera dibawa menuju Hades dan kemurahan Dionisos akan lenyap. Aku bermurah hati, kuberitahukan kau satu fakta mengenai takdirmu.”
“Fakta… Apa maksudnya…?” tanya Gilbert pelan.
Sungguh ia tidak mengerti. Dari kejadian yang terjadi selama ini membuatnya pusing. Patricia memang terbukti sakit dan ia menolaknya dengan keras! Ia bahkan berkata ia tidak mau menemui gadis itu lagi. Setelah itu ia bertemu dengan saudaranya Eros. Eros rupanya memiliki saudara yang perawakannya serupa! Dan lagi, katanya ia akan membeberkan fakta. Fakta macam apa?
“Anteros, aku benar-benar tidak mengerti. Aku barusaja mengalami kejadian tidak menyenangkan. Dan sekarang fakta macam apa yang akan kau berikan?”
Anteros tampak menarik napas panjang sebelum menjelaskan. “Senjataku adalah gada dan anak panah. Namun aku tidak menembakkan panah seperti Eros. Aku mendukung cinta mutual dan membenci cinta sebelah kasih.
“Eros memiliki dua jenis anak panah. Dan kau sudah mengalami sendiri, bukan kalau Eros terutama dalam wujud cupidnya dapat menjadi jahil. Kau adalah salah satu korban kejahilannya. Dimana ia harus menembakkan dua panah emas, tetapi ia malah menembak satu panah emas dan satu panah timah. Panah emas Eros membuat targetnya jatuh cinta, sementara panah timahnya memiliki sifat kebalikannya. Eros terkadang bersikap jahil dengan melibatkan panah timah tersebut. ”
Gilbert baru mendengar hal seperti itu. Namun ia langsung berpikir, pastilah panah emas yang akan menyalurkan kekuatannya yang sesungguhnya. Dan panah timah adalah bukti kejahilannya. Ia langsung dapat mengambil kesimpulan dari penjelasan Anteros. Bahwa ia yang menerima panah timah sehingga ia bisa memiliki perasaan buruk ini kepada Patricia.
“Jadi maksudmu, ia menembakkan panah … timahnya kepadaku?”
“Benar sekali, Ray. Selama ini ia mempermainkan takdir kalian.”
Mulut Gilbert sudah membuka selebar mungkin. Ia benar-benar terkejut. Ia mengetahui bahwa Eros—atau Cupid memang jahil. Selama ini ia hanya menduga mungkin hanya sebatas perbuatan dan pertanyaan menjengkelkan seperti itu.
Namun ia sangat tidak menyangka bahkan takdirnya pun dipermainkan seperti itu!
Ia selama ini memang sudah berpikir aneh terhadap dewa romansa itu. Gilbert tidak memiliki perasaan semenjak Patricia menyukainya terang-terangan. Ia hanya berpikir mungkin ia salah satu manusia bebal. Kau tahu, manusia yang diberi tahu kebenaran namun menolak karena tidak sesuai prinsip dirinya sendiri.
Dan inilah ternyata fakta sebenarnya. Seketika Gilbert teringat dengan Patricia. Bagaimana perasaan gadis itu harus dipermainkan oleh dewa ‘cinta’.
“HAH! HAHAHAHAHA!”
Gilbert menertawakan semuanya. Betapa gigihnya usaha Cupid yang membodohi dirinya. Betapa ia selama ini dipermainkan sehingga menyakiti hati orang lain. Memang seharusnya manusia lah yang memiliki kehendak atas tindakannya sendiri.
“Jadi ini semua karena Eros, cupid aneh itu? Ia mempermainkan takdir kami?” Gilbert berdiri dan merasa dirinya hampir mengamuk.
“Dia yang mengomentari bagaimana percintaanku, tetapi ternyata mempermainkanku! T*i *nj*ng!”
Sudah tidak peduli ia mengumpat begitu kasar kepada dewa. Gilbert hanya menyalurkan rasa marah yang menguasai dirinya. Dewa yang berkuasa di atas bumi, tetapi apakah sebegitu teganya ia pada manusia yang dibawahnya?
Gilbert terpekur dalam diam. Anteros melihatnya dengan belas kasihan lantas menepuk pundaknya sekali lagi.
“Eros adalah pribadi yang sangat jahat, anak manusia. Kau pasti pernah mendengar kisah Dionisius dan Daphne bukan dari perempuan itu? Pada akhirnya Nicaea menerima balasan dengan menanggung perbuatan bejat Dionisos. Kisah kalian bahkan sangat mirip dengan Apollo dan Daphne. Panah emas dan panah timah ditembakkan dan tidak akan ada cerita yang selesai.”
Gilbert kembali mengingat memori itu. Saat itu setelah ia tengah berdiri pada teras depan kelas, Patricia menghampirinya. Patricia memperhatikannya dengan lekat sebelum akhirnya bertanya padanya. “Apakah kamu pernah mendengar kisah Hymnus dan Nicaea dari Dionysiaca dan kisah Apollo?”
Gilbert tidak tertarik untuk mencari tahu kisah-kisah dewa. Sudah cukuplah ia melihat keberadaan beberapa dari mereka tanpa perlu mencari tahu kisah lainnya. Keberadaan Eros memang ia yakini nyata karena ia merasakan setiap ucapanya ada benarnya dan sudah melihat dewa itu sejak lama. Ia juga berkali-kali melihat tampilan alam bawah serta selalu melihat Kharon ketika ia mati.
“Pada Kisah Dyonisiaca, Eros membuat Hymnus jatuh cinta pada Nicaea, tetapi Nicaea tidak pernah membalas cintanya.”
Gilbert hampir berpikir Patricia akan melanjutkan kisahnya dengan berkata ‘seperti kisah kita saja, ya.’ Namun gadis itu melanjutkan ceritanya dengan santai.
“Karena menderita, Hymus meminta Nicaea untuk membunuhnya. Pada akhirnya Nicaea mengabulkan permintaannya. Dionisos tergila-gila padanya oleh karena Eros. Dionisos mengubah air di sungai yang akan diminum Nicaea menjadi anggur. Nicaea meminum air tersebut lalu tertidur.
“Karena Dionisos marah Nicaea melenyapkan Hymnus, Dionisos akhirnya … melakukan hal yang buruk pada Nicaea… Lalu Dionisos meninggalkan Nicaea dengan ‘bakal pengikut Dionisos’.”
“Pada kisah Apollo, Eros marah karena Apollo mengejeknya. Eros menembakkan panah emas pada Apollo dan panah timah pada Daphne. Akhirnya, hanya Apollo yang merasakan cinta sementara Daphne benci. Karena tidak tahan dengan perilaku Apollo, Daphne meminta ayahnya untuk mengubahnya menjadi pohon salam.”
Patricia menatap Gilbert sebentar lalu menjadi heboh sendiri. “Hwaa maaf ya aku malah menceritakan kisah ini! Ternyata kalau diceritakan ke orang lain terdengar lebih mengerikan. Aku hanya merasa cerita ini agak sedikit mirip hehe… T-Tapi Gill jangan sampai ingin berubah jadi pohon salam, ya!”
‘Kan…’ Gilbert diam-diam mengeluh. Sudah ia duga Patricia akan mengatakan yang seperti itu.
“Ya kalau begitu buat apa diceritakan,” gerutu Gilbert kesal.
“Memangnya kalau mirip kenapa? Apa kau ingin memperingatiku sehingga dapat membalasmu dan terhindar kejadian seperti Nicaea dan Daphne?”
Patricia membelalakkan matanya. Sangat tumben Gilbert berkata lantang seperti itu. Patricia jadi tersipu malu.
“Ya kita tidak tahu masa depan dan apakah Eros berbuat seperti itu. Kau harus hati-hati apabila kau ada merasakan keberadaan Nicaea dan Apollo dalam hidupmu. Namun kalau kamu merasa takut, jadi coba saja terima cintaku yuk! Pacaran saja dulu tidak apa, nanti kamu pasti jadi menyukaiku.”
Gilbert mengabaikan perkataan Patricia, terutama ajakan gadis itu. Cupid memang menyebalkan, tetapi ia pikir Cupid tidak akan melakukan hal seperti itu pada manusia. Masih ada dewa lain selain Eros dan juga yang lebih berkuasa, pikirnya. Mungkin apabila Eros bertindak berlebihan akan ada dewa-dewa lain yang akan menegurnya.
Kenyataannya malah tidak sesuai dengan pemikirannya. Eros benar-benar melakukan hal yang membuat kehidupan campur aduk karena kejahilannya. Ia benar-benar menaruh perasaan benci pada dewa itu.
Memang benar bahwa tidak ada sosok yang serupa Nicaea dalam hidupnya. Tidak ada yang tergila-gila padanya dan melakukan hal buruk padanya. Meskipun begitu, tetap saja Eros berbuat seenaknya. Dewa namun ia masih terus berbuat kekacauan dalam dunia manusia.
“Untuk saat ini, aku akan menahan hukumanku. Aku akan mengawasimu lebih lanjut.” Suara Anteros menyadarkannya dari pemikirannya. Dewa Erotes tersebut menyudahi pertemuan mereka. Gilbert kembali pada kegelapan mimpinya.