Read More >>"> ASA (Chapter 7 : Rindu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - ASA
MENU
About Us  

Tanpa terasa sudah 3 bulan ini aku berkeliling dari satu kota ke kota lainnya bersama Bu Alisha dan ketiga rekan penulisku beserta beberapa kru produksi untuk mempromosikan novel kompilasi kami. Antusias bibliophile sangat besar. Terutama mereka yang nge fans dengan karya author favoritnya. Bu Alisha memuji kami karena ketepatan desain sampul dan tata letak sehingga feel nya terasa.

“Giliran sukses dipuji, giliran gak berhasil disambar petir. Yaelah.” gerutu Doni.

“Ada gunanya Don kamu jadi ubur-ubur kering waktu itu. Kalau gak gitu kan gak dapat motivasi kita. Sekali lagi thank you so much.” Ini pujian paling tulus dari lubuk hatiku.

What the hell !” Mulut Doni semakin manyun sementara Agung menggodanya dengan mengambilkannya penggaris. Kami pun tertawa terbahak-bahak.

“K-kak selamat ya. Kudengar dari Bu Alisha sebentar lagi kakak akan bertuna---.”

“Jadi, kamu beneran pacaran sama pengusaha, Ra?!” tanya Agung menyela Silvia.

“Ah, iya rencananya aku mau kasi tahu kalian ternyata sudah keduluan Bu Alisha-ah. Kalau gak ada halangan 2 minggu lagi. Jadi aku sekalian minta cuti.”

“Undang kami ya, Ra. Kateringnya siapin yang mahal enak donk.” rengek Doni.

“Yaelah, diundang aja cukup ini malah minta aneh-aneh.” Agung memukul punggung Doni. Aku menjelaskan bahwa undangan ini terbatas hanya untuk keluarga dan sahabat dekat. Nantinya aku juga akan menghubungi teman-teman masa SMA ku.

“D-dulu kenalnya gimana kak? C-cerita donk..” pinta Silvia diikuti Agung dan Doni.

Dijodohin lewat kencan buta yang dirancang teman SMA-ku tapi aku mengabaikannya. Kebetulan dia partner bisnis Ayah jadi pertemuan kencan buta itu bukan yang pertama kalinya buat kami. Sebelumnya juga kami gak sengaja bertemu di pesta pernikahan temanku saat acara lempar bunga. Buketnya kami berdua yang dapet tapi sayangnya dia gak inget. Heran juga sih… kalau dipikir pertemuan kami rasanya emejing!” Aku jadi tersipu sendiri.

“Lalu bagaimana kalian berkomunikasi selama ini?” tanya Doni penasaran.

Videocall, kirim-kirim hadiah ya begitu lah. Kamu iri?” godaku.

So sweet! Selamat ya, Ra! Kita berharap yang terbaik deh.” ucap Agung.

“AMIINN!!” ucap kami berempat serempak.

Beruntung acara hari ini berlangsung cepat. Dalam perjalanan pulang ke rumah, aku melihat salon Neko-nyaw masih buka. Aku mampir sebentar untuk menemui Dokter Joshua. Sudah 3 bulan ini aku belum bertemu dengannya setelah menitipkan Jasumin. Saat aku akan tour, Jasumin demam tinggi. Mau tidak mau aku menitipkannya pada Dokter Joshua. Aku rindu Jasumin. Bunyi lonceng selamat datang bergemerincing namun tidak ada pelayan yang menyambut. Apakah sudah tutup? pikirku.

“Permisi. Apakah ada orang?” Lama tidak terdengar jawaban tiba-tiba pintu masuk terbuka.

“Oh, Nona Rachel ! Anda sudah menunggu lama?” Dokter Joshua masuk dan menunduk memberi salam.

“Kupikir ada orang di dalam jadi aku masuk. Maafkan kelancangan saya.” ucapku.

“Tidak apa-apa. Saya dari apotek sebentar untuk membeli plester. Kebetulan hari ini saya bertemu kucing galak yang hobi mencakar. Jadi Anda bisa lihat kan masterpiece ini?”

“Aww.. Itu pasti sakit. Beruntung Jasumin tidak agresif saat pertama kali bertemu.”

“Itulah kenapa saya menyukai Jasumin. Dia tenang dan ramah.” Dokter Joshua membuka layar HP nya dan memasukan kembali ke saku. “Anda tidak memberi kabar kapan akan kembali. Sekarang Jasumin ada di rumah saya. Jika Anda memberi saya kabar tentu saya akan membawa Jasumin ke salon terlebih dahulu.”

“Tidak masalah. Saya akan menjemput Jasumin. Kebetulan saya membawa mobil.”

“Anda bisa memarkir mobil Anda disini saja. Nanti saya yang akan mengantar Anda pulang dan pergi. Sebentar saya matikan dulu lampu-lampunya.”

Di perjalanan, Dokter Joshua menceritakan bahwa Jasumin sangat sedih. Setiap malam selalu menangis. Ditambah Jasumin mogok makan. Butuh waktu berhari-hari Dokter Joshua menghibur hati Jasumin. Karena itu Jasumin dibawa ke rumah Dokter Joshua. Disana Jasumin tidak sendirian karena ada berbagai hewan peliharaan. Selain itu, ada nanny yang akan mengawasi mereka ketika siang hari. Dokter Joshua juga menemani Jasumin hingga tertidur.

“Apa penyebab Jasumin menjadi seperti itu?” tanyaku.

“Mungkin ada yang mengganggu perasaannya. Seperti tidak suka akan sesuatu, merasa kehilangan, atau trauma akan suatu hal. Saat ini kondisinya sudah stabil. Jadi kita bisa ambil tindakan berikutnya setelah Anda melihat kondisinya.”

Rumah Dokter Joshua sangat luas. Meskipun tidak bertingkat dua namun proporsi halamannya lebih besar daripada bangunannya. Arsitektur khas Jepang langsung terasa begitu memasuki halaman. “Rumah Anda sangat asri.” pujiku.

Arigatou gozaimasu. Mari, Jasumin sudah menunggu Anda. Kita bisa berkeliling bersama nanti.” Dokter Joshua memanduku memasuki rumahnya. Di tengah-tengah pemisah antara ruang tamu dan ruang makan ada taman yang dialiri air terjun buatan. “Rupanya hal ini yang membuat Anda merasa nyaman saat di rumah.”

Mee-oo-uuww… Mee-o-uuww

Ah ! Sudah lama aku tidak mendengar suara Jasumin. “Kemarilah !” seruku. Jasumin melompat ke arahku dan kami berpelukan cukup lama. Jasumin berbau harum seperti bayi. Bulunya bahkan lebih lembut daripada saat bersamaku. Rupanya Dokter Joshua merawat Jasumin dengan sangat baik.

“Mari kita berbicara sambil berkeliling halaman.” ajak Dokter Joshua.

“Jasumin sepertinya nyaman bersama dengan Anda. Makanya saya kaget ketika dia menunjukkan ketidaksukaan kepada calon tunangan saya.” Aku menceritakan kejadian yang terjadi selama Bastian bertemu dengan Jasumin.

“Saya tahu orang yang memiliki alergi akan memunculkan penolakan secara alami dari tubuhnya terhadap objek penyebab. Calon tunangan Anda perlu pendekatan khusus. Anda bisa mendekatkan mereka dengan tatapan ringan dan interaksi tanpa perlu menyentuh. Misalnya video call? Mungkin Jasumin bisa menjadi relaks ketika bertemu langsung nantinya.”

Aku mengangguk mendengar saran Dokter Joshua. Sebelum pulang, Dokter Joshua memberiku sebuah kalung berinisial ‘R’ sebagai hadiah pertunanganku. “Selamat atas pertunangannya, Nona. Maaf karena mungkin hari ini pertemuan terakhir kita.”

“Anda mau kemana?” tanyaku. Tanpa sadar, air mataku mulai menggenang.

“Saya ada perjalanan dinas ke Perancis bersama tim jagawana untuk memeriksa kesehatan hewan di alam liar. Saya menunggu Anda pulang agar bisa berpamitan. Jangan sedih, Nona. Saya akan selalu ada saat Anda kesusahan. Jika merindukan saya, Anda bisa memakai kalung ini. Semoga Anda berbahagia selalu.” Dokter Joshua menepuk bahuku.

“Terima kasih. Saya juga mengharapkan Anda selalu bahagia. Hati-hati di jalan.”

Dokter Joshua mengantarku kembali ke salon. Setelah itu, ia kembali pulang setelah memastikan aku masuk mobil. Di perjalanan pulang entah mengapa hatiku terasa hampa. Seperti seekor kucing yang ditinggal induknya. Selama ini Dokter Joshua selalu berhasil memberikan solusi atas masalah yang kualami. Termasuk masalah kesehatan Jasumin.

Mee-o-uww

Jasumin yang duduk di pangkuanku berusaha menghiburku dengan menjulurkan kepalanya ke lenganku. Seolah ia juga ikut merasakan kesedihan karena kepergian Dokter Joshua. Namun aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Aku tidak ingin mengecewakan calon tunanganku yang bersabar menungguku selama 3 bulan ini. Aku menelepon Ayah dan Bastian, namun nomor mereka sama-sama tidak aktif. Akhirnya, sampai juga aku di rumah.

Tok tok tok… Tok tok tok

Kenapa sepi? Apa Ayah tidak ada di rumah? Pintu juga tidak dikunci. Aku masuk dan meraba-raba saklar lampu karena ruangan sangat gelap. Padahal hari masih sore. Tiba-tiba..

Klik

Lampu-lampu kecil dalam jumlah banyak memenuhi seluruh ruangan. Lampu ruang utama menyala tepat setelah letusan kertas kelap kelip memenuhi ruangan. Tampak Ayah, Bastian, Robin, dan Anya meneriakan ucapan selamat datang. Aku terharu dengan kejutan yang mereka berikan. Aku memeluk mereka satu per satu.

“Selamat atas kesuksesan novelmu. Semoga ke- HACIH! jadi terken- HACIH!

“Astaga ! An ambilkan tisu di tasmu.” pinta Robin ke Anya.

Jasumin ! Ya, ampun aku lupa kalau Bastian sangat sensitif dengannya. Segera aku membawa Jasumin ke dalam kamarku dan memintanya untuk tetap tinggal di kamar sampai acara berakhir. Aku kembali turun dan mendapati bersin Bastian reda.

“Nah karena situasi sudah kondusif, mari kita rayakan kepulangan Rachel dengan makan makanan enak.” Ayah mencairkan suasana yang kaku menjadi riang kembali. Aku juga menceritakan bahwa sebentar lagi aku dan Bastian akan bertunangan. Robin dan Anya kaget mendengarnya dan bersyukur karena aku sudah tidak lagi single. “Sebentar lagi kita akan menerima undangan pernikahan, Rob !” seru Anya kepada suaminya.

Sorry kepo.. PDKT nya kapan nih kok tiba-tiba sudah mau tunangan?” tanya Robin.

“Dari sebelum Anya kenalin kami di kencan buta itu sebenarnya kami sudah saling tahu dan ketemuan. Makanya waktu Anya bilang namanya Rachel, aku berharap Rachel anak Tuan Hermawan yang dijodohin ke aku. Ternyata takdir setuju sama permintaanku.. hehehe…” Bastian tidak dapat menyembunyikan rasa senang dan malu-malunya saat menceritakan pertemuan kami. “Kami bisa bertemu juga berkat jasa kalian dan Tuan Hermawan. Terima kasih.” ucap Bastian seraya menundukkan kepala.

“Bahkan Bastian cukup sabar meladeni aku yang super sibuk ini loh. Sabar menanti jawabanku. Mungkin karena kesabarannya itu yang membuat aku luluh menerima lamarannya.”

“Ciiee.. yang lagi kasmaran! Hahaha…” Ayah, Robin, dan Anya meledek kami berdua.

Kali ini Ayah tidak bisa memasak karena mengeluh pinggangnya sakit. Jadi makanan yang kami nikmati saat ini adalah makanan dari restoran rekomendasi Bastian. Tetap enak meskipun menurutku lebih enak masakan Ayah. Robin dan Anya berpamitan pulang terlebih dahulu. Aku menyuruh Ayah untuk beristirahat saja dan membiarkan aku dan Bastian yang bersih-bersih.

“Kamu kok gak cerita ke Robin dan Anya kalau pertemuan pertama kita di pesta pernikahan Cecilia?” tanyaku iseng padanya.

“Hehe.. iya ya. Tapi waktu itu kita sama-sama lupa kejadian jelasnya. Jadi aku ceritakan saja pertemuanku yang paling aku ingat. Untung saja kamu ikut Ayahmu waktu pertemuan bisnis itu. Jadi doaku ke Tuhan terkabul deh.” Bastian tersenyum malu-malu.

“Terima kasih, kamu sudah mau sabar menunggu jawaban dariku. Selama menunggu, aku juga melihat ketulusanmu yang besar untuk keluarga.”

“Jadi sekarang kamu jangan jauh-jauh lagi ya?” rajuk Bastian seperti anak kecil.

“Tergantung jadwal dari manajemen hehehe.. Nah, Bastian apa yang ingin kamu ucapkan padaku tadi?” Karena ia terus bersin-bersin tadi sehingga aku tidak mengerti apa yang dikatakannya dan aku sangat penasaran.

“Hmm.. aku merindukanmu?” godanya.

“Bukan itu ! Saat bersin-bersin tadi kamu mengatakan sesuatu. Apa itu?”

“Ah ! Semoga Anda menjadi penulis yang semakin terkenal?”

“Benarkah hanya itu?” tanyaku. Sepertinya banyak yang ingin ia sampaikan tadi.

Bastian mengangguk. Ia memelukku dan mengatakan terima kasih sudah mau menerima lamaran darinya. Aku pun tersenyum dan membalas pelukannya. Aku juga berterima kasih karena ia mau direpotkan untuk mencari vendor terbaik untuk acara kami.

“Bukan hal yang sulit. Aku tahu kita sama-sama sibuk. Oleh karena itu, aku bersedia membantumu supaya kamu tahu aku akan selalu ada untukmu.”

“Gombal ! Lalu kapan kita akan fitting baju dan menemui vendor acara?” tanyaku.

“Tiga hari lagi. Jadi sekarang istirahatlah dulu. Aku pulang ya, bye !” Bastian mencium keningku lalu berpamitan kepada Ayah. Aku mengeluarkan banyak pakaian kotor dari koper dan memasukkan ke dalam mesin cuci. Setelah membereskan isi tas dan koper aku pun bersiap-siap naik ke kamar. Tiba-tiba sebuah kotak merah terjatuh dari dalam saku ketika aku menaiki tangga. Ah ! Hadiah dari Dokter Joshua.

Aku masuk ke kamar dan duduk menghadap meja riasku. Aku membuka kotak itu perlahan dan sebuah kalung indah melingkar di dalamnya. Kalung dengan liontin huruf R tegak bersambung yang dipermanis butiran berlian. Lalu aku melingkarkan kalung itu ke leherku dan mengaitkannya. Indah sekali.

Mee-o-uww

“Kamu suka, Jasumin? Ini hadiah dari Dokter Joshua. Sekarang ia akan berada di Perancis dan tidak tahu kapan akan kembali. Semoga ia sehat selalu.” Jasumin menyandarkan tubuhnya ke arahku sambil memainkan kotak perhiasan itu. Lalu rasa sedih kembali menguasai diriku. Terima kasih hadiahnya, Dokter Joshua. Aku harap kita bisa bertemu lagi di kesempatan yang lebih baik. Aku dan Jasumin akan selalu merindukanmu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
2414      928     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...
Dear N
3466      1411     18     
Romance
Dia bukan bad boy, tapi juga bukan good boy. Dia hanya Naufal, laki-laki biasa saja yang mampu mengacak-acak isi hati dan pikiran Adira. Dari cara bicaranya yang khas, hingga senyumannya yang manis mampu membuat dunia Adira hanya terpaku padanya. Dia mungkin tidak setampan most wanted di buku-buku, ataupun setampan dewa yunani. Dia jauh dari kata itu. Dia Naufal Aditya Saputra yang berhasil m...
Orange Haze
351      244     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
The Flower And The Bees
2712      1324     9     
Romance
Cerita ini hanya berkisah soal seorang gadis muda keturunan Wagner yang bersekolah di sekolah milik keluarganya. Lilian Wagner, seorang gadis yang beruntung dapat lahir dan tumbuh besar dilingkungan keluarga yang menduduki puncak hierarki perekonomian negara ini. Lika-liku kehidupannya mulai dari berteman, dipasangkan dengan putra tunggal keluarga Xavian hingga berujung jatuh cinta pada Chiv,...
Premium
Dunia Tanpa Gadget
9088      2558     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Mendung (Eccedentesiast)
5420      1661     0     
Romance
Kecewa, terluka adalah hal yang tidak bisa terhindarkan dari kehidupan manusia. Jatuh, terpuruk sampai rasanya tak sanggup lagi untuk bangkit. Perihal kehilangan, kita telah belajar banyak hal. Tentang duka dan tentang takdir yang kuasa. Seiring berjalannya waktu, kita berjalan maju mengikuti arah sang waktu, belajar mencari celah kebahagiaan yang fana. Namun semesta tak pernah memihak k...
Si Neng: Cahaya Gema
106      95     0     
Romance
Neng ialah seorang perempuan sederhana dengan semua hal yang tidak bisa dibanggakan harus bertemu dengan sosok Gema, teman satu kelasnya yang memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka bersama walau dengan segala arah yang berbeda, mampu kah Gema menerima Neng dengan segala kemalangannya ? dan mampu kah Neng membuka hatinya untuk dapat percaya bahwa ia pantas bagi sosok Gema ? ini bukan hanya sede...
RIUH RENJANA
347      266     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
To the Bone
128      119     1     
Romance
Di tepi pantai resort Jawel palace Christian mengenakan kemeja putih yang tak di kancing dan celana pendek seperti yang iya kenakan setiap harinya “Aku minta maaf tak dapat lagi membawa mu ke tempat- tempat indah yang ka sukai Sekarang kamu kesepian, dan aku benci itu Sekarang kamu bisa berlari menuju tempat indah itu tanpa aku Atau kamu bisa mencari seseorang pengganti ku. Walaupun tida...
Heliofili
1729      873     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama