Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rekal Rara
MENU
About Us  

"Bang Rekal abis dari mana?" tanya Reva yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Rekal.

Rekal yang sedari tadi sedang memperhatikan obat di tangannya pun langsung terkejut.

"Reva? Kenapa kamu gak ketuk pintu dulu, sih?" tanya Rekal yang agak risih.

Reva pun cengengesan, "Maaf bang... Reva mau cepet-cepet menghindar dari mamah, makanya langsung masuk ke kamar abang tanpa ketuk dulu."

Rekal pun mengangguk dan langsung melempar obatnya ke bawah kolong tempat tidur dengan gerakan yang cepat sembari berbicara dengan Reva agar Reva tidak curiga.

"Owh gitu. Emang mamah kamu itu kenapa lagi?"

Reva mendengus, "Aku di suruh ikut pergi arisan nanti malam sama mamah. Ya aku nggak mau lah, males, banyak ibu-ibu rempong yang memamerkan kekayaan mereka."

"Bener tuh, padahal yang kaya kan suaminya, merekanya mah cuman kecipratan aja," ucapnya sembari tertawa hambar.

Reva terdiam. Ia berpikir kalau mamah nya juga termasuk.

"Mamah aku juga kayak gitu ya, bang?"

"Menurut kamu?" ucap Rekal yang bertanya balik, "Tanpa perlu abang jawab, kamu pasti udah tau jawabannya, kan?"

Diam. Reva mendadak diam. Dan pada akhirnya, Reva berjalan mendekati Rekal.

"Abang"

Rekal hanya menaikkan kedua alisnya sembari memegang ponsel.

"Reva minta maaf karena kelakuan mamah yang jahat banget sama keluarga ini. Jujur, Reva juga kaget setelah tau ini semua sendiri. Reva ngerasa bersalah sama abang, karena mau bagaimana pun, Reva ini anak kandung mamah Reva yang abang benci." ucap Reva panjang lebar.

Rekal yang mendengar permintaan dari Reva pun terkejut.

"Hey.. kenapa Reva yang minta maaf? Kan Reva nggak salah, yang salah itu mamah kamu, bukan kamu, Reva." jelas Rekal.

Reva menunduk malu sembari memainkan jari-jari nya.

"Justru itu. Karena Dia mamah Reva, makanya Reva minta maaf sama abang. Bahkan kayaknya nggak cukup kalau belum minta maaf sama Almh. mamah Abang."

Rekal menghela napasnya, "Denger ya Reva! Kamu itu nggak salah, kamu nggak pernah salah disini. Yang salah adalah papah abang dan mamah kamu. Jadi, kamu nggak perlu minta maaf dengan kesalahan yang di perbuat sama mamah kamu."

"Tapi bang, karena mamah Reva, abang sama papah gak pernah akur. Mamah Reva selalu menghasut papah supaya benci dan tambah nggak suka sama abang. Dan aku tuh malu banget bang. Aku nggak bisa berbuat apa-apa supaya hubungan abang dan papah baik-baik aja."

"Sebenernya sih tanpa di hasut mamah kamu juga papah udah nggak suka sama abang. Secara kan abang adalah penyebab mamah kandung abang meninggal saat melahirkan abang."

Reva menggeleng, "Abang gak salah. Harus berapa kali sih aku bilang kalau abang gak salah? Itu udah takdir, bang. Dan lagi pula sikap papah yang membenci abang nggak akan ada gunanya, karena itu gak akan bisa ngebuat mamah kandung abang hidup lagi."

Rekal mengangguk. Jujur, berat sekali jika harus mengungkit soal kematian mamahnya.

"Iya, kamu benar. Tapi, apakah papah berpikiran sama kayak kamu? Enggak, kan? So, nggak ada gunanya kamu ngomong itu ke abang. Kalau kamu berani, silakan sampaikan itu langsung ke papah."

"Itu masalahnya. Reva belum ada keberanian yang penuh untuk ngomong kayak gitu ke papah. Karena, di mana-mana selalu ada mamah di samping papah. Aku gak bisa ngomong berdua doang sama papah," ucap Reva.

"Dan lagi pula, Reva nggak deket sama papah. Jadi susah buat ngomong," lanjutnya.

"Ya udah, gak usah ngomong. Lagian gak ada gunanya kamu ngomong kayak gitu ke papah."

"Iya sih," ucap Reva yang mendengus.

Mereka kembali terdiam. Rekal yang sibuk dengan ponselnya sedangkan Reva yang sibuk dengan isi pikirannya.

 Sampai akhirnya, Reva menatap Rekal yang terlihat berbeda.

"Kok abang hari ini kayaknya pucat banget?" tanya Reva.

Rekal yang di tanya seperti itu pun langsung terkejut dan berusaha untuk menetralkan jantungnya.

"H-hah? abang nggak apa-apa, kok."

Reva kembali melihat Rekal dengan seksama, "Tapi, kayaknya muka abang gak mendefinisikan baik-baik aja, sih."

"Ah cuman kecapekan, lagian abang mau istirahat nih, kamu malah masuk."

Reva langsung terkejut, "Hah? Reva ganggu dong? maafin Reva deh."

"Hmm"

"Ya udah, Reva ke kamar dulu. Kalau ada apa-apa, telepon Reva aja ya, bang." Setelah itu Reva pun langsung pergi dari kamar Rekal.

Rekal langsung beranjak dari kasur dan mengunci pintu kamarnya. Dan Ia langsung mengambil obat yang tadi Ia lempar ke bawah kolong kasur.

Lama Ia menatap obat itu.

"Gue minum obat atau enggak usah ya?" ucapnya bermonolog.

Rekal langsung memutar memori saat dokter itu berbincang dengannya.

"Penyakit kamu ini sebenarnya bisa saja sembuh. Asalkan papah kamu tidak melakukan hal yang sama lagi berulang kali."

Rekal langsung tertawa hambar, "Nggak ada gunanya gue hidup. Papah memang menginginkan gue mati, kan? Jadi, kenapa gue harus tetap hidup?"

Tapi, Rekal kembali ingat dengan Rara. Wanita yang sudah Ia jadikan sebagai rumahnya.

"Tapi, Rara gimana? Apa Rara bisa hidup tanpa gue?" ucapnya. "Ah, pasti bisa. Gue kan bukan siapa-siapanya."

Rekal sedang menghadapi masalah yang kelihatannya sangat rumit.

...

"Pokoknya gara-gara lo! Inget ya, gue gak mau lagi ngikutin rencana busuk lo itu." ucap Rere kepada seseorang yang berada di depannya.

"Why? cuman baru digituin aja udah nyerah." ucap wanita yang bernama Charmila.

Ya, sekarang sudah ada Rere, Mila dan Zia di sebuah cafe.

"Heh! awalnya gue ngikutin rencana busuk lo itu karena gue iri dengan kedekatan antara Rekal dan Rara. Tapi, setelah kejadian tadi pas di sekolah, gue langsung sadar kalau Rekal udah cinta mati sama Rara," ucap Rere.

"Dia masih aja mau ngejar Rara, padahal Rara itu udah mati rasa. Dan gue sadar kalau apa yang gue lakuin itu salah. Awalnya gue rasa ini jalan yang benar supaya gue dan Rekal bisa deket lagi kayak dulu. Tapi ternyata salah, gue akan berusaha untuk merelakan Rekal dengan orang yang dia cintai," lanjut Rere.

Mila langsung mengepalkan tangannya di bawah meja, "Gampang banget nyerah sih lo?"

"Bukan nyerah. Tapi, gue belajar ikhlas. Buat apa gue berusaha untuk dapetin Rekal, kalau Rekal aja suka sama wanita lain."

"Mencintai itu gak harus memiliki," lanjutnya.

"Gak usah sok-sok an ikhlas deh lo," ucap Zia.

"Heh tapal kuda! gue tau nih, kalian berdua sengaja ya bikin gue seolah-olah buruk di mata Rekal, supaya saingan kalian cuman Rara. Dan gue tau nih, kayaknya lo, Mil, suka ya sama Rekal?"

Mila langsung terdiam. Dan Rere menatap Mila tak percaya.

"Gila. Lo beneran suka sama Rekal?" ucap Rere yang tak percaya. "Jadi, lo sengaja jadiin gue sebagai kambing hitam? Biar gue keliatan buruk dan salah di mata Rekal, gitu?"

Rere sudah mulai naik pitam, "GILA LO BERDUA! GUE PIKIR, KALIAN MEMANG MAU BANTUIN GUE KARENA TULUS, TAPI TERNYATA ADA MAKSUD LAIN, YA?"

Mila dan Zia saling menatap. Mereka bingung harus jawab apa.

"Inget ya! gue memang awalnya ikutin rencana lo, tapi, sekarang nggak akan! Gue nyesel udah ikut rencana jahat kalian," ucap Rere.

"Dan inget ya! Kalau sampai lo ada niat jahat sama Rekal ataupun Rara lagi, gue nggak akan segan-segan buat bongkar kebusukan kalian berdua ke satu sekolah, PAHAM?!" lanjutnya.

Mila dan Zia langsung mengangguk pelan. Dan Rere pun langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

"Gila, Rere galak juga," ucap Zia.

Zia pun langsung menatap Mila, "Lo kenapa?"

"Bener juga apa kata Rere, mencintai itu gak harus memiliki."

Zia pun terdiam.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tentang Hati Yang Patah
494      363     0     
Short Story
Aku takut untuk terbangun, karena yang aku lihat bukan lagi kamu. Aku takut untuk memejam, karena saat terpejam aku tak ingin terbangun. Aku takut kepada kamu, karena segala ketakutanku.bersumber dari kamu. Aku takut akan kesepian, karena saat sepi aku merasa kehilangan. Aku takut akan kegelapan, karena saat gelap aku kehilangan harapan. Aku takut akan kehangatan, karena wajahmu yang a...
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
671      456     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
A - Z
2851      979     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Violet, Gadis yang Ingin Mati
5215      1640     1     
Romance
Violet cuma remaja biasa yang ingin menikmati hidupnya dengan normal. Namun, dunianya mulai runtuh saat orang tuanya bercerai dan orang-orang di sekolah mulai menindasnya. Violet merasa sendirian dan kesepian. Rasanya, dia ingin mati saja.
Peran Pengganti; Lintang Bumi
1439      677     10     
Romance
Sudah banyak cerita perjodohan di dunia ini. Ada sebagian yang akhirnya saling jatuh cinta, sebagian lagi berpisah dengan alasan tidak adanya cinta yang tumbuh di antara mereka. Begitu juga dengan Achala Annandhita, dijodohkan dengan Jibran Lintang Darmawan, seorang pria yang hanya menganggap pernikahannya sebagai peran pengganti. Dikhianati secara terang-terangan, dipaksa menandatangani su...
Everest
1796      748     2     
Romance
Yang kutahu tentangmu; keceriaan penyembuh luka. Yang kaupikirkan tentangku; kepedihan tanpa jeda. Aku pernah memintamu untuk tetap disisiku, dan kamu mengabulkannya. Kamu pernah mengatakan bahwa aku harus menjaga hatiku untukmu, namun aku mengingkarinya. Kamu selalu mengatakan "iya" saat aku memohon padamu. Lalu, apa kamu akan mengatakannya juga saat aku memintamu untuk ...
Iskanje
5222      1422     2     
Action
Dera adalah seorang mahasiswa pindahan dari Jakarta. Entah takdir atau kebetulan, ia beberapa kali bertemu dengan Arif, seorang Komandan Resimen Mahasiswa Kutara Manawa. Dera yang begitu mengagumi sosok lelaki yang berwibawa pada akhirnya jatuh cinta pada Arif. Ia pun menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Pada mulanya, ia masuk menwa untuk mencari sesuatu. Pencariannya menemui jalan buntu, tetapi ia...
Peneduh dan Penghujan
304      251     1     
Short Story
Bagaimana hujan memotivasi dusta
It's Started in Osaka
109      99     0     
Romance
It is a story about a girl and a boy
My Doctor My Soulmate
88      77     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...