Rara diam tak berkutip. Kenapa pilihan jawabannya sangat aneh. 'iya atau mau' sungguh aneh.
"M-maksudnya?" tanya Rara yang masih berusaha untuk mengerti.
Rekal mendekatkan dirinya kepada Rara. Tipis sekali jarak di antara mereka berdua. Nafas Rara semakin sesak, Ia ingin menjauh tapi tidak bisa.
"Kamu mau gak jadi pacar aku?" tanya Rekal sekali lagi dengan menatap Rara dengan intens.
Rekal kembali melanjutkan ucapannya, "Iya atau mau?"
Rara diam. Dia bingung harus bicara apa.
"Ra? Nggak mau ya?" tanya Rekal sekali lagi.
Rara menghela nafasnya, "Ara masih belum percaya sama cinta"
Kali ini, Rekal yang menghela nafasnya, "Ya udah nggak apa-apa. Ekal ngerti kok" balasnya sambil tersenyum.
~~~
"Rekal pulang dulu ya, Bun" pamit Rekal.
Karena sekarang sudah pukul 4 sore, Rekal pun izin pamit pulang.
"Iya, hati-hati, Nak" ucap Bunda sambil mengelus kepala Rekal.
Rekal langsung diam terpaku, Ia belum pernah mendapatkan elusan kepala yang sangat lembut, terutama dari seorang ibu.
"Lo kenapa?" tanya Rara yang merasa ada yang aneh dari Rekal.
Rekal pun tersadar, "O-ohh, enggak apa-apa kok" balasnya di akhiri dengan kekehan.
"Ya udah, Ekal pulang dulu ya, Ra" lanjutnya.
Rara pun hanya membalas nya dengan anggukan saja. Walaupun begitu, Rekal tetap bersyukur karena Rara sudah mulai mau membuka hati untuknya.
Tanpa basa-basi lagi, Ia pun langsung pergi keluar dari gerbang rumah Rara. Mungkin sekarang Ia akan pergi menuju ke markas nya, karena pergi ke rumahnya itu hanya akan membuat dirinya stres.
~~~
BRAK
"Nggak bisa gini dong. Kenapa kalian tiba-tiba ngeluarin gue? gue ada salah sama kalian?" tanya Reja dengan menggertak.
Nando kebingungan, "Gue minta maaf, cuman itu udah keputusan dari ketua kita"
Reja mengepal erat kedua tangannya, "Nggak jelas ketua lo!"
Bugh
"MAKSUD LO APA, ANJ*NG?!!" teriak Angga yang tak terima kalau temannya yang sekarang menjadi ketua itu di hina.
Bugh
Pukulan bertubi-tubi dari Angga membuat Reja terkapar di lantai. Nando dan anggota yang lain sudah berusaha untuk memisahkan mereka, tapi nihil.
Angga benar-benar kuat. Mereka tak mampu untuk misahkannya.
"LO BUKAN SIAPA-SIAPA! TAPI LO SEENAKNYA BILANG KETUA KITA NGGAK JELAS?!" gertak Angga sembari memukul Reja dengan bertubi-tubi.
"LO YANG GAK JELAS, BANGS*T!!" lanjutnya.
Reja tak mampu melawan Angga yang sedang memukul nya bertubi-tubi.
"STOP, GA! STOP! ANAK ORANG BISA MATI KALAU LO PUKULIN TERUS!" teriak Nando sembari berusaha untuk memisahkan mereka.
"DIA BUKAN ANAK ORANG. TAPI ANAK SETAN!!" balas Angga dengan mata yang penuh dengan amarah.
Brak
Salah satu kursi terjatuh, hingga membuat semua pasang mata mengarah ke kursi yang terjatuh tersebut.
Semua nya pun terkejut, termasuk Angga yang tadi sibuk memukul Reja.
"L-lo?" kaget Angga.
Ya, orang itu adalah Rekal. Ia baru saja sampai di markas. Dan Ia sangat terkejut saat pemandangan yang pertama kali Ia lihat adalah Angga yang sedang memukuli Reja dengan sangat brutal.
Angga langsung menghentikan pukulannya.
Rekal bersidekap dada, "Ngapain berhenti? lanjutin aja! gue nggak ngelarang. Malah bagus kalau lo pukulin dia"
Angga yang mendapat jawaban seperti itu dari Rekal pun langsung terkejut. Bukan hanya Angga, tetapi Reja, Nando serta anggota lainnya yang mendengar pun sama-sama terkejut.
"Kal! lo gila?" tanya Nando yang tak percaya dengan jawaban dari seorang Rekal.
Rekal melirik sekilas ke arah Nando, "Gue yang gila, atau dia?" ucapnya sembari menunjuk Reja.
Reja yang merasa tertunjuk pun langsung terkejut bukan main. Dia pun berusaha bangkit.
"Lo ada masalah apa sih sama gue?" tanya Reja dengan sangat tidak terima.
Perlahan Rekal mendekat ke arah Reja. Tatapannya sangat tajam, sangat tidak mungkin bahwa sekarang Rekal sedang baik-baik saja.
"Lo memang nggak ada masalah sama gue. Tapi lo punya masalah sama calon pacar gue" jelas Rekal.
Reja membuang mukanya ke arah samping dengan tawaan yang remeh.
"Calon pacar lo? emangnya siapa?" tanya Reja dengan kekehan remehnya.
Rekal kembali berjalan ke arah Reja semakin dekat.
"Rara Gleriska" ucap Rekal dengan penuh penekanan.
Deg
Reja langsung terkejut bukan main saat mendengar nama tersebut yang baru saja di lontarkan oleh Rekal.
"R-rara?"
Rekal mengangguk. Tak lupa juga tatapan matanya yang masih tajam ke arah Reja.
"Inget kan? Rara adalah cewe yang pernah lo sakitin hatinya" ucap Rekal.
"Yang pernah lo kecewain dan..
"... yang pernah lo cium pipinya dengan kurang ajar" ucap Rekal dengan sarkas.
Dan pada saat itu juga, Reja memutar kembali memori dimana Ia mencium pipi Rara.
"L-lo tau itu dari mana?" tanya Reja kepada Rekal.
Rekal pun hanya tersenyum miring, "Dia calon pacar gue. Udah jelas pasti gue tau semuanya tentang dia"
Reja masih diam membisu. Dia benar-benar bingung sekarang harus apa. Ia tak bisa bohong kalau Ia masih ada rasa kepada Rara. Tapi sayangnya, saingannya adalah seorang Rekal Dirmagja.
"Bahkan gue juga tau kalau saudara lo yang bernama Raja juga pernah bikin Rara sakit hati" ujar Rekal.
"Ternyata abang sama adik nggak beda jauh..."
Reja menatap Rekal dengan tatapan yang bingung. Apa maksud ucapan dari lelaki tersebut?
"Maksud lo? Nggak beda jauh apanya?" tanya Reja.
Rekal tersenyum miring, "Nggak beda jauh brengseknya ke cewek"
Hati Reja memanas, entah kenapa Ia begitu merasa sakit saat mendengar penuturan Rekal tersebut.
"Gue nggak se-brengsek itu!!" tegas Reja dengan nafas yang naik turun.
"Mana ada cowo yang cium cewe sembarangan di sebut dengan cowo tulus? Kecuali memang udah jadi pasangan halal." ucap Rekal
"Se-nakal-nakal nya gue, gue nggak akan mau cium atau sentuh cewek yang belum jadi milik gue. Apalagi ceweknya adalah Rara..."
"... wanita yang paling gue sayang setelah mamah" lanjutnya.
Reja membuang muka ke samping. Dia benar-benar malu saat berhadapan dengan Rekal saat ini.
"Nggak bisa berkutip lagi kan, lo?" sentak Rekal saat melihat Reja yang malah terdiam.
Tak ada jawaban dari Reja. Maka, Rekal pun tertawa remeh.
"Berarti benar kata Rara."
Reja mengerutkan dahinya, "Emangnya Rara ngomong apaan?"
"Dia bilang, lo adalah cowok ter-brengsek yang pernah dia temui. Dia juga bilang kalau lo adalah orang yang buat Dia merasakan apa itu cinta, walau pada akhirnya rasa cinta itu berubah menjadi ribuan luka" jelas Rekal
Tubuh Reja melemas seketika. Ia benar-benar tidak bermaksud membuat Rara menjadi kecewa, bahkan membenci dirinya.
"Sumpah. Gue nggak se-brengsek yang Dia kira" ucap Reja membela diri.
Brak
Karena kesal, Rekal pun menendang kursi yang berada di sampingnya itu dengan sangat kencang, sehingga dapat membuat siapa pun yang mendengarnya terkejut.
"Nggak se-brengsek itu? Iya?" tanya Rekal dengan senyum smirk nya. "CIH!"
"SUMPAH! GUE BENER-BENER NGGAK SENGAJA WAKTU CIUM DIA." jelas Reja dengan nada bicara yang agak tinggi.
"NGGAK SENGAJA, LO BILANG?!"
Rekal mendekat dan..
Bugh
"LO BILANG NGGAK SENGAJA? HUH?!!"
Bugh
"OTAK LO WAKTU ITU EMANG KEMANA?"
Anggota yang lain langsung cepat memisahkan mereka. Karena jika Rekal sudah ngamuk, bisa saja ada hal bahaya lainnya yang dapat terjadi.
"Sumpah, Kal. Gue nggak sengaja cium dia waktu itu. Gue bener-bener terpukau sama wajahnya yang cantik. Sampai pada akhirnya, entah kenapa gue malah cium pipi nya." jelas Reja.
"Gue pikir, dia bakal biasa aja. Tapi ternyata gue salah, Rara bener-bener marah besar dan minta putus waktu itu juga. Padahal, gue cium dia karena gue sayang sama dia" lanjutnya.
"SAYANG??"
Seketika Rekal langsung terkekeh pelan.
"Lelaki yang bener-bener sayang sama wanita nya nggak akan pernah menyentuh wanitanya sedikit pun. Karena wanita punya mahkota yang berharga, yang wajib dia dan kita jaga."
~~~