Rara hanya merutuki kebodohannya. Seharusnya Ia tidak menerima ajakan dari Zia yang tukang bohong ini.
Jadi, wanita yang tadi adalah...
"Lo?" ucap Rara
Wanita itu tersenyum miring. "Hai, kita bertemu lagi. Tapi sekarang bersama dengan Zia." ucapnya
Rara ingat wanita ini, tapi Ia tidak tau namanya atau mungkin Ia lupa.
Rara masih tetap bergulat dengan pikirannya.
"Kenapa? lupa sama gue? Astaga, cepet banget lo lupain gue" Ucapnya sama terkekeh.
"Lo siapa?" Tanya Rara
Wanita itu semakin mendekat, "Owh, ternyata lo lupa beneran"
"oke, gue kasih tau aja biar lo sadar diri!" lanjutnya.
Sadar diri? apa maksud dari wanita ini? Rara tak mengerti.
"Maksud lo apa?" Tanya Rara
"LO YANG KENAPA?!! KENAPA LO TERUS BARENG SAMA REKAL? LO LUPA KALAU REKAL ITU INCARAN GUE? HUH?!" teriak wanita tersebut.
Rara mulai mengerti sekarang. Tapi, Ia tetap lupa dengan nama wanita ini.
"Sebentar, nama lo siapa?!" Tanya Rara sedari tadi.
"Gue? Gue Charmila. Lo lupa? bisa bisanya lo lupa. Ohh atau lo sengaja lupain gue? biar lo bisa deket sama Rekal." Ucapny yang berasumsi.
Zia pun tersenyum miring, saatnya untuk menjadi kompor meleduk di antara mereka berdua.z
"Alah, lo pasti sengaja lupain Mila, kan? Lo kan pernah di labrak sama Mila. Masa lupa, sih?" Ucap Zia yang mengompori.
Rara menatapnya datar, "Lah, gue emang lupa beneran" Ucap Rara jujur.
"Alah.., orang kayak lo gk bisa di percaya. Dasar tukang bohong" Ucap Zia yang mendapat anggukan dari Mila.
Rara tersenyum remeh. Apa ini? tukang bohong katanya?
"Gue? tukang bohong? Bukannya lo yang tukang bohong? Minta anterin ke toilet, tau nya malah kayak gini. Lain kali, Ngaca dulu!" Ucap Rara yang sangat berkelas.
Zia tersulut emosi, memang apa yang di katakan oleh Rara benar adanya. Tetapi, mana ada sih orang yang salah mengaku dengan kesalahannya?
"SIALAN LO YA!"
Plak
Satu tamparan itu mendarat di pipi sebelah kiri Rara. Ya, Zia menamparnya karena Ia sudah terlanjur emosi.
Rara terdiam sejenak, mencerna kejadian yang baru saja di alaminya.
"Hah? gue di tampar?" Ucap batinnya. Ia kembali menatap Zia dengan penuh tanda tanya. "Gue tampar balik gak ya?" Batinnya bertanya-tanya.
Ah tidak, kalau Ia menampar balik Zia maka akan ada keramaian nanti. Bahkan bisa saja kalau Ia akan masuk BK dan menjadi terkenal karena kasus tersebut.
Tidak, Rara bukan orang bodoh yang akan gampang tersulut emosi.
"Sabar, Ra. Harus ngalah sama hewan." ucap batinnya.
Zia dan Mila tertawa. "Gimana? sakit?" Tanya Mila dengan nada meledek.
Rara masih terdiam. Jujur saja tamparan dari Zia memang menyakitkan. Karena memang pertama kalinya Ia di tampar.
"Sialan, Dia lama banget datengnya" Batin Rara.
Mila langsung menjambak rambut Rara dengan keras. Rara langsung menjerit kesakitan.
"Aaaa.., lepass!! ini sakit!!!" Teriaknya
Zia yang mendengar Rara berteriak langsung menutup mulut Rara dengan sapu tangan yang Ia bawa.
"Sialan lo! Jangan teriak, bangsat! Lo sengaja biar kita ketahuan, huh?" Ucap Zia yang masih menyumpal mukut Rara dengan sapu tangan.
Sedangkan Mila masih menjambak rambut Rara dengan senyum kemenangan.
"Kenapa? sakit?? Hahaha. Ini gak seberapa sakitnya saat gue liat lo dan Rekal bareng terus. Lo paham itu!!!" Ucap Mila.
Rara benar-benar sangat kesakitan. Ia ingin berteriak sekarang juga. Ia juga berharap pangerannya akan segera tiba.
Hah? Pangeran?
Mila masih saja tertawa di atas penderitaan Rara, "Kenapa? mau minta tolong? Teriak aja kalau bisa!"
Rara menatap mata Mila dengan tajam. "Dasar bodoh! Gimana mau teriak kalau mulut gue aja di sumpel beginian" Ucap batinnya.
Mila yang melihat tatapan dari Rara langsung menambah tenaga untum menjambak rambut Rara.
"Kenapa lo liatin gue kayak gitu, Huh?! Gak suka? iya?" Tanya Mila yang melototkan matanya kepada Rara.
Rambutnya sangat sangat sakit sekali. Rasanya, rambutnya ingin rontok sekarang juga.
Saat mereka sibuk dengan kegiatan membuli nya, tiba-tiba pintunya di dobrak oleh seseorang.
Brak
Mila dan Zia terkejut dan langsung menatap ke arah pintu.
Dan ternyata...
"Udah gue duga, pasti ulah kalian berdua." Ucapnya.
Mila dan Zia sangat terkejut bukan main. Mila langsung melepas tangannya dari rambut Rara dan Zia langsung melepas sapu tangan dari mulut Rara.
Akhirnya, Rara bisa bernafas lega. Walaupun sebenarnya Ia menunggu sedari tadi.
"R-rekal? kok lo bisa ada di sini?" tanya Mila yang masih menetralkan jantungnya.
Rekal menatap Rara penuh arti. Sedangkan Rara masih mengatur nafasnya.
Flashback on
Saat Zia sedang memohon kepadanya untuk mengantarnya ke toilet, Rara sedang fokus membaca buku. Sampai pada akhirnya Ia pun menyetujui itu dan langsung mengantar Zia.
Tapi, di tengah perjalanannya, Ia mendapat chat dari Rekal.
Rekal
Hai bidadariku😄😄
Lagi di kelas atau di kantin?
=Mau ke toilet
Sendirian aja?
=Bareng sama Zia
Hah? gak salah? Sekarang udah di toilet? Toilet yang mana, Ra?
=Ck, bawel. Toilet lama yang deket kelas gue
Otw
=Heh ngapain lo? Mau ke toilet cewe?
Iya, Ekal curiga sama Zia, soalnya tadi Mila juga ke toilet
tapi sampai sekarang dia belum balik balik padahal toilet baru kan deket kelas Ekal
Firasat Ekal gak enak
=Terserah lo
Read
"Lo lagi chat siapa?" Tanya Zia
"O-oh temen gue" Ucapnya yang berusaha untuk menghilangkan gugupnya.
Zia tertawa pelan dan langsung berjalan bersampingan dengan Rara.
"Emangnya lo punya temen? Hahhahaha" Ucap Zia dengan nada meledek.
Rara masih bersikap santai sembari menjawab, "Lo sendiri punya temen?" Dengan nada yang meledek juga.
Sampai pada akhirnya, mereka berdua pun sampai di toilet.
Sedangkan Rekal sudah berlari dari kelasnya untuk ke toilet di dekat kelas Rara.
Sebenarnya, jarak antara kelas Rara dan kelasnya sangatlah jauh. Jadi butuh waktu lama untuk ke toilet tersebut.
Di tengah-tengah Rekal berlari, Ia tidak sengaja bertemu dengan Rere.
Rere menyapanya, "Halo, Kal" Sapanya.
Rekal tidak membalasnya dan tetal berlari demi menyelamatkan pujaan hatinya.
Dan sampai pada akhirnya, ia sampai di toilet tersebut. Ia tau kalau toilet itu pasti akan di kunci oleh mereka.
Karena pada dasarnya, Toilet itu tidak pernah di tutup pintunya.
"Sialan, mereka udah ada di dalam" Ucap Rekal bermonolog.
Dengan segala kesiapan, Rekal perlahan menjauh untuk mengambil ancang-ancang. Dan..
Brak
Rekal mendobraknya.
Flashback off
Rekal mendekat ke arah Mila dan Zia, "Gak usah bacot, Anj*ng" Ucapnya kepada Mila dan juga Zia.
Tatapan kemarahan sangat tampak di matanya. Mila dan Zia takut melihat mata Rekal.
"Berani usik Rara, berani mati lo di tangan gua!" Ucapnya dengan tatapan yang bringas. "Gua gak peduli mau lo cewe, cowo, atau banci." Ucapnya.
Mila dan Zia gemetar, seluruh badannya sangat gemetar. Bagaimana tidak? ketua BRIOZ ini sudah marah besar.
"KELUAR LO BERDUA! DAN JANGAN GANGGU RARA!" Bentaknya pada Mila dan Zia.
Mila dan Zia terkejut dan langsung keluar dari toilet.
Rara juga ikut terkejut dengan suara Rekal. Menurutnya, Rekal yang Ia lihat sekarang seperti bukan Rekal yang asli.
"Lo Rekal, kan?" Tanya Rara memastikan.
Rekal menatap Rara dengan tatapan yang merasa bersalah. Sedetik kemudian..
Grep
Rara sudah berada di pelukannya Rekal. Rekal memeluknya dengan sangat erat, seperti takut kehilangan.
"Maaf, Ekal terlambat" Ucapnya dengan tulus yang masih berada di pelukan pujaan hatinya.
Rara terkejut dengan perlakuan Rekal yang secara tiba-tiba memeluknya.
"Y-yaudah, gpp." Ucap Rara dan langsung melepaskan pelukan Rekal. "Takut ada yang liat" Ucap Rara dan langsung keluar dari toilet.
Rekal pun mengikuti Rara dari belakang. Rara yang merasa di ikuti pun langsung menoleh ke belakang.
"Oh iya, Terima kasih bantuannya." Ucapnya tulus.
Rekal tersenyum senang, "Sama-sama bidadariku"
Rara kembali memutar bola matanya malas. Dan saat Ia ingin kembali berbalik badan, Rekal malah menghentikannya.
"Tunggu, Ra" Ucapnya dan langsung berlari pelan ke arah Rara.
Rara mengerutkan dahinya, "kenapa?" Tanyanya
Rekal tidak menjawab, melainkan langsung membenarkan rambut Rara yang sempat kusut karena di jambak oleh nenek lampir.
"Bukan apa-apa, ini rambut Rara berantakan." ucapnya sambil merapikan rambut Rara.
Rara terkejut, jujur saja love language nga adalah act of service. Klepek klepek lah hatinya.
"A-apa ini? Gue kan udah mati rasa, kenapa malah deg degan sih. Wah bahaya nih" ucap batinnya.
Rara langsung menghempaskan tangan Rekal dari rambutnya.
"Thank's" ucapnya dan langsung mengambil ancang-ancang untuk pergi.
Baru saja berjalan beberapa langkah, Rekal malah kembali menghentikannya.
"Ra" Panggilnya.
Rara berbalik badan, "Kenapa lagi sih?" Tanya nya.
"Gembok nya susah banget di buka ya, Ra? soalnya kunci Ekal aja gak bisa buka gembok pintu hati Rara." Ucapnya dengan tatapan teduh.
Rara terdiam sejenak demi mencerna kata-kata Rekal. Dan sedetik berikutnya, Ia langsung paham.
"Gak akan ada yang bisa buka gembok nya. Soalnya kunci aslinya di bawa pergi sama seseorang yang pernah singgah di dalamnya" Ucap Rara dengan penuh arti.
"Kan ada kunci serep nya, Ra" Ucap Rekal.
Hah? Astaga.
"Kalau udah gak bisa ya tetep gak bisa."
"Bisa kok, Ekal lagi nyoba"
"Gak usah coba-coba menerobosnya jika tidak mau bertanggung jawab untuk membahagiakan si pemilik hatinya."
Rekal terdiam, sedangkan Rara langsung melenggang pergi.
"Ekal janjii.. Ekal bakal bertanggung jawab untuk membahagiakan si pemilik hatinya." Teriak Rekal kepada Rara yang semakin menjauh.
"Cih, bullshit" gumam Rara sambil berjalan.