Rekal benar-benar terkejut begitu pula dengan Reva yang mendengar itu di meja makan.
"Maksudnya?" Tanya Rekal memastikan.
Papahnya geram, "KAMU TULI?! SAYA BILANG, KAMU GAK AKAN SEKOLAH HARI INI!!"
"Sana masuk kamar!" lanjutnya.
Rekal menggeleng. "Gak pah"
"CEPATT!!"
Rekal menggeleng, "GAK AKAN!! ADA SEORANG WANITA YANG HARUS SAYA JEMPUT DARI RUMAHNYA UNTUK PERGI KE SEKOLAH BERSAMA DENGAN SAYA"
Papahnya tertawa remeh.
"Wahh sudah mulai berani pacaran ternyata"
"Boncengan ke sekolah bukan berarti pacaran. Jangan langsung berasumsi yang tidak-tidak, pah"
"Lalu apa namanya kalau bukan pacaran? kamu sudah mulai percaya dengan cinta?" ucap Papah nya di akhiri tawaan remeh.
"Memangnya kenapa kalau aku jatuh cinta? salah?" Tanya Rekal.
"Kamu ini masih dianggap bocah, tau apa kamu tentang cinta?" Balas papah nya yang masih menganggap remeh.
"Aku memang tidak tau apa itu cinta, tapi aku bisa merasakan cinta dari seorang wanita yang tidak bisa kusebutkan namanya" ucap Rekal yang membuat papah nya melongo tak percaya.
Papah nya masih terdiam membisu tanpa satu patah kata pun.
"Saya pergi dulu. Pujaan hati saya sedang menunggu. Saya gak akan buat Dia menunggu kepastian yang gak pasti."
Tak ada jawaban, itu tandanya Rekal di perbolehkan pergi. Rekal pun langsung melenggang pergi.
Tapi setelah beberapa langkah, Mamah nya menghentikannya.
"Tunggu!"
Rekal berhenti dan membalikkan badannya dengan malas.
"Apa lagi?" tanya nya dengan malas.
"Bukannya hari ini kamu antar Reva ke sekolahnya ya?" Tanya Mamahnya.
Semuanya yang ada di sana mengerutkan dahinya.
"Hah? Sejak kapan Rekal bilang?" Tanya Rekal
Reva pun ikut berbicara, "Gak usah mengada-ngada deh, Reva berangkatnya gak pernah bareng bang Rekal"
Mamahnya pun terdiam, menyesal berkata seperti itu karena anak nya sangat tidak berpihak kepadanya.
"Bang Rekal, sana buruan jemput pujaan hati abang. Kasian dia lama nunggu" Ucap Reva dengan penuh penekanan.
Rekal tersenyum dan mengangguk. Setelah itu, Ia langsung buru-buru keluar dari rumah dan menyalakn motornya untuk menjemput pujaan hatinya.
~~~
Setelah beberapa menit kemudian...
Suara motor terdengar dari luar gerbang rumahnya.
Rara yang sudah mendengar dari dalam rumah langsung pergi keluar rumah.
Rara langsung membukakan pintu gerbang untuk dia keluar.
Wajah kesal Rara sudah terpasang jelas. Rekal merasa bersalah, tetapi disisi lain Ia ingin tertawa melihat wajah kesal Rara yang menurutnya lucu.
"Lo lama!!" Ucapnya dengan kesal.
Rekal hanya bisa terkekeh pelan di balik helm full face nya.
Tentu saja Ia tidak akan membuka helm nya karena saat ini mukanya sedang babak belur. Pasti tau kn karena apa?
"Maaf bidadari.., Ada problem dikit tadi makanya lama." Ucap Rekal
Rara mengerutkan dahinya, "Problem? Problem apa?" Tanyanya yang penasaran.
Rekal malah gugup, "O-oh bukan apa-apa kok. Ayo naik!"
Sebenarnya Rara merasa ada yang aneh dari sikap Rekal. Tapi, Ia berusaha untuk bersikap tak acuh.
~~~
Tak berselang lama kemudian, mereka pun sudah sampai di sekolah tersebut.
Banyak sekali pasang mata yang melihat mereka berdua berboncengan. Terutama Mila dan Zia.
Oh tak lupa pula ada si Reja, seorang siswa baru yang melihat keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Rara turun dari motor Rekal. Dan Ia tau kalau banyak sekali yang melihat mereka sekarang.
"Banyak yang liat" Ucapnya dengan menahan gugup.
Rekal terkekeh di balik helm full face nya, "Mereka ngeliatin Rara karena Rara cantik." Ucapnya dengan nada menggoda.
Rara hanya memutar bola matanya malas. "Tijel" itu lah satu kata yang di ucapkan Rara.
Rekal terdiam sejenak. Setelah itu, Ia langsung bertanya. "Tijel itu apa?" Tanya Rekal penasaran.
"Tidak jelas" Jelasnya. Setalah itu Rara langsung pergi ke kelasnya.
Rekal hanya bisa terkekeh dengan balasan dari Rara. Entah kenapa Ia merasa senang jika ucapannya di balas oleh Rara, si pujaan hatinya.
Setelah Ia merasa kalau tidak ada orang lagi di parkiran, Ia pun membuka helm nya.
Dan terlihat lah wajah yang banyak luka. Sebenarnya Ia sudah terbiasa, tetapi bagaimana jika Rara tau? Ia bingung untuk menjelaskannya.
~~~
"Hai Rara" Sapa Zia yang sok baik.
Rara hanya membalasnya dengan anggukan. Lantas, muka Zia kembali masam.
"Lo sibuk gak?" Tanya Zia
"Sibuk" Balasnya singkat.
Tangan Zia mengepal, tapi wajahnya masih berusaha untuk tetap tersenyum.
"Gue cuman minta tolong doang" Ucap Zia.
"Sorry, sibuk" Balas Rara yang kembali membaca buku.
Zia kembali membujuk Rara bagaimana pun caranya. Entah akal busuk apa yang sedang Ia rencanakan.
"Ra, pliss.. tolong anterin gue ke toilet ya!" Pinta Zia dengan nada yang di baik-baikkan.
Rara menatapnya malas. Rasa tak suka pada Zia sudah ada sejak Zia memfitnahnya waktu itu. Dan sekarang, sebenarnya ada rasa curiga kepada Zia saat Ia meminta Rara untuk mengantarnya ke toilet.
"Bukannya lo biasa sendiri ya?" Tanya Rara dengan ekspresi yang tidak bersahabat.
Dan Zia terdiam. Ia bingung harus mengatakan apa karena memang itu kenyataan yang sebenarnya. Ia bisa kemana-mana sendiri. Ah, bukan bisa tapi terbiasa. Karena banyak yang tidak mau berteman dengan Zia semenjak Zia memfitnah Rara.
"Y-ya emang sih gue biasanya sendiri. Tapi hari ini gue butuh lo buat nemenin gue." Pinta Zia
Karena Ia merasa kalau Zia berkata jujur, Ia pun mau mengantar Zia ke toilet. Lagi pula Ia juga bisa buang air kecil saat sudah di sana kan?
"Ya udah, ayo" Ucap Rara dan langsung berdiri dari bangkunya.
Zia tersenyum miring sembari mengikuti Rara dari belakang.
"Bodoh" Batinnya. Zia tersenyum senang saat ini.
Saat berjalan, Rara masih berada di depan sambil memegang handphone nya. Dan terdengar suara kalau Ia sedang mengetik.
Zia bingung, "Lo lagi chat siapa?" Tanya Zia secara tiba-tiba sehingga membuat Rara terkejut dan langsung menyembunyikan hp nya.
"O-oh temen gue" Ucapnya yang berusaha untuk menghilangkan gugupnya.
Zia tertawa pelan dan langsung berjalan bersampingan dengan Rara.
"Emangnya lo punya temen? Hahhahaha" Ucap Zia dengan nada meledek.
Rara masih bersikap santai sembari menjawab, "Lo sendiri punya temen?" Dengan nada yang meledek juga.
Saat ada yang meremehkannya, biasanya Rara juga akan membalasnya.
Seketika Zia terdiam. Tawannya pun terhenti, mukanya pun kembali masam secara tiba-tiba.
"Sialan" batinnya.
Setelah itu, hanya ada keheningan di antara mereka. Sampai pada akhirnya, mereka berdua sampai di toilet.
Dan Zia pun memulai permainannya sekarang.
/tersenyum miring.
Rara pun masuk lebih dulu ke dalam toilet. Di toilet tersebut terdapat 5 kamar mandi. Saat Rara ingin memasuki salah satu kamar mandi, Tiba-tiba saja Zia menutup pintu toilet dengan sangat kencang dan langsung menguncinya.
Rara yang terkejut pun menoleh, "Loh ngapain di tutup?" Tanya Rara
Zia mendekat ke arahnya dengan tersenyum miring. Dan Rara pun mengerti maksud itu semua.
"Ternyata bener dugaan gue." ucap batinnya
Di saat Zia mendekat ke arahnya, tiba-tiba saja pintu dari salah satu kamar mandi tersebut terbuka. Dan keluar lah seorang wanita yang ikut tersenyum miring ke arahnya.
Rara pun terkejut bukan main.
"Apa ini? Mereka berdua?" Tanya batinnya. "Ya Tuhan, tolong aku. Semoga Dia cepat datang kesini." Ucap batin Rara memohon.
Kira-kira, siapakah 2 wanita tersebut??