Rehan pun berdeham. Dan terdengar kalau Hana menghela napasnya.
"Lo kenapa?" Tanya Rehan yang pura-pura tak mengerti.
Hana meremas rok nya. "Bisa! lo pasti bisa!" Ucap batin Hana.
Hana pun langsung menoleh ke arah Rehan. Dan mata mereka langsung bertatapan. Hati Hana berdetak kencang.
"Kenapa?" Tanya Rehan yang aneh saat melihat Hana.
"REHAN ARGANTARA!" Ucap nya dengan sedikit menaikan nada suaranya.
"Hm?"
Hana pun terdiam kembali. Entah kenapa saat mendengar suara berat Rehan malah membuatnya terdiam.
Dengan penuh tekad dan percaya diri, Hana akan mengungkapkan segalanya. Masa bodo dengan kedepannya.
Dengan mata terpejam, Hana pun membuka suara.
"Rehan Argantara, Gue suka sama lo! Dan gue mau kita lebih dari seorang teman!" Ucap Hana jujur.
Rehan terdiam sesaat. Ia benar-benar terkejut saat mendengar ungkapan dari Hana. Namun sedetik selanjutnya, Rehan malah tertawa.
"Bwahahhahaa" Tawa Rehan yang membludak.
Hana malah mengernyitkan dahinya. "Kok malah ketawa?" Tanya Hana.
Rehan sangat terheran-heran dengan Hana, "Lo kalau bercanda ya gak gini juga kali." Ucap Rehan yang masih di selingi oleh tawaan.
Hana melongo tak percaya, jadi kata-katanya barusan di anggap sebagai candaan?
"Jadi maksud lo, gue cuman bercanda?" Tanya Hana dengan muka yang sulit di ekspresikan.
Rehan mengangguk, "Udah ah bercanda lo gak lucu, gue mau pulang dulu. Lo mau sekalian bareng gue gak?" Tanya Rehan kepada Hana yang sedang menatap kosong ke arah depan.
"Lo mau nebeng ama gue gak?" lanjut Rehan.
Lagi-lagi Hana menggeleng pelan, "Gak usah, gue kan bawa mobil" Ucap Hana yang terdengar pelan.
Rehan hanya menghela nafasnya dan langsung pergi dari sana dengan motornya.
Karena tak kuat menahan air mata sedari tadi, Hana pun langsung menumpahkan kekesalan, kesedihan, dan kemarahannya di saat itu juga. Dia langsung menangis, menendang kerikil-kerikil dan masih banyak lagi.
Dan detik berikutnya, Hana berteriak
"AAAAAAAAAAAAAAA REHAN, GUE CINTA SAMA LO!! GUE SAYANG SAMA LO! REHAN ARGANTARA!" Teriak Hana demi mengeluarkan unek-unek nya selama ini.
Lagi-lagi Hana terduduk di tanah yang kotor sambil menangis. Entah karena dia menyesal karena sudah confess atau karena Rehan menganggap kalau ucapannya tadi hanya bohongan.
Hana masih menangis, "Antara malu dan sakit karena di anggap bercanda. Akhh.. gue kenapa sih? Kalau tau jawaban Rehan bakal begitu, ya lebih baik tadi gue gak confess. Akhhhhh goblok!!" Ucapnya sambil memukul-mukul kepalanya.
~~~
Rekal dan Rara masih berdiam diaman.
"Lo ngapain ke rumah gue?" Tanya Rara.
Rekal diam. Ia tak mengubris Rara sama sekali.
Rara malah menjadi bingung, "Ni anak kenapa dah?" Batin Rara.
"Heh! Gue kan nanya. Jawab dong!" Ucap Rara.
Rekal menoleh, "Harus banget gue jawab?" Tanya Rekal dengan dingin.
Deg
Rara syok dengan perubahan sikap dari Rekal secara tiba-tiba.
"Lo marah sama gue? Atau gimana?" Tanya Rara memastikan.
"Gak. B aja" jawab Rekal cuek.
Rara mengernyitkan dahinya.
"Lo kok jadi aneh gini sih?" Tanya Rara sekali lagi.
"Gak kok, biasa aja." Ucap Rekal dingin.
~~~~
Rara celingak celinguk mencari keberadaan Rekal di rumahnya. Tapi nihil. Rekal tidak ada di dalam rumahnya.
Bundanya pun memanggil Rara dari arah dapur.
"Raaaa!! Bantuin bunda, Ra" Teriak sang Bunda
Rara pun bergegas ke dapur untuk menemui bundanya.
"Kenapa bunda?" Tanya Rara.
"Tolong cuciin piring dong cantik" ucap bunda nya dengan senyun manisnya.
Rara pun dengan senang hati mencuci piringnya. Setelah selesai mencuci piring, ia langsung ke ruang tamu lagi.
"Bunda" panggilnya.
"Ada apa, nak?" Tanya Bunda Rara.
Dengan malu malu, Rara menjawab "Rekal kemana? kok Rara cari di ruang tamu gak ada?"
Bundanya bukan menjawab malah senyum senyum sendiri.
"Cieee... nyariin nih yee.." ledek sang bunda.
Blush
Rara langsung gelagapan sendiri.
"H-hah? S-siapa yang nyariin? Rara kan cuman nanya. Kalau emang dia udah pulang, ya bagus lah.." Ucap Rara dan langsung melenggang pergi.
Bundanya malah tertawa.
"Hahaha, Rekal udah pulang. Dia lagi bete." jelas sang bunda.
Tiba-tiba langkag Rara terhenti.
"Bete? tu orang bisa bete?" ucapnya dalam hati.
Karena penasaran, Rara pun berbalik badan dan kembali menghampiri bundanya.
"Bete kenapa bunda?" Tanya Rara secara tiba-tiba.
"Astagfirullah, ngagetin aja kamu!" Ucap Bunda kaget.
Rara hanya cengengesan. "Jawab dong bunda, aku penasaran."
Bundanya pun tersenyum sembari menatapnya.
"Dia bete karena cemburu katanya." Ucap Bunda sambil tersenyum.
Tetapi, Rara malah mengerutkan dahinya.
"Cemburu?"
Bundanya mengangguk.
"Cemburu ama siapa? dan karena apa?" Tanya Rara yang keponya sudah meronta-ronta.
Dengan sabar, Bunda pun menjelaskan.
"Jadi gini, Rekal katanya cemburu sama Rehan karena Rehan ada di rumah kamu." Ucap bundanya.
Rara terkejut bukan main. Pasalnya, cowo itu selalu menunjukkan sisi cerianya kepada Rara. Namun, tadi Rekal menunjukkan sisi dinginnya dan ternyata karena cemburu.
"Tu orang bisa cemburu?" Ucap batin Rara.
Bundanya pun tertawa kecil.
"Dia sopan, dia juga ramah, dia juga lucu, Ra. Dan kalau Bunda liat nih, kayaknya Dia suka deh sama kamu." Ucap Bundanya yang membuat Rara terkejut.
"Hah?"
"Iya, orang yang sedang mencintai itu keliatan dari matanya. Cara mereka mandang kamu tuh beda." Ucap Bundanya.
Rara terlonjak kaget, "Hah? mereka? Maksud Bunda?"
Bundanya pun menghela nafasnya.
"Mereka yang bunda maksud itu Rekal dan Rehan. Cara mereka memperlakukan kamu dan memandang kamu itu berbeda." Jelas Bunda.
Rara terdiam. Tidak! Ia tidak mau jatuh cinta lagi.
Melihat Rara yang terdiam seperti itu membuat Bundanya mengerti.
Bunda mengambil tangan Rara dan menggenggamnya.
"Ra" panggil sang Bunda.
Rara langsung menoleh.
"Ada apa bunda?"
"Gimana? Luka lama nya udah sembuh belum? Jangan selalu terpuruk sama masa lalu ya nak!" Ucap Bundanya.
"Luka nya belum sembuh Bunda. Lukanya masih membekas. Pelakunya gak bertanggung jawab" Lirih Rara.
Bundanya tampak kasihan melihat anaknya yang masih trauma akan masa lalunya.
"Terbayang-bayang masa lalu gak akan buat hidup kamu bahagia!" Ucap Bundanya mengingatkan.
"Tau Bunda, Aku tau.., tapi gak semudah itu untuk melupakan lelaki yang dulu sangat aku cintai." Lirihnya.
"Itu dulu, yang lalu biarlah berlalu, sekarang biarlah terima lelaki yang sudah lama menantimu."
Sebenarnya Bundanya kesal karena Rara masih terbayang-bayang masa lalu yang begitu pahit.
"Aku udah capek untuk mencintai lagi. Karena saat aku jatuh cinta, aku cuman dapat jatuhnya aja" Ucap Rara yang tak sadar sudah meneteskan air matanya.
Bunda yang melihat itu pun langsung memeluk Rara.
"Sabar nak, gak semua lelaki seperti itu, tapi mungkin kamu belum dapat lelaki yang lebih baik dari itu" ucap bunda.
Rara menangis sejadi-jadinya. Setidaknya Ia punya Bunda yang selalu mensupport nya dalam keadaan apa pun.
"Semua lelaki pembohong! Aku muak! Aku gak mau jatuh cinta lagi bunda!" Ucapnya sambil terisak.
Bunda nya terkejut saat Rara berkata seperti itu.
"Jangan seperti itu Ra, cinta itu anugerah"
"Kalau memang cinta itu anugerah, tapi kenapa aku selalu dapat pahitnya aja?" Tanya nya.
Bundanya pun terdiam.