"Gak usah bahas lelaki itu lagi ya bun" Ucap Rara dengan muka yang murung.
"Gak semua berjalan dengan bayang-bayang masa lalu!" ucap bundanya. "Terkadang masa lalu yang membuat kamu terluka adalah pelajaran untuk menghadapi masa depan yang penuh makna."
Rara terdiam. "Bunda.." Lirih Rara
Karena tak kuat, Rara memeluk bundanya dengan air mata yang menetes deras.
"Aku gak bisa lupain Dia bunda..", Tangisnya.
Bundanya langsung melepaskan pelukan Rara dan memegang pundak Rara dengan keras.
"Lupakan Dia nak.., Dia bukan lelaki yang baik, kalau memang dia lelaki yang baik, gak mungkin kan Dia menutupi kebohongan besarnya itu ke kamu. Lagi pula dia sudah punya istri! sadar Rara!!" Ucap Bundanya yang sudah tak kuat dengan tingkah anaknya.
Masa lalu Rara tentang percintaan sangatlah kelam. Laki-laki yang mendekati dan membuat rasa Rara menjadi hidup pun sangat banyak. Sudah berkali-kali Ia dikhianati oleh lelaki. Rara sudah trauma itu.
"Rara gak mau buka hati lagi, Bunda"
"Kenapa sayang?" Tanya bundanya dengan lembut.
"Buat apa Rara ngelakuin kesalahan yang sama? Rara udah capek sama cinta-cintaan. Buat apa Rara memulai kisah yang akhirnya gak bakalan bahagia." Lirih Rara.
"Kamu gak bakal tau akhirnya kalau kamu aja belum memulai kisahnya."
Rara menggeleng. "Rara udah tutup rapat-rapat hati Rara, bunda."
~~~
Rekal mendengus. "Susah juga ya perjuangin lo. Gue nge chat jam berapa, di jawabnya jam berapa."
Rekal langsung melempar hp nya kesembarang arah. Maklum lah orang kaya.
Dengan menatap langit-langit kamarnya, Rekal berpikir.
"Kira-kira sikap Rara begitu karena apa ya? masa cowok seganteng gue di tolak sih"
"Gue kurang apa dah?"
"Atau jangan jangan....
"Dia gak suka sama cowok dong?"
Rekal sedang bergulat dengan pikirannya sendiri. Dia sangat sangat beroverthinking saat ini.
~~~
Keesokan hari yang cerah..
Rara sedang merapikan bukunya dan memasukkan bukunya ke dalam tas nya. Baru saja Rara ingin mengambil kunci motornya, tapi bundanya melarangnya.
"Gak usah bawa motor, Ra!" Ucap Bundanya.
Hal itu membuat Rara mengerutkan dahinya. "Kenapa emangnya, bunda?"
"Tuh di depan udah ada pangeran tampan yang ingin menjemput bidadari cantiknya." Goda Yasmine, bundanya.
Ada apa dengan bundanya ini?, Rara pun keluar untuk memastikan siapa yang sudah berada di depan rumahnya.
Ceklek
Rara membuka pintunya dengan tergesa-gesa. Dan..
Sudah Ia duga, bahwa Rekal Dirmagja lah yang sekarang sudah berada di depan teras rumahnya.
Bahu Rara menurun, Ia sungguh-sungguh malas melihat Rekal.
"Lo ngapain disini?" Geram Rara
"Jemput ayang.."
Rara memutar bola matanya malas, dan Ia langsung mendekat ke arah Rekal dan..
Dug
Kepala keras Rekal di getok oleh Rara, dan membuat Rekal mengaduh kesakitan.
"Ayang-ayang, pala lo peang! ngapain jemput gue segala? gak ada kerjaan lain kah anda?" Ucap Rara dengan kesal.
Rekal langsung tersenyum manis. "Kepala gue gak peang kok. Dan gue jemput lo karena emang gak ada kerjaan aja"
"Rara.., Rekal.., Kok belum berangkat?" Tanya Yasmine dengan halus.
Rara menghadap ke bundanya. "Bunda.., Ara gak mau berangkat sama Rekal.." Ucapnya menolak.
"Loh emangnya kenapa? kan searah ini." ucap Bundanya dengan terkekeh.
"Ya tapi kan gak enak jadi ngerepotin gitu loh bun.." Ucap Rara mencari alasan agar tidak jadi berangkat bersama Rekal.
"Gak ngerepotin kok, Ra." Ucap Rekal santai.
"Tuhh Rekal aja gak keberatan sayang.." Ucap Bundanya membujuk.
"Ya udah iya"
Rara pun menghela napasnya dan menghentakkan kakinya dengan kesal. Lalu, kembali masuk ke dalam kelasnya dan mengambil tas sekolahnya.
Bunda dan Rekal pun langsung tos san saat Rara masuk ke dalam rumah.
Sebenarnya, 5 menit sebelumnya...
Rekal sudah meminta izin kepada Bunda di chat.
Mereka berdua sudah bekerja sama agar Rara mau berangkat bareng dengan Rekal.
"Makasih ya bunda" Ucap Rekal sambil cengengesan.
"Iya nak" Ucap bunda sambil tersenyum tulus.
Dan tak lama setelah itu, Rara keluar dengan wajah yang biasa saja sambil menggendong tas sekolahnya.
"Bunda, Rara berangkat ya.." Ucap Rara sambil salim kepada bundanya.
"Eh iya, Hati-hati"
"Rekal juga bun.." ucap Rekal sambil salim kepada Bunda Rara.
Setelah itu, mereka langsung pergi ke sekolah.
~~~
Di perjalanan, Rara membuka hp nya dan melihat notif dari Rekal yang banyak sekali.
"Ck. Banyak banget chat dari lo!" kesal Rara
"Bala tau gak?" Lanjutnya
Rekal hanya terkekeh dari balik helmnya.
"Oh iya, pap itu khusus buat bidadari ku"
Rara hanya memutar bola matanya malas. "Terserah lo deh.., tapi gue gak butuh"
"Ya gak apa-apa, kan Rara belum punya ayang"
Rara hanya memutar bola matanya malas. Ia benar-benar malas dengan gombalan lelaki.
Tak berselang lama, Rekal memulai pembicaraan.
"Oh iya Ra. Gue boleh nanya sesuatu gak?" Tanya Rekal dari balik helm nya.
"Ck. nanya apaan?"
"Rara kok kayaknya judes banget sama semua cowo? kenapa Ra?" Tanya Rekal penasaran.
"Ya suka-suka gue lah"
Rekal menghela napasnya. "Ya udah kalau belum mau cerita mah. Tapi kalau Rara butuh temen cerita, ke Rekal aja ya, hehe"
"Bukannya lo yang butuh temen cerita?" Ucap Rara yang membalikkan kata-kata Rekal.
"Hah? e-enggak kok" Ucapnya di akhiri kekehan.
Rara melihat ekspresi Rekal lewat kaca spion, memang tidak terlihat jelas, tapi Rara yakin kalau Rekal menyimpan rasa sedih itu seorang diri.
Bagaimana tidak? Ia selalu merasa bersalah karena sudah di lahirkan dan menyebabkan mamahnya meninggal. Dan sekarang papahnya pun membencinya. Belum lagi ada seorang ibu tiri yang selalu mencari kesalahan Rekal.
Rara memang tidak tau semua itu, tapi Ia yakin kalau setiap orang mempunyai kesedihan masing-masing, dan mereka juga bisa menutupi semua itu.
~~~
Saat memasuki gerbang sekolah, banyak pasang mata yang melihat mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
Brum.. brum.. brum..
Saat di parkiran, sudah ada Nando dan Jesica yang sedang berpacaran di atas motor. Sebenarnya, mereka berdua memang menunggu Rekal dan Rara.
Kedua pasangan itu langsung melihat Rekal dan Rara. Bukan Nando namanya jika Ia tidak meledeki teman nya itu.
"Anjayyy udah jadian nih?" Ledek Nando.
"Gak, ya!" Sentak Rara.
Rara langsung turun dari motornya dan membuka helm nya, lalau memberikannya kepada Rekal.
"Ini, makasih" Singkat, padat dan jelas.
"Sama-sama bidada—
"STOP!"
"Nama gue itu Rara, bukan bidadari!" Lanjutnya.
"Ya kan, bidadari itu panggilan sayang Ekal ke Ara" Ucapnya sambil tersenyum manis.
Rara memutar bola matanya malas. Sedangkan Nando dan Jesia yang mendengar itu langsung terkejut. Kenapa Rekal bisa selembut ini?
"Ini lo kan Rekal? bukan bebegig?" Tanya Nando.
Lantas Jesica tertawa terbahak bahak, kecuali Rekal dan Rara.