Saat-saat yang tak pernah bisa terlupakan
Yaitu saat diriku menemukan sosok yang bisa membuatku selalu
tersenyum
Mama.... kok Vero nggak di bangunin, kan jadi kesiangan" dengus Vero pada mamanya yang berada di ruang makan.
"Kata siapa mama nggak bangunin, tadi itu mama udah ketuk-ketuk pintu kamar kamu, tapi kamu nggak bangun-bangun, jadi jangan salahin mama dong kalau kamu kesiangan"
Sergah mamanya sambil mengulurkan roti yang sudah dikasih selai coklat kepada Vero.
"Pa hari ini Papa jadi kan nganterin Vero?"
"Papa minta maaf sayang, soalnya papa nggak bisa, pagi ini ada meeting mendadak sama klien dari luar negeri" jawab sang papa yang langsung membuat Vero cemberut.
"Tapi papa kan kemarin udah janji sama Vero"
"Papa kan tadi udah minta maaf sayang, kamu kan udah besar, nggak harus dianterin sama papa, lagian sekolah baru kamu juga deket kok dari rumah kita".
"Tapi ma, hari ini kan hari pertama aku masuk di sekolah baru aku"
Rengek Vero yang masih keberatan pada keputusan papanya.
"Udah nggak papa, lagian kepala sekolahnya kan om Pram, kamu juga udah pernah ketemu kan?"
Papa memang sengaja masukin aku di sekolah swasta milik sahabat lama papa, katanya biar aku selalu terawasi.
"Tapi itu udah dulu banget pa, terakhir aku ketemu sama om Pram kan waktu aku Tk, aku udah lupa kali".
"Udah gapapa, papa berangkat dulu ya sayang, papa jamin kamu pasti suka sama sekolah baru kamu"
Ujar papa sambil mengecup keningku dan beranjak meninggalkan rumah diantar oleh mama sampai depan, itu kebiasaan orang tuaku yang aku suka, yang bikin mereka tetap saling menyayangi meskipun papa selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.
Akhirnya Vero pun berangkat sendiri dengan sangat terpaksa.
"Vero ya?"
Tanya seorang guru yang berada di kantor saat Vero baru saja masuk ke dalam kantor setelah bertanya ke beberapa murid yang ada di halaman tadi.
"Iya pak, saya murid baru, pindahan dari SMA BINA KASIH Surabaya"
Jawab Vero sambil berusaha tersenyum sopan.
"Iya, saya sudah tahu, kamu pasti sudah lupa ya sama saya? Terakhir kali kita bertemu, kamu masih kecil, lucu sekali, eeh tau-tau sekarang sudah besar. Saya om Pram, papa kamu pasti sudah cerita kan?"
Ucap seorang laki-laki yang berada di hadapannya, mungkin dia adalah kepala sekolah, ucapku dalam hati dan langsung di benarkan dengan ucapan beliau bahwa dia adalah om Pram sahabat papa.
"Oh iya om eh pak, maaf saya lupa" ucap Vero sambil tersenyum kikuk.
Setelah cukup lama ngobrol-ngobrol akhirnya om Pram mengantarkan Vero ke kelas, dia masuk di kelas XI IPS 2. kelas yang berada di lantai 3 sebelum ujung.
“Vero silahkan kamu perkenalkan diri kamu dulu”
Ucap seorang guru yang ada di kelas tersebut.
“Hai nama aku Veronika Putri Ardiansyah tapi biasa dipanggil Vero, aku pindahan dari Surabaya, terimakasih”
“Hai juga cantik”
“Yee liat cewek cakep aja gercep Lo”
Ujar beberapa anak yang ada di kelas tersebut.
“Sudah ya anak-anak, sekarang kita lanjut lagi pelajaran kita, dan kamu Vero silahkan kamu duduk di sebelah Sandra di kursi yang masih kosong itu”
“Baik bu terimakasih”
Kemudian Vero berjalan ke tempat duduk yang dimaksud oleh guru yang ternyata bernama Bu Indah itu. Sampai di tembat duduknya pun dia disambut dengan baik oleh cewek yang bernama Casandra Lisya atau yang biasa di panggil Sandra.
*****
Akhirnya bel istirahat yang di tunggu-tunggu oleh hampir seluruh siswa berbunyi, hampir semua anak berebut keluar kelas, untuk segera ke kantin mengisi perut yang udah minta jatah.
"Ver, ke kantin yuk, laper nih" ajak Sandra.
"Emm boleh deh"
Sampai di kantin ternyata disana sudah hampir penuh, untung saja masih ada kursi yang tersisa untuk Vero dan Sandra. Sambil menunggu pesanan, mereka saling bercerita, tapi lebih tepatnya Vero yang cerita karena dari tadi Sandra terus saja bertanya, kenapa pindah lah, kenapa ke sekolahnya dia lah, dan pertanyaan yang bikin Vero tambah laper, tapi untung saja pesanan mereka segera datang .
Dulu aku tinggal di Bandung, tapi waktu aku kelas 1 SD keluargaku pindah ke Surabaya, sampai aku kelas X, dan sekarang awal aku memasuki kelas XI, papa pindah tugas ke Jakarta, makanya sekarang aku pindah ke Jakarta dan sekolah di sini, SMA CITRA BANGSA yang kata papa adalah salah satu sekolah Swasta terbaik di Jakarta, dan karena aku nggak tahu banyak tentang sekolah-sekolah yang ada di Jakarta, aku hanya bisa menurut sama pilihan papa. Sebenarnya aku nggak mau pindah ke Jakarta, walaupun aku bukan asli orang Surabaya, tapi karena aku dari kecil sudah di Surabaya, dan semua temen-temenku ada disana aku jadi nggak pingin ninggalin tempat aku tumbuh dan juga teman-temanku, tapi lagi-lagi karena aku anak perempuan papa sama mama satu-satunya, aku jadi harus selalu dalam pengawasan mereka. Itu yang selalu papa katakan waktu aku ngotot ingin tetap di Surabaya. Kadang aku suka iri sama kakak-kakakku yang bisa kemana aja. Oh iya, aku itu tiga bersaudara, dan aku anak terakhir. Kakak pertama ku namanya Randi Putra Ardiansyah, dia sekarang kuliah di Jerman sedangkan kak Raditya Putra Ardiansyah kakak keduaku sekarang kuliah di Bandung, mereka boleh ngambil kuliah dimana saja, but me??? Boro-boro, mau menetap di Surabaya saja di tentang habis-habisan. Dan papa selalu mengakhirinya dengan kata-kata kalau mereka itu cowok sedangkan kamu itu cewek Vero, jadi harus selalu ada yang jagain.
Papa
Sayang , maaf papa nggak bisa jemput kamu, tapi kamu tenang saja, papa sudah minta pak ujang buat jemput kamu.
"Lo kenapa Ver, cemberut gitu mukanya, eh nanti pulang sekolah ke toko buku mau nggak, mau ya soalnya gue males kalau pergi sendiri".
"Yah, sory banget deh San, aku udah di jemput, nih barusan papa yang WA, ngeselin banget padahal aku juga sebenernya pengin banget jalan-jalan, kalau besok aja gimana San?"
"Ya udah deh, nggak papa kok, bokap Lo kaya gitu tandanya dia sayang sama Lo Ver".
"Iya sih, tapi mereka itu suka over protek banget sama aku".
"Udah-udah dari tadi ngomel terus Lo, entar cepet tua loh, yaudah gue balik dulu ya"
Ujar Sandra sambil berlalu meninggalkan tempat parkir, tidak terasa mereka jalan, ternyata sudah sampai di tempat parkir, Vero pun langsung melihat ke sekeliling mencari mobil milik papanya. Setelah melihatnya Vero kembali berjalan ke arah mobil merah milik papanya tersebut.
*****
"Lama banget, abis ngapain aja sih, Sampe lumutan nih gue nungguin lo" ujar seseorang dari dalam mobil yang langsung membuat Vero terkejut.
"Kak Randiiii, kok kakak ada disini? Jahat banget sih pulang kok nggak ngasih kabar, bukannya yang jemput aku harusnya pak Ujang?"
"Surprise, kaget kan gue ada disini, udah nggak usah berisik, jadi lo mau pulang bareng abang lo yang ganteng ini atau nungguin pak Ujang?"
"Apaan sih, sok kegantengan banget" ujar Vero sambil masuk mobil.
"Tapi lo suka kan gue ada disini?"
"Emang kak Randi kapan balik sih?"
"Tadi malem, gue sengaja nyuruh mama sama papa buat nggak bilang sama lo"
"Emangnya kenapa, jahat banget sih sama adik sendiri juga"
"Soalnya gue pingin ngasih lo surprise, gimana suka kan?" Tanya kak Randi.
Vero hanya bisa ngangguk-ngangguk sambil tersenyum, Vero memang deket sekali dengan kedua kakaknya, meskipun mereka memiliki sifat yang sangat berbeda. Randi yang tidak bisa di atur dan seenaknya sendiri, mungkin karena dia hidup di lingkungan yang seperti itu di Jerman jadi terbiasa tetapi disisi lain juga dia memiliki rasa tanggung jawab yang besar dan sangat menyayangi keluarganya. Sedangkan Radit yang 180 derajat sangat beda dengan kakaknya, dia lebih pendiam dan cool tapi sebenarnya peratian juga, selain itu Radit juga asyik untuk diajak sharing. Yang terakir Vero, cewek yang bisa menyatukan mereka berdua, karena mereka sangat sayang sama adik perempuan mereka itu. Mungkin karena memiliki saudara yang seperti itu juga yang membuat dia memiliki sifat perpaduan dari kedua saudaranya itu. Vero terkadang bisa menjadi cewek manja yang suka sekali merajuk tak jelas kepada kakak-kakak dan orang tuanya, tapi disisi lain Vero juga terkadang bisa menjadi cewek mandiri dan sedikit tomboy yang suka sekali adventure semenjak dia dulu diajak sang kakak untuk ikut haiking, Vero juga sangat perhatian dengan keluarganya, mungkin karena dirinya perempuan sehingga saat dia mengetaui kakaknya ada yang sakit maka dengan telaten dia akan merawatnya sampai sembuh seperti waktu dirnya masih SMP dulu Randi pernah sakit tipes selama hampir 2 minggu dan selama itu juga Vero sangat sabar dan telaten merawat kakaknya itu sampai kembali pulih.
"Makan dulu yuk, laper banget nih gue"
"Tapi mama gimana?"
"Kalau soal mama biar gue yang urusin, udah lo tinggal ikut aja"
"Ya udah, terserah kakak aja deh" jawab Vero pasrah.
*****
"Lo mau pesen apa dek?"
Tanya kak Randi setelah mereka sampai di salah satu tempat makan yang lumayan ramai.
"Sama kaya kakak aja deh" ujarku sambil tersenyum.
"Dasar cewek"
"Biarin"
"Randi?!! Kok lo disini?"
"Eh bro, iya nih baru balik tadi malem gue, lo sekarang di Jakarta juga?"
"Enggak gue cuma lagi main aja, ngomong-ngomong siapa nih, cewek lo?"
"Ini adik gue Vero, lupa ya lo"
"Oh, Vero yang dulu suka ngumpetin sepatu gue ya? Iya gue inget, sekarang udah besar ya, cakep lagi, haha"
Ujar temen kak Randi yang entah siapa, tapi wajahnya memang tidak asing sih, tapi entahlah Vero kan memang sangat pelupa, apalagi kalau soal nama orang.
"Haha masih inget aja lo"
"Eh dek, lo masih inget nggak sama Yugo, dia yang dulu suka banget jailin lo?"
Tanya kak Randi, tapi yang ditanya malah bengong, setelah agak lama mikir, akhirnya Vero berhasil menginget juga, dia kan temen kak Randi yang paling jail, dulu hanya dia yang Vero tidak mau panggil kakak, tapi itu dulu, waktu Vero masih kecil.
"Oh iya aku inget, kak Yugo gimana kabarnya?" jawab Vero setelah berfikir cukup lama.
"Tunggu-tunggu, sekarang lo mau manggil gue kak? padahal dulu kalau lo mau manggil gue kak nunggu gue nyulik abang lo dulu" ledek kak Yugo.
"Itu kan dulu kak, udah ah jangan dibahas lagi aku malu" ujarku akhirnya
"Oiya, Lo sendirian aja bro?"
"Enggak kok, gue sama sepupu gue, tapi dia lagi ke toilet"
"Kalau gitu gabung aja kita cuman berdua kok" ujar kak Randi tanpa meminta persetujuan dari Vero.
"Boleh deh, sekalian gue kangen pengen jailin adik lo lagi" ujar kak Yugo sambil melirikku.
"Kak Yugo ih" jawab Vero sambil tersenyum malu.
"Dasar lo" Ujar kak Randi sambil menjitak kak Yugo.
"Yugo"
Tiba-tiba ada cowok yang menepuk pundak Yugo dari belakang.
"Lama amat lo, eh kenalin ini sepupu gue Revaldo"
Ujar kak Yugo memperkenalkan sepupunya. Kami pun berkenalan.
"Do kenalin ini Randi temen gue dan itu Vero adiknya"
"Valdo" ucap Revaldo sambil mengulurkan tangannya.
"Vero" jawab Vero sambil menerima uluran tangan Valdo.
"Randi" kak Randi juga melakukan hal yang sama.
"Lo sekolah di SMA CITRA BANGSA juga ya?"
Tanya Valdo kepada Vero yang jelas, karna hanya dia yang masih pake baju seragam.
"Iya kak" jawabku pendek.
"Kok gue nggak pernah liat lo?" tanya revaldo lagi.
"Iya aku pindahan soalnya jadi wajar kalau kak Valdo nggak pernah liat aku" Jawab Vero.
"Oh pantes, lo kelas berapa?"
"Kelas XI IPS 2"
"Gue kelas XII IPA 2" ternyata tanpa Vero bertanya Valdo sudah memberi tahunya.
"Oh jadi kalian satu sekolahan nih? Jangan-jangan kalian jodoh lagi, yoi nggak bro?" ujar kak Yugo pada kak Randi.
"Hahaha bisa aja lo"
Vero dan Valdo hanya tersenyum dan mata mereka berdua sekilas saling menatap tanpa sengaja.
"Kak Yugo ada-ada aja" ujar Vero akhirnya
Setelah cukup lama ngobrol-ngobrol dan selesai makan, mereka langsung pulang, tapi karena ini di jakarta, jadi nggak mungkin kalau nggak melihat yang namanya macet. Dan akhirnya mereka pun terjebak macet cukup lama.
"Dek cowok lo sekarang siapa sih, dari tadi mainan hp mulu?"
"Enggak ada kak, lagian juga aku mau fokus belajar aja sekarang"
"Beneran?"
"Ya bener lah, nggak percayaan banget"
"Kalau gitu sama Revaldo aja, kayaknya kalian berdua cocok tuh, lagian tadi lo juga ngeliatin dia terus kan" goda kak Randi.
"Apaan sih kakak, males ah dah mulai rese nya mending tidur aja aku"
"Loh kok tidur, gue lagi ngomong woi!"
"Bodo" ujarku dan langsung pura-pura tidur.
"Ah elah nggak asyik lo, bangun enggak" ujar kak Randi sambil menggelitiki Vero.
"Ih apaan sih kak Randi awas loh nanti nabrak".
*****
"Jangan-jangan kalian jodoh lagi, iya nggak bro"
Kenapa ya kok aku dari tadi kepikiran kata-kata kak Yugo tadi siang sih. Ucap Vero dalam hati.
"Hayoloo!!! Lagi mikirin siapa, senyum-senyum sendiri lagi" Ujar Randi sambil tiduran di sebelah Vero.
"Ih, kak Randi apaan sih, ngagetin aja, lagian siapa juga yang lagi senyum-senyum"
"Jelas-jelas dari tadi gue panggil nggak jawab, eh waktu gue masuk ternyata lagi senyum-senyum sendiri, pake ngelak lagi"
"Ih kak randi STB, lagian ngapain sih malem-malem pake masuk kamar orang"
"STB apaan tuh?"
"Hahaha STB aja nggak tau, STB tuh Sok Tau Banget, huuuu dasar" ledek Vero pada kakaknya.
"Emang nggak boleh? Biasanya juga nggak ngambek tuh, eh lo besok ada acara enggak"
"Enggak, emang kenapa?"
"Jalan-jalan, mau enggak"
"kemana?"
"Ada deh, tapi tenang aja, tempatnya di jamin keren kata Yugo, lo mau kan nemenin abang lo yang ganteng ini" bujuk kak Randi sambil memasang wajah sok imutnya yang memang imut sih.
"Ganteng? Ganteng apaan? Lagian tumben amat sih ngajakin aku, baisanya juga kalau aku mau ikut nggak boleh" selidik Vero.
"Yaa soalnya biar rame aja, lagian Yugo juga pengen lo ikut, mau ya".
"Iya deh, aku ikut, udah sana aku ngantuk mau tidur" ujar Vero sambil mendorong kakaknya keluar.
*****
"Vero cepetan udah siang nih!!!"
"Iya sabar dong, lagian ini kan baru jam 06:00" Ujar Vero sambil turun dari atas, karena belom tau mau kemana, Vero memutuskan memakai celana jins panjang sama kaos pendek warna biru, dan mengucir rambut panjangnya, biar simpel. Sama kamera yang selalu Vero bawa kalau mau bepergian, salah satu hobi Vero memang fotografer.
"Lama amat sih, Yugo udah WA dari tadi nih"
"Iya iya sory deh, ayo cepetan berangkat" ujarku sambil masuk mobil.
"Emang mau kemana sih, kak Yugo belum bilang juga?" tanyaku penasaran.
"Udah diem aja lo nanti juga tau, kamera lo dibawa kan"
"Ya dibawa dong, emangnya kenapa?"
"Soalnya lo bakal nyesel kalo lo nggak bawa kamera lo itu"
Setelah Vero bersusah payah membujuk kakaknya akhirnya dia mau memberi tahu tujuan mereka, yaitu villa kak Yugo yang berada di Bogor, katanya selain ada perkebunan teh, disana juga ada air terjun yang bagus banget, ternyata kak Yugo masih inget aja kalau Vero suka banget sama pemandangan alam. Karena dulu waktu kecil Vero suka banget menggambar pemandangan alam, terus kalau di tanya pasti jawabannya sama karena Vero pengen punya rumah di pegunungan dan bisa tinggal di tempat seperti yang ada di gambarnya.
*****
"Gimana? Nggak nyasar kan" tanya Yugo yang sudah menunggu di depan villa saat Randi dan Vero sampai.
"Ya enggak lah, ingetan gue masih kuat kali"
"Gimana Ver, capek ya? Yaudah yuk kita langsung masuk ke dalem aja" tanya Yugo yang sudah berada di depan halaman villanya.
"Enggak ko kak, tadi dijalan udah tidur sebentar" jawab Vero.
"Iya lo enak bisa tidur, gue kan enggak" jawab Randi sewot.
"Do, tamu kita udah dating nih"teriak Yugo sambil masuk kedalam rumah.
"Hai Vero, apa kabar?" tanya revaldo padaku.
"Baik" ujar Vero sedikit kaget melihat Valdo ada disiti juga.
"Do anterin Vero ke kamarnya ya" pinta Yugo
"Yuk gue anter"
*****
"Ini kamar lo, dan yang di sebelah kanan lo itu kamar Yugo sama kakak lo, trus ini di depan lo kamar gue"
"Oke, makasih kak"
"Ya udah, kalau gitu gue turun dulu ya, kalau ada apa-apa lo bisa panggil gue aja"
Ujar Revaldo sambil tersenyum pergi.
Vero juga langsung masuk ke dalam kamar yang cukup luas, dan langsung berjalan ke samping jendela yang bisa dibuka dan cukup besar.
"Wow keren banget, sumpah ini pemandangan bagus banget, nggak salah kak Randi ngajak aku ikut" ujar Vero takjub.
Dari kamarnya, Vero bisa melihat kebun teh yang luas, dan juga bukit-bukit yang semuanya berwarna hijau, ada juga burung-burung yang dari tadi terbang bebas di dekat jendela kamarnya.
“Ver, yang lain udah siap, makan dulu yuk" tiba-tiba Valdo sudah ada di belakangnya.
"Eeh"
"Kalau lo mau kesana gue bisa anter kok" ujar Revaldo yang langsung membuat Vero exited.
"Beneran kak?"
"Iya, tapi nggak sekarang, kasian soalnya yang lain udah nungguin di bawah"
Setelah itu mereka turun untuk makan siang sambil ngobrol-ngobrol sampai akhirnya mereka mutusin untuk jalan-jalan di kebun teh yang berada di sekitar villa dulu, besok baru mereka pergi ke tempat tujuan.
*****
"Foto-foto lo bagus juga" puji Valdo saat mereka sedang duduk di bawah salah satu pohon yang cukup besar dan rindang, karena kelelahan jadi mereka memutuskan untuk istirahat dulu.
"Vero lo lihat sini deh".
"Apa?"
"Kak Valdo ih jail banget"
Ternyata dia sengaja manggil Vero untuk dia foto .
"Cantik juga, liat nih hasil jepretan gue" ujar Revaldo sambil memperlihatkan hasil foto yang dia ambil barusan.
"Bagus, Kak Valdo juga suka fotografi ya?"
"Ya lumayan lah, kalau lagi nggak ngapa-ngapain gue suka iseng ambil-ambil gambar gitu".
*****
"Enak banget ya suasana disini, masih asri" ujar Vero saat mereka sedang dalam perjalanan pulang.
"Gue juga sering kesini kalau lagi boring"
"Eh, kak liat itu ada pel-".
"Bruuggg"
Entah apa yang terjadi tiba-tiba Vero terpeleset dan terjatuh, mata Vero yang dari tadi terpejam, perlahan-lahan dia buka dan, oh God!
Kak Valdo... dia... aku dan Kak Valdo jatuh bersamaan setelah dia berusaha menyelamatkan aku tapi karena tanahnya licin, dia jadi ikut terjatuh dan parahnya lagi aku jatuh tepat di atas tubuhnya, yang membuat jarak kita saat ini hanya berapa cm saja, karena aku bisa merasakan nafasnya di wajah aku yang mungkin sekarang sudah merah kaya tomat deh. Setelah aku sadar aku pun langsung berusaha bangun.
"Eh-aduuh, maaf kak" ucap Vero terbata.
"I-iya lo nggak papa? Apa ada yang sakit nggak?" tanya Valdo khawatir.
"Enggak papa kok,kak Valdo gimana ada yang sakit?"
"Enggak kok gue baik-baik aja".
*****
Setelah makan malam, mereka berempat ngobrol-ngobrol di taman samping villa, tapi sejak lima menit yang lalu, kak Yugo dan kak Randi masuk ke dalam, meninggalkan Vero dan Valdo berdua saja.
"Malam ini langitnya indah banget ya, tau nggak kak, kadang aku tuh suka bingung sama orang yang nggak suka sama mereka, padahal menurut aku pemandangan paling menakjubkan itu kan di langit malam yang setiap harinya berubah-ubah, yang selalu dihiasi dengan bintang-bintang yang bertaburan seperti sedang menari-nari, dan bulan yang begitu tenang. Setiap aku merasa sedih atau kesepian, aku pasti selalu memandang langit malam dan itu seperti sihir menurut aku, karena setelah aku melihat bintang, bulan dan kunang-kunang yang kadang muncul, pasti aku selalu merasa lebih baik dan enggak jadi sedih lagi.
Kalau kakak nggak percaya kakak bisa coba deh, aku yakin kak Valdo juga pasti akan merasakan hal yang sama seperti yang aku bilang tadi" ujar Vero sambil melirik Valdo di sebelahnya.
"Mulai sekarang kalau lo merasa sedih atau kesepian, lo nggak harus nunggu malam tiba, lo boleh kok panggil gue kapanpun buat nemenin lo" ucapan Valdo seperti sengatan listrik yang langsung membuat Vero terpaku selama beberapa detik.
"Thanks ya kak”
Setelah itu tiba-tiba Valdo mengusap kepala Vero sebelum akirnya mengajak dia masuk ke dalam karena angin malam sudah mulai makin kencang tidak bersaabat dengan mereka lagi.
*****
"Masih jauh nggak kak" Tanya Vero pada Randi yang berada di depan Vero.
"Sabar, dikit lagi juga sampe kok" ujar Valdo sambil menepuk pelan kepala Vero yang kebetulan ada di depannya.
"Mau gue bawain ransel lo?"
"Enggak usah, nggak papa kok"
"Ya udah... but if you tired you must tell me, oke" bisik Valdo tepat di depan wajah Vero.
"Oke" jawabku sambil tersenyum untuk meyakinkan Valdo.
"Capek ya?"
Tanya Valdo saat mereka sedang duduk melihat sunrise, di bawah ada air terjun yang membuat veo pengen cepet-cepet ke bawah, tapi pemandangan yang ada di depannya sekarang jauh lebih indah karena jarang jarang kan kita bisa melihat kaya gini, semua rasa capek seketika hilang bersama munculnya sang surya yang begitu mengagumkan.
"Cantik ya?" ujar Vero yang langsung dijawab dengan senyuman ole Valdo.
"Perasaan Valdo perhatian banget sama Vero, lo suka sama Vero ya Do?" goda Yugo.
"Apaan sih, sok tau lo"
"Emang gue tau, Gue dari tadi juga ngeliatin kali, lagian kalo suka juga nggak papa lagi, tinggal bilang aja kenapa sih, iya enggak Bro?" ucap Yugo pada Randi.
"Iya, ngomong aja nggak papa kok, yang penting kan makan-makannya jangan lupa"
"Hahaha bener banget tuh, kalo itu gue setuju deh".
"Yeeee kalau makanan aja cepet" ujar Vero pura-pura kesal meliat ulah mereka.
"Ver jadi jalan-jalan enggak? Di sekitar situ bagus-bagus loh objeknya, dari pada disini ada yang sok tau" ujar Valdo sambil menarik tangan Vero.
"Yuk, mending cari objek daripada disini"
"Jagain yang bener tuh adek gue" Teriak Randi.
Valdo menjawabnya dengan mengacungkan jempol.
*****
"Ver sini cepetan" ujar Valdo saat Vero sedang asyik memotret burung yang berada di atas bunga.
"Bentar, aku lagi-" sebelum Vero selesai bicara Valdo langsung menarik tangan Vero dan-
"Woww, kak ini indah banget, sumpah aku nggak pernah lihat pelangi sedeket ini" ujar Vero takjub melihat apa yang dia lihat. Air terjun yang begitu indah ditambah pelangi yang melintasi air terjun tepat di hadapannya itu seperti jembatan untuk menuju pinggir air terjun dan disekitarnya ada kupu-kupu yang bergerombol seperti melindunginya. Saat Vero sedang sibuk dengan kameranya tiba-tiba Valdo merebutnya.
"Kak Valdo, kamu mau ngapa-" lagi-lagi sebelum Vero selesai berucap Valdo sudah memotongnya lebih dulu.
"Sini gue fotoin dulu sebelum pelanginya hilang, masa dari tadi yang keliatan cuman pelanginya aja".
"Cantik"
"yaudah, sekarang kakak juga ikut foto, biar aku inget terus orang yang udah bawa aku sampe disini”
"Aku bahagia banget hari ini, thanks ya kak udah bawa aku kesini" Ujar Vero saat mereka sedang duduk di atas air terjun yang tingginya kira-kira 20 meter, awalnya Vero nggak berani tapi Valdo terus saja membujuknya sampai akhirnya mereka ada disini sekarang dan memang sebagus itu pemandangan dari atas sini.
"Gue juga happy, bisa ada disini sama lo"
*****
Walaupun hanya sebentar, tapi kejadian tadi siang membuat Vero tidak bisa tidur, padahal udah jam 1 malam, setelah cukup lama Vero akhirnya memutuskan untuk keluar sekedar untuk menikmati udara malam disini dan juga melihat bintang-bintang yang seperti sedang meledeknya. Saat Vero sedang duduk di taman, tiba-tiba seperti ada yang berjalan ke arahnya, Vero pun berdiri hendak melihat siapa yang berada di sekitar sini malam-malam begini. Tapi, saat Vero hendak berbalik, tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang.
"Udah jam segini kenapa belum tidur dek? Tanya seseorang yang ternyata adalah Randi.
"Ya ampun kak Randi, bikin kaget aja aku kira siapa, aku nggak bisa tidur makanya aku keluar, lagian pemandangan disini sayang banget kalau harus dilewatin begitu saja" jawab Vero lembut.
"Kak, kakak percaya nggak sama yang namanya cinta pada pandangan pertama?”
“Kenapa? Lo suka sama Valdo?”
“Nggak tahu tapi rasanya aku nyaman aja kalau sama dia, menurut kakak itu cinta bukan?”
“Duh, adek kakak udah gede ternyata, udah suka sama cowok, besok-besok udah susah pasti pelukin adek gue kayak gini”
“Ih kakak apaan sih, kakak mau peluk aku kapan aja ya pasti tetep boleh lah”
Akhirnya mereka berdua saling berpelukan cukup lama sampai akhirnya Vero tertidur di pelukan Randi saat Randi diminta untuk menyanyikan lagu favorit mereka berdua.