Read More >>"> Violet, Gadis yang Ingin Mati (12.Kemarahan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Violet, Gadis yang Ingin Mati
MENU
About Us  

Hanz bisa merasakan tangannya berdenyut ketika jari-jari itu terkepal dan lecet. Dia bisa melihat Dave bangun dari lantai dan kelihatan tidak senang sementara Violet masih tampak ketakutan, mencengkeram sweater di dada.

“Katakan itu pada dirimu sendiri,” desis Hanz. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat. Tadinya, dia kira Asami hanya terlalu histeris.

“Kamu tahu kenapa aku nggak suka sama Dave? Dia pernah membuat mabuk salah satu cewek di kelasku dan berbuat hal yang buruk. Aku khawatir kalau Violet mengalami hal yang sama.”

Itulah yang dikatakan Asami saat cewek itu menelepon Hanz. Saat itu, dia sedang dalam perjalanan dengan sepeda, menuju rumah Dave karena Evan dan Kirk mengundangnya untuk datang. Tadinya cowok itu hanya berdiri di dekat pintu, ingin memastikan apa yang terjadi saat mendengar suara Violet yang berteriak.

“Ini bukan urusanmu, Hanz. Pergilah.”

“Baik,” ujar Hanz sambil melepas jaketnya dan menyampirkan benda itu di sekeliling bahu Violet. Dia bisa merasakan kalau tubuh cewek itu bergetar hebat dan napasnya juga tersengal.

Kami pergi dari sini.”

“Sialan. Siapa yang bilang kalau kamu boleh membawanya? Dia cewekku!”

Hanz berdiri di depan Violet saat Dave maju mendekat. “Nggak seperti itu yang kulihat. Dave, selama ini aku diam karena berpikir kalau hal-hal yang menyangkut dirimu dan cewek-cewek itu bukan urusanku. Tapi, kali ini berbeda. Kamu sadar apa yang barusan kamu lakukan? Kamu berusaha memerkosa seorang cewek.”

“Omong kosong,” sergah Dave. “Dia cuma jual mahal. Kami melakukannya atas dasar suka sama suka.”

“NGGAK!” jerit Violet. “Kamu yang memaksa! Aku sudah bilang nggak mau! Nggak mau!” Hanz berpaling dan bisa melihat Violet hampir limbung. Cewek itu kelihatan tidak kuat berdiri lagi jadi Hanz cepat-cepat memapahnya.

“Kamu dengar sendiri, kan? Sekarang, biarkan kami pergi.”

Hanz menuntun Violet keluar. Wajah cewek itu tampak acak-acakan dengan sisa-sisa air mata. Lengan Hanz terasa sakit karena tangan Violet mencengkeramnya kuat-kuat. Ketika berjalan di koridor, Hanz memutuskan untuk lewat pintu belakang karena saat ini semua orang sedang berpesta di ruang tengah. Mereka akan langsung heboh kalau melihat keadaan Violet sekarang.

 

Lima belas menit kemudian, Hanz dan Violet sudah tiba di rumah Asami setelah cewek itu mengirim mobil untuk menjemput. Wajahnya terlihat begitu kaget dan marah ketika melihat kondisi Violet. Hanz duduk di salah satu kursi beledu sementara Asami menemani Violet yang berselimut stola.

“Tolong minta seseorang untuk menyiapkan sup pedas sekarang,” ujar Asami ketika salah seorang pelayan masuk dan meletakkan teh dan kopi panas di meja. Pelayan berkemeja hitam itu mengangguk lalu keluar dari kamar.

“Maaf, aku ja … jadi merepotkan.”

Hanz merasa nyeri saat mendengar suara Violet yang terbata-bata. Cewek itu masih syok, gemetar dalam stola kotak-kotak dan kelihatan pucat pasi. Dia benar-benar tidak sangka kalau Dave bisa terobsesi untuk mempertahankan rekornya yang tidak pernah ditolak gadis-gadis. Dan cowok itu merinding, membayangkan apa yang akan terjadi kalau sampai semuanya terlambat.

“Temanmu itu apa-apaan, sih?” teriak Asami tiba-tiba sampai mengagetkan Violet di kursinya. “Apa aku perlu panggil polisi untuk menangkapnya? Ini sudah pelecehan seksual. Dia harus dihukum!”

Hanz bangkit dari kursi dan memberi isyarat agar Asami mengikutinya keluar ruangan. Awalnya, Asami tampak menolak tapi lalu mengikuti Dave setelah memastikan Violet tidak apa-apa.

“Apa, sih?”

Hanz bersandar di tembok. “Ini nggak bisa main lapor saja. Kamu tahu apa dampaknya kalau seisi sekolah tahu?”

Asami terdiam, tampak sadar kalau dirinya tidak berpikir sejauh itu.

“Kamu tahu kalau Violet sekarang sudah rentan gosip karena masalah Casey, kan? Kalau Dave bicara macam-macam, keadaannya akan lebih buruk. Orang-orang lebih dekat dan percaya padanya daripada Violet yang lebih sering nggak main sama mereka.”

Asami mengentakkan kaki, kelihatan marah dan kesal. “Harusnya tadi aku ikut dan membawa salah satu katana, lalu menebasnya.”

Hanz terkekeh, merasa lucu karena baru kali ini melihat sisi lain Asami yang tampak seperti anak kecil sedang ngomel-ngomel. “Aku nggak sangka kamu bisa akrab dengan Violet,” kata cowok itu sambil melirik ke dalam ruangan lewat celah pintu. Violet masih menyandarkan diri di kursi, memegang selimut erat-erat.

“Dia nggak kayak yang lain. Malah ….” Asami memandang Hanz. “ … kupikir kalian mirip. Sama-sama nggak tertarik sama orang lain, sama-sama misterius. Tapi baik hati.” Asami terdiam sejenak lalu melanjutkan, “Kalian juga mirip soal memendam perasaan dan menahan diri. Seperti bom waktu.”

Hanz tertawa kecil. “Makasih buat pujiannya. Terus sekarang bagaimana? Violet nggak mau pulang karena adiknya sedang mengundang teman-temannya ke rumah. Dia nggak mau bikin adiknya cemas kalau pulang dalam kondisi begitu. Lagi pula, dia juga agak mabuk. Aku bisa mencium bau alkohol dari mulutnya waktu memapahnya.”

“Dia minum?”

“Kurasa Dave yang memberikannya.”

“Si brengsek itu ….” Asami mendesis marah lalu menarik napas panjang. “Biarkan dia dulu di sini sampai tenang. Aku akan menelepon ke rumahnya dan bilang kalau dia menginap. Harusnya nggak masalah. Oh, sepertinya sup pedas sudah siap. Kamu juga makan dulu saja, Hanz.”

Cowok itu mengangguk dan mengikuti Asami yang masuk kembali ke ruangan. Dua orang pelayan menyusul sambil membawa baki beroda dengan mangkuk-mangkuk keramik putih bertengger di atasnya. Uap putih mengepul ke udara, mengantarkan aroma cabai dan bawang putih yang kentara.

“Sangat bagus dimakan di cuaca dingin begini. Ini juga bisa meredakan mabuk. Vi, kamu harus makan sedikit baru istirahat. Malam ini kamu menginap saja. Aku akan siapkan kamar tamu.”

“Tapi ….” Violet kelihatan tidak enak hati.

“Nggak ada tapi-tapian. Anggap saja ini kompensasi karena kamu pergi tanpa mengajakku.”

Hanz bisa melihat Violet tertawa meski tampak lemah. Setelah semangkuk sup pedas yang menyegarkan, Asami mengantar Violet ke ruang tidur untuk tamu yang letaknya di lantai dua. Hanz membantu memapah Violet di tangga melingkar dan berhenti di ambang pintu kayu ek yang berat, mengamati gadis berambut gelap itu perlahan naik ke ranjang dengan sokongan Asami. Sekilas, Hanz bisa melihat memar dan bekas luka dari lengan baju Violet yang tersingkap tapi dia tidak mengatakan apa-apa.

“Kalau perlu sesuatu, tekan saja bel ini. Pelayan akan datang. Kamu juga boleh meneleponku. Ponselmu kuletakkan di sini, ya.” Asami menaruh benda pipih berwarna keperakan itu di atas nakas, menyelimuti tubuh Violet sampai dagu dan menutup tirai-tirai.

“Ah, Hanz.” Violet tiba-tiba bangkit. Wajahnya masih memerah dan kelihatan syok. Dia menyelipkan sejumput rambut di belakang telinga lalu berkata, “Terima kasih banyak, untuk bantuanmu tadi.”

Hanz merasakan hatinya berjengit. Cowok itu balas tersenyum dan mengangguk lalu mundur saat Asami keluar dan menutup pintu di belakangnya.

“Nah, sekarang, bagaimana kamu akan menghadapi, Dave?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tumpuan Tanpa Tepi
6628      2537     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Under The Moonlight
1424      785     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Aku Menunggu Kamu
102      91     0     
Romance
sebuah kisah cinta yang terpisahkan oleh jarak dan kabar , walaupun tanpa saling kabar, ceweknya selalu mendo'akan cowoknya dimana pun dia berada, dan akhirnya mereka berjumpa dengan terpisah masing-masing
Rumah (Sudah Terbit / Open PO)
2177      982     3     
Inspirational
Ini bukan kisah roman picisan yang berawal dari benci menjadi cinta. Bukan pula kisah geng motor dan antek-anteknya. Ini hanya kisah tentang Surya bersaudara yang tertatih dalam hidupnya. Tentang janji yang diingkari. Penantian yang tak berarti. Persaudaraan yang tak pernah mati. Dan mimpi-mimpi yang dipaksa gugur demi mimpi yang lebih pasti. Ini tentang mereka.
Premium
MARIA
5099      1858     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
EPHEMERAL
92      84     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
The Black Heart
841      440     0     
Action
Cinta? Omong kosong! Rosita. Hatinya telah menghitam karena tragedi di masa kecil. Rasa empati menguap lalu lenyap ditelan kegelapan. Hobinya menulis. Tapi bukan sekadar menulis. Dia terobsesi dengan true story. Menciptakan karakter dan alur cerita di kehidupan nyata.
Of Girls and Glory
2533      1201     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
Si Neng: Cahaya Gema
96      86     0     
Romance
Neng ialah seorang perempuan sederhana dengan semua hal yang tidak bisa dibanggakan harus bertemu dengan sosok Gema, teman satu kelasnya yang memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka bersama walau dengan segala arah yang berbeda, mampu kah Gema menerima Neng dengan segala kemalangannya ? dan mampu kah Neng membuka hatinya untuk dapat percaya bahwa ia pantas bagi sosok Gema ? ini bukan hanya sede...
Tulus Paling Serius
1491      631     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?