Lima Tahun Kemudian
Tidak terasa lima tahun telah berlalu dengan berbagai rintangan yang acap kali menghampiri setiap manusia di bumi ini. Tak terkecuali dengan Elisa dan juga Erlan yang pada akhirnya bisa melewati badai dalam hubungan mereka hingga sampai akhirnyabisa membawanya menuju pelaminan sekitar tiga tahun lalu. Lebih tepatnya satu tahun setelah mereka lulus. Dan saat ini mereka juga sudah dikaruniai malaikat kecil dalam hidup mereka.
“Asyaaa jangan sayang. Kasian anak ayamnya” seru Elisa disaat melihat putri kecilnya yang sedang bermain dengan anak ayam warna warni yang baru saja dibelikan oleh kakeknya kemarin sore saat mereka jalan-jalan ke pasar malam. Saat ini mereka memang sedang mengunjungi rumah orang tua Elisa yang berada di Surabaya. Erlan juga kebetulan sedang ada proyek dikota ini sehingga mereka bisa sekalian berlibur cukup lama. Selain itu putri mereka Eltasya Putri Bumi Wijaya atau yang kerap dipanggil Asya ini sedang lincah-lincahnya dan senang sekali mengeksplor apapun yang ada disekitarnya sehingga Elisa sering sekali kewalahan saat mengurus anak yang masih berusia dua tahun ini seorang diri.
“Tapi dia belicik mama. Telinga Asya sakit dengelnya” jawab Asya dengan suaranya yang masih cadel.
“Tapi dia juga mau hidup sayang, kamu nggak boleh sakitin dia kayak gitu nanti Allah marah loh sama Asya. Asya mau Allah marah sama Asya?”
“Endak mau mama. Kata papa kan Asya anak baik, jadi Allah pasti sayang sama Asya kan Ma?”
“Makanya kalau Asya anak baik, Asya nurut sama Mama ya, sekarang masukin lagi anak ayam itu ke kandangnya habis itu kamu kasih makan. Kasian dia pasti kelaperan dari tadi nggak kamu kasih makan kan?”
“Oh iya Ma, Asya lupa,hihi. Maafin Asya ya Jolly, Pincy, sama yelly Asya lupa belum kasih kalian makan”
Setelah itu Asya kembali memasukkan anak-anak ayam yang dia beri nama Jolly karena warna bulunya yang hijau, Pincy dengan warna bulunya yang Pink sedangkan yelly karena warna bulunya kuning. Entahlah pemikiran Asya itu terkadang membuat orang tuanya takjub dan suka geleng-geleng kepala sendiri. Tapi selain itu Elisa dan Erlan sangat bersyukur karena semenjak kehadiran Asya di hidup mereka, keluarga kecil mereka menjadi penuh dengan tawa dan keceriaan siapa lagi kalau bukan karena si kecil Asya.
π£π£π£
“Ma, Papa kapan pulang si, Asya kan udah kangen sama Papa” tanya Asya saat mereka sedang berada di ruang tamu sambil menonton kartoon favorit Asya. Sekarang memang sudah jam lima sore, dan biasanya Erlan juga sudah pulang, tapi sekitar satu jam yang lalu Erlan mengabarinya jika dirinya akan pulang terlambat karena masih harus bertemu dengan salah satu client nya di luarkantor. Semenjak lulus kuliah Erlan memang langsung diberikan tanggung jawab oleh Oma dan Opanya untuk mengurus perusahaan mereka. Sehingga Erlan sekarang sudah tidak bisa memiliki waktu sebanyak dulu kepada Elisa. Bahkan dia juga harus rela meninggalkan Band nya demi mengemban amanah dari sang Opa.
“Sabar ya sayang, Papa masih ada kerjaan jadi pulangnya sedikit telat hari ini”
“Ma, temen Asya kok ada yang punya adek kecil sih, Asya kok nggak punya? Padahal kalau Asya punya adek kecil pasti selu bisa jadi temen main Asya. Kita beli adik kecil aja yuk Ma” Elisa dibuat terkejut mendengar penuturan putri kecilnya itu. Dasar keturunan Erlan ini suka sekali membuatnya berfikir keras untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan randomnya. Pikir Elisa
“Asya sayang, adek kecil yang Asya mau itu nggak dijual sayang. Kalau kamu mau nanti kamu bilang sama papa ya”
“Cucu kakek lagi ngapain nih, kok kakek nggak diajakin sih?” tiba-tiba Atma sudah berada di ruang tamu beriringan dengan Maya yang berada di belakangnya sambil membawa cemilan dan juga teh untuk suaminya.
“Asya lagi minta adik kecil Kek, soalnya kata temen Asya yang punya adik kecil itu seneng jadi ada temen main”
“Wahh kakek juga setuju sama Asya tuh biar makin rame dirumah iya kan nek?”
“Tapi kata Mama adik kecil nggak dijual Kek, jadi Asya bingung halus cali adik kecil dimana” keluh Asya dengan wajah yang dibuat memelas membuat semua orang yang ada disana terkekeh melihatnya.
“Kamu nggak perlu cari kemana-mana sayang, kamu tinggal minta aja sama Allah, biar di perut Mama kamu cepet dikasih adik kecil”
“Kenapa adik kecilnya harus dipelut mama nek? Kan kasihan adik kecilnya kesempitan”
Belum juga mereka menjawab pertanyaan ajaib dari Asya, suara salam dari pintu membuyarkan mereka semua dan serempak langsung membalas salam dan melihat siapa yang datang.
“Papaaaa kenapa papa pulangnya lama? Asya udah kangen sama Papa tau” melihat Papanya yang membuka pintu membuat Asya langsung bergegas memburu Erlan dan langsung memeluknya dengan erat di dalam gendongannya. Anak itu memang lengket sekali dengan Papanya padahal waktu mereka bersama sangat sedikit tidak seperti waktunya bersama Elisa.
“Maaf sayang, Papa tadi ada urusan sebentar jadi pulangnya telat. Oiya kamu lagi ngapain tadi?”
“Asya lagi minta adik kecil Pa” ucapan Asya sontak langsung menghentikan Erlan. Dia lantas melihat ke arah istrinya yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Sedangkan Elisa yang mendapat tatapan seperti itu hanya bisa mengedikan bahunya saja sambil kembali berjalan untuk menyalami suaminya dan juga mengambil alih tas kerja dan juga jasnya.
“Biarin Papa mandi dulu ya sayang, kasian Papa baru pulang pasti capek. Emangnya Asya nggak mencium bau asem papa ya? Mama aja dari sini kecium loh” gurau Elisa agar anaknya membiarkan Erlan untuk bersih-bersih dahulu. Sedangkan Erlan yang mendengar penuturan istrinya pun langsung menghirup tubuhnya mencari kebenaran dari ucapan sang istri.
“Ihh papa bau, Asya ndak mau sama Papa kalau papa belum mandi. Jolok”
Asya langsung saja meminta diturunkan dari gendongan sang Papa. Melihat tingkah putrinya justru membuat Erlan bergegas menjahili Asya dengan menciumi seluruh wajah putrinya sampai anak itu kegelian.
π£π£π£
Sekarang sudah jam sepuluh malam dan Asya juga sudah tertidur semenjak dua jam yang lalu setelah capek bermain dengan Papanya. Dan kini tersisa Elisa yang masih asyik bergelayut memeluk lengan Erlan di atas tempat tidur mereka sambil menunggu Erlan menyelesaikan pekerjaannya.
“Masih lama Mas?” tanya Elisa setelah dirinya berada diposisi ini sudah hampir satu jam.
“Sebentar lagi sayang. Nah selesai” ujar Erlan sambil membereskan laptopnya dari pangkuannya. Setelah itu Erlan kembali membawa tubuh istrinya kedalam pelukannya.
“Sayang, tentang permintaan Asya tadi sore, kamu mau kan kabulin permintaan dia. Aku juga udah kangen gendong bayi lagi loh” bujuk Erlan kepada Elisa yang masih berada di pelukannya.
“Yaudah aku nurut apa kata Mas aja deh, lagian aku juga suka kasihan lihat Asya main sendiri kalau aku lagi sibuk di dapur”
“Beneran?” tanya Erlan meminta kejelasan tentang jawaban istrinya barusan dan langsung diangguki saja oleh Elisa.
Setelah itupun mereka langsung melakukan apa yang Asya minta. Yah, kalian cukup tahu aja lah ya gimana prosesnya. Disini kita skip aja langsung pagi,hehe
“Sayang hari ini aku ada janji mau ketemu sama Irgi karena kebetulan dia juga katanya lagi ada disini, nggak papa kan aku pulangnya agak telat nanti?” Ujar Elisa sedang membantu Erlan menyiapkan perlengkapannya untuk bekerja. Sudah menjadi kebiasaan bagi Erlan jika dia akan meminta Elisa yang mengenakan dasinya setiap pagi, bukan karena dia tidak bisa tapi karena dia suka.
“Iya mas nggap papa lagian kalian juga udah lama kan nggak ketemu, atau nggak ajak dia sekalian makan malam disini aja mas”
“Ya udah nanti aku coba ngomong sama dia kalau bisa nanti kita makan malem bersama ya”
“Asya belum bangun?” tanya Erlan yang menyadari tidak adanya perusuh dikamar mereka.
“Lagi diajak Papa ke kebun tadi, katanya ada beberapa pohon Mangga yang udah siap panen”
“Kayaknya Asya lebih betah disini ya daripada di Bandung, gimana kalau kita pindah kesini aja Ma, kita bikin rumah di dekat sini. Aku lihat nggak jauh dari sini ada tanah yang lagi dijual loh”
“Kalau ngomong kayak nggak pake mikir aja sih Mas, kamu urusin dulu ituloh pekerjaan kamu yang seabrek di Bandung. apa bisa main ditinggal gitu aja? Udah sana ke ruang makan aja aku udah siapin nasi goreng kesukaan kamu tadi”
Setelah itu Elisa pergi membereskan kamar mereka dan juga membawa beberapa baju kotor mereka untuk dia cuci. Mereka memang tidak mempekerjakan asisten rumah tangga disini karena orang tua Elisa yang memang merasa kurang suka. Sedangkan untuk merawat Asya Elisa juga tidak menggunakan Babysitter karena dia ingin merawat anaknya sendiri sehingga dia lebih bisa mengerti dan memahami apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh anaknya.
Selesai sarapan Elisa mengantar suaminya sampai ke depan rumah dan menunggu sampai suaminya meninggalkan pekerangan rumah itu dengan mobilnya. Barulah Elisa akan memasuki rumah jika dia sudah tidak bisa melihat kendaraan suaminya dari depan rumahnya.
π£π£π£
Suara ponsel mengejutkan Elisa yang baru saja menemani tidur siang Asya di kamarnya. Dengan bergegas Elisa langsung beranjak dari sana agar tidak membangunkan anaknya yang baru saja terlelap.
“Hallo, Kenapa Rin?” sapa Elisa setelah dirinya berhasil keluar dari kamar sang anak.
“Hallo Ca, gue mau ngasih kabar baik buat lo, ya ampun gue seneng banget tau nggak sih” seru Karin diseberang sana membuat Elisa dengan reflek menjauhkan ponselnya dari telingannya.
“Bisa nggak usah teriak nggak, sakit telinga gue tau. Ada apa sih?”
“I’m a pregnant sist, OMG gue bener-bener nggak nyangka akhirnya penantian gue selama ini terbayar juga ya”
Ya, Karin memang sudah menikah dengan Aldi sekitar dua tahun yang lalu, dan selama itu juga mereka selalumengikuti program kehamilan tapi entah mengapa selalu saja gagal. Makanya Elisa tidak heran kenapa Karin bisa se happy ini disaat dirinya akhirnya bisa merasakan apa yang selama ini dia harapkan juga. Elisa yang mendengarpun tak kalah bahagianya. Tapi sayangnya semenjak menikah Karin harus LDR dengan Elisa karena dia harus mengikuti Aldi yang mendapatkan pekerjaan di Ibu kota.
“Ya ampun gue ikut seneng dengernya Rin, lo jangan banyak aktivitas dulu pokoknya ya, lo juga harus kurang-kurangin makan chunk food. Oiya lo udah periksa ke dokter kan? Udah berapa minggu usia kehamilan lo?” serbu Elisa kepada Karin tidak kalah antusiasnya dari Karin yang diseberang sana.
“Kalau tanya bisa satu-satu nggak buk, pusing gue dengernya”
“Hehe sorry deh. Gue terlalu exited soalnya pas dengar lo akhirnya hamil”
“Iya gue juga. Kata dokter sih usianya masih baru lima Minggu dan alhamdulillah juga keadaannya sehat. Gue juga nggak ngalamin yang namanyamorning siktness tapi si Aldi noh yang justru tiap pagi muntah-muntah sampai lemes. Kasian gue liatnya”
“Syukur deh kalau gitu, yaudah pokoknya lo harus kabarin gue terus ya kalau ada apa-apa”
“Siap. Oh iya, ponakan gue lagi apanih? Kangen gue sama si cerewet Asya”
“Dia lagi tidur siang, udah susah banget sekarang dia kalau disuruh tidur siang, apalagi semenjak disini udah deh dimanjain banget tuh sama kakek neneknya”
“Btw, lo nggak ada rencana buat kasih dia adek Ca, dia juga udah besar kan?”
“Doain aja Rin biar secepetnya dikasih, gue juga lagi berusaha kok”
“Omegat, semoga segera ya biar kita bisa hamil bareng pasti seru deh”
“Yaudah gue mau ke suami gue dulu ya Ca, nanti gue telfon lagi”
Setelah itu Elisa mematikan telfonnya dan bergegas menuju dapur untuk membantu ibunya memasak. Karena Erlan beberapa saat lalu mengabarinya jika dia akan mengajak Irgi untuk makan malam disini.
Oiya, semenjak beberapa tahun yanglalu akhirnya Irgi berhasil sembuh dari masalah yang dialaminya selama ini. Itu semua juga berkat Erlan yang selalu saja menyemangati Irgi dan juga membantu Irgi melewati semuanya sampai akhirnya dia benar-benar bisa menjadi laki-laki sejati.
Sedangkan Andre, dia sekarang menetap di singapura untuk melanjutkan usaha milik orang tuanya dan dia juga sudah menikah dengan Milly sekitar satu tahun lalu. Memang diluar dugaan, Andre yang begitu aktif bisa juga menjinakkan Milly yang sedikit brutal itu. Sekarang Milly juga tengah hamil besar kabarnya sih sekitar dua minggu lagi bayinya akan segera lahir.
Kembali ke Elisa, kini dia dan ibunya sedang menyiapkan makan malam dengan saling mengobrol berbagai macam topik pembicaraan yang bisa dibahas. Dari masalah Asya sampai dengan masalah yang sedang ramai ada di negara ini.
“Mama Asya lapel” seru Asya yang baru saja keluar dari kamarnya.
“Iya sayang sebentar ya mama cuci tangan dulu. Kamu tunggu di meja makan ya sayang”
“Ma, aku siapin makan buat Asya dulu ya”
“Iya sayang, ini juga udah hampir selesai kok” Setelah itu Elisa bergegas membawa makanan untuk Asya dan menemaninya sampai dia menghabiskan makanannya. Elisa memang sudah mengajarkan supaya Asya bisa makan sendiri.
π£π£π£
Malam sudah tiba dan mereka pun sedang menunggu Erlan dan juga Irgi yang sebentar lagi baru akan sampai kata Erlan di telfon tadi.
“Assalamualaikum”
Asya yang mendengar suara sang Papa langsung saja menghampiri pintu untuk menyambut laki-laki kesayangannya itu.
“Waalaikumsalam papa Asya yang paling ganteng”
Erlan terkekeh mendengar penuturan anaknya itu. Dai langsung saja membawa Asya kedalam gendonagnnya dan kembali berjalan ke ruang makan yang sudah ditunggu istrinya.
“Pa, meleka siapa?” tanya Asya yang baru menyadari keberadaan sepasang laki-laki dan perempuan yang berada di belakang Erlan.
“Mereka temen Papa sama Mama sayang. Coba salim dulu”
“Hallo Om aku Asya” salam Asya sambil menyalami tamu orang tuanya tersebut.
“Hallo cantik, kenalin aku Om Irgi dan ini calon istri Om namanya tante Gita”
“Loh kalian?” tiba-tiba saja Elisa sudah berada dihadapan mereka dengan wajah terkejutnya.
“Sayang, biarin mereka duduk dulu ya”
Setelah itu mereka pun duduk di ruang makan dan bersiap untuk makan malam, selesai makan baru lah mereka bercerita bagaimana mereka bisa bersama dan akan segera melangsungkan pernikahan. Ya, kalian masih ingat dengan Gita teman kuliah Elisa? Dia yang akan menjadi istri seorang Irgi. Memang dunia ternyata sesempit ini. Elisa juga memberitahukan kabar Karin yang baru saja dia tahu siang tadi. Mereka menikmati malam ini dengan kebersamaan yang sudah lama tidak mereka rasakan. Dengan perasaan yang penuh dengan suka cita dan tidak ada lagi dendam diantara mereka.
π£π£π£
Terimakasih sudah mengikuti perjalanan Elisa dan Erlan, semoga kisah mereka bisa membuat kalian para pembaca menjadi lebih menghargai keberadaan orang-orang yang ada disekitar kita. Dan selalu ada untuk kita. Sampai jumpa di kisah berikutnya.
Salam sayang dari si penulis amatir
ceritaismaa