Sesuai janjinya kepada Elisa semalam, Erlan hari ini memutuskan untuk kembali ke Bandung sepagi mungkin dan yang pasti setelah meminta izin dan juga mengucapkan maaf dan terimakasih kepada orang tua Elisa yang selama dia disini sudah mau menerima dan memperlakukan dirinya dengan sangat baik.
Erlan sudah meninggalkan rumah milik keluarga Elisa sejak sekitar satu jam yang lalu dan sekarang disaat waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi Erlan sudah berada di dalam pesawat yang dia pesan tadi malam. Erlan memilih menggunakan pesawat karena dia ingin segera menyelesaikan semua masalahnya dimasa lalu dan juga menemui orang-orang yang bersangkutan dengan masa lalunya yang membuat dirinya harus rela berpisah sementara dengan gadis yang sangat dicintainya. Dia juga sudah mengetahui darimana Elisa mengetahui semua kisah masa lalunya dari seseorang yang menerornya selama beberapa minggu terakhir ini.
Awalnya Erlan memang sempat curiga dengan sikap Elisa yang seakan menghindarinya hingga kemarin siang disaat mereka sedang makan siang, Erlan sengaja meminta dibuatkan wedang jahe karena tubuhnya merasa kurang sehat. Dan disaat Elisa tengah sibuk di dapur untuk membuatkan wedang jahenya, Erlan diam-diam menyadap ponsel milik Elisa yang masih tertinggal di meja makan. Dari situlah dia tahu jika ada seseorang yang selalu meneror Elisa dengan chat-chat yang menghasut Elisa agar dia menjauhi Erlan sampai dengan mengirimkan beberapa foto dirinya saat masih berhubungan dengan Irgi. Dan parahnya lagi kemarin pagi orang tersebut mengirimi berbagai macam foto disaat Erlan dan juga Irgi tengah berciuman dengan mereka yang berada diatas ranjang kamar hotel dengan tubuh yang telanjang dada. Hal itu pasti yang meyakinkan Elisa dan membuatnya bersikap demikian kepada Erlan. Sampai pada malam harinya pertengkaran merekapun terjadi dengan emosi Elisa yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Sedangkan Erlan yang memang merasa dirinya salah pun memaklumi kemarahan Elisa, dia hanya bisa diam menerima kemarahan gadisnya dan berusaha menjelaskan kejadian sebenarnya meskipun dia tahu itu pasti akan tetap melukai perasaan Elisa.
Sementara itu dikediaman keluarga Elisa siang ini agak berbeda dari kemarin yang penuh dengan kebahagiaan. Maya yang merasa khawatir dengan putri bungsunya karena sejak pagi belum juga keluar kamar, bahkan disaat Erlan berpamitan pun dia sama sekali tidak menemuinnya sama sekali. Awalnya Maya akan membangunkan Elisa tapi karena Erlan mencegahnya dengan mengatakan jika dirinya sudah berpamitan dengan Elisa semalam dan juga dia tidak mau mengganggu istirahat gadisnya maka akhirnya Maya tidak jadi membangunkan Elisa pagi tadi. Dan sekarang disaat orang-orang sudah siap akan makan siang anak itu belum juga keluar dari kamarnya al hasil Maya berinisiatif menemui Elisa dikamarnya karena khawatir jika terjadi sesuatu dengan putri bungsunya. Dan benar saja, ternyata disaat Maya masuk ke dalam kamar sang putri dia harus dikejutkan dengan melihat keadaan Elisa yang sudah tidak sadarkan diri ditempat tidurnya dengan wajah pucat dan juga badan yang cukup panas. Mengetahui hal itu Maya langsung memanggil sang suami untuk segera membawa Elisa ke rumah sakit. Mengingat dirumah ini hanya tersisa mereka karena Angga juga sudah pamit kembali ke Jogja pagi tadi bersamaan dengan Erlan. Sedangkan Indri dan suaminya masih di hotel dan baru akan kembali ke rumah mereka nanti sore sebelum besok pagi mereka juga akan pergi ke Jogja menempati rumah mereka sendiri.
Sampai di rumah sakit orang tua Elisa langsung membawanya ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan dengan segera. Sambil menunggu dokter memeriksa Maya masih saja terus menangis mengkhawatirkan putri bungsunya yang memang jarang sekali sakit.
“Yah Elisa nggak akan kenapa-napa kan? Nggak biasanya loh dia sakit sampai pingsan gitu”
“Insyaallah Elisa baik-baik saja Bu, Ibu cukup doakan saja, sudah jangan nangis lagi”
Atma lalu membawa istrinya kedalam pelukannya untuk menenangkan istri tercintanya itu. Sebenarnya dirinya juga tidak kalah khawatir dengan kondisi putrinya tapi dia harus kuat untuk bisa menenangkan istrinyasendiri. Beberapa saatkemudian dokter pun keluar dari ruangan Elisa.
“Dok, bagaimana kondisi putri kami dok? Dia baik-baik saja kan?”
“Untuk saat ini putri Bapak masih harus istirahat selama beberapa hari disini dan juga menjaga pola makannya, karena dari hasil pemeriksaan saya tadi anak bapak mengalami gejala tifus dan juga terlalu kelelahan, ditambah lagi sepertinya anak bapak juga sedang banyak pikiran sehingga membuat tubuhnya mudah sekali untuk drop seperti saat ini. Untung saja bapak segera membawanya kemari sehingga kondisinya belum terlalu parah dan juga bisa segera ditangani. Mungkin anak bapak baru bisa sadar sekitar dua jam lagi. Sebaiknya Bapak segera menuju administrasi terlebih dahulu untuk mengurus administrasi anak bapak agar bisa segera dipindahkan ke kamar rawat inapnya”
“Baik dok terimakasih” balas Atma
“Kalau begitu saya permisi dulu” pamit sang dokter yang segera diangguki oleh suami istri tersebut setelah mengucapkan terimakasih.
“Buk, ibu tunggu di dalam saja biar ayah yang ke administrasi ya”
“Iya pak,jangan lama-lama”
🐣🐣🐣
Erlan sampai di Bandung sudah sekitar satu jam yang lalu, sesampainya dikota ini Erlan langsung menemui seseorang yang sudah janjian dengannya semalam. Dan disinilah dia sekarang, di sebuah kafe yang masih cukup sepi karena memang saat ini masih terlalu pagi untuk mereka berada di tempat seperti itu kecuali memang sudah ada janji seperti Erlan saat ini.
“Erlan, sorry ya gue tadi abis ada meeting sama client soalnya, lagian lo tumben banget sih ngajakin ketemuan sepagi ini?”
“Langsung aja Mill, gue mau tanya sesuatu sama lo dan gue harap lo bisa jawab pertanyaan gue dengan jujur”
“Of cours Lan, lo kayak baru kenal gue aja, ada apa sih?”
“Lo yang selama ini teror Elisa kan?”
“M-maksud lo apa sih Lan? Gue nggak ngerti, jadi lo ngajak gue ketemuan sepagi ini cuma buat bahas cewek manja lo itu?”
“Cukup jawab pertanyaan gue Milly. Iya atau nggak! Lo nggak pantas sebut cewek gue seperti itu” bentak Erlan membuat cewek yang memang diajak janjian dengan Erlan bukan lain adalah Milly, sahabat sekaligus seseorang yang hampir dijodohkan dengan dia oleh keluarganya. Mendengar bentakan dari Erlan barusan pun membuat nyali Milly sepersekian detikmenciut, tapi dia masih berusaha terlihat setenang mungkin.
“Kalau emang gue, terus lo bisa apa? Gue yakin dia sekarang pasti udah jauhin lo kan? Lagian apa hebatnya cewek itu sih Lan? Bagusan juga gue dimana-mana”
“MAKSUD LO APA BANGSAT. Apa masalah lo sampai lo nekat ngelakuin itu hah?”
“KARNA GUE SAYANG SAMA LO ERLAN. Gue sayang sama lo dari dulu tapi lo nggak pernah liat gue sama sekali, lo selalu nolak gue dan gue sakit hati saat gue tau lo udah bisa cinta sama cewek lagi tapi kenapa dia? Kenapa bukan gue yang selama ini selalu ada buat lo Erlan? KENAPA?”
“Tapi bukan gitu caranya Mill, apa lo pikir dengan lo ngasih tau masa lalu gue ke Elisa lo pikir gue bakal mau sama lo? Kalau lo kira bakal kayak gitu lo salah Mill, karena sampai kapanpun yang gue cinta dan gue mau cuman Elisa bukan yang lain. Dan gue harap setelah ini lo nggak usah ganggu hidup gue ataupun Elisa lagi, gue nyesel udah pernah nganggep lo sahabat, karena nggak akan ada yang namanya sahabat tapi nusuk sahabat sendiri dari belakang”
“Tapi gue sayang sama lo Erlan, gue cuman mau lo bisa nerima perasaan gue dan lo bisa belajar buat sayang sama gue juga”
“Gue nggak bisa Mill, perasaan gue udah sepenuhnya buat Elisa. Jadi stop berusaha deketin gue dan jangan pernah lo nampakin muka lo dihadapan gue atau gue bakal lebih nekat lagi sama lo Mill, lo pasti tau gue nggak akan pernah main-main sama ucapan gue kan?”
Setelah mengatakan apa yang ingin Erlan katakan dia langsung pergi dari tempat itu. Dia sudah bertekat untuk menyelesaikan masa lalunya dan sekarang satu masalahnya sudah beres. Tinggal satu lagi yang perlu dia bereskan sebelum dia menemui Elisa lagi untuk menjemputnya kembali ke Bandung dan kembali menjadi gadisnya.
Rasanya baru berpisah beberapa jam saja tapi Erlan sudah sangat merindukan gadis mungilnya. Dia sebenarnya ingin sekali menghubungi Elisa sekedar menanyakan keadaannya apakah dia sudah makan atau belum tapi dia juga memikirkan perasaan Elisa, dia pasti masih butuh waktu untuk menerima masa lalunya atau parahnya lagi dia justru sedang berusaha melupakannya. Ah memikirkan itu saja sudah membuat Erlan frustasi apalagi kalau hal itu benar terjadi. Erlan sudah tidak tahu lagi akan sekacau apa dirinya jika Elisa benar-benar tidak mau lagi dengannya.
Karena terlalu fokus dengan isi pikirannya Erlan tidak sadar jika sekarang dia sudah sampai di pekarangan rumah Omanya. Tadi pagi dia menelfon Omanya menanyakan apakah dia sudah kembali dari tempat Omnya di singapura atau belum dan kebetulan Oma Lira mengatakan jika dirinya sudah kembali sejak kemarin. Dan disinilah dia sekarang, memang yang dibutuhkan Erlan saat ini adalah dukungan dari orang-orang yang dia sayang dan yang bisa mengerti keadaannya.
“OMA ERLAN UDAH SAMPAI” teriak Erlan saat memasuki rumah besar ini.
“Oma di dapur sayang” balas Lira dengan sedikit berseru agar cucunya dapat mendengar suaranya. Mendengar itu Erlan langsung berjalan menuju dapur dan benar saja, Lira terlihat sedang sibuk dengan berbagai peralatan dapurnya dengan menggunakan celemek berwarna coklat yang melapisi dress rumahan yang dikenakannya. sesampainya Erlan di dapur dia langsung memeluk Lira dengan erat seakan menumpahkan segala rasa gundahnya dan mencari ketenangan disana. Sedangkan Lira yang dikagetkan dengan pelukan dari cucunya tersebut langsung bisa menebak jika terjadi sesuatu dengan cucunya itu.
“Loh Elisa mana? Nggak ikut pulang bareng kamu?” tanya Lira yang menyadari kedatangan Erlan yang seorang diri. Padahal Lira sudah mengira jika cucunya akan menemuinya bersama kekasihnya itu. Sedangkan Erlan yang mendapat pertanyaan dari sang Oma langsung mengeratkan pelukannya.
“Oma, Erlan harus apa? Elisa marah sama Erlan Oma” bukannya menjawab pertanyaan sang Oma Erlan justru bertanya sesuatu hal yang membuat Lira kebingungan sendiri.
“Maksud kamu apa Sayang? Kamu berantem sama Elisa? Sini cerita yang jelas sama Oma” akhirnya Lira membawa Erlan untuk duduk di kursi ruang tamu yang memang tidak jauh dari dapur.
“Kenapa hmm?”
“Elisa Oma, dia udah tau semuanya. Dia udah tau masa lalu aku dan dia nggak mau bicara sama Erlan sekarang, Erlan takut Oma, Erlan takut kalau Elisa nggak mau lagi sama Erlan” cerita Erlan dengan mata yang sudah berkaca-kaca setelah mereka duduk di ruang tamu.
“Cepat atau lambat Elisa memang harus tau semua tentang kamu sayang, begitu juga kamu, Oma tahu ini nggak mudah buat kamu dan juga Elisa, tapi kalau memang kalian berjodoh pasti akan ada aja jalan supaya kalian bisa bersama lagi sayang. Tugas kamu sekarang cukup kasih Elisa kepercayaan, bikin dia percaya kalau kamu memang udah sembuh dan kamu benar-benar sayang sama dia. Oma yakin Elisa anak yang baik, dia pasti bisa ngertiin kamu sayang”
“Tapi kalau akhirnya Elisa tetep nggak mau sama Erlan gimana Oma?”
“Ya itu artinya dia bukan jodoh kamu. Sekarang Oma tanya, kenapa Elisa bisa tiba-tiba tahu masa lalu kamu? Kamu yang cerita sendiri atau dia tahu dari orang lain?”
Erlan pun akhirnya menceritakan bagaimana bisa Elisa mengetahui masa kelamnya dengan rinci tanpa menutup-nutupi apapun. Bahkan dia juga menceritakan pertemuannya dengan Milly pagi tadi sebelum dirinya kesini. Lira yang mendengar cerita dari Erlan pun sempat terkejut saat mengetahui jika ada campur tangan dari seseorang yang bahkan sudah dia anggap sebagai cucunya sendiri ternyata tega menghancurkan kebahagiaan cucu kesayangannya ini.
“Ya sudah sekarang kamu kasih dulu waktu buat Elisa menerima semua fakta ini, setelah dia kembali kesini baru kamu jelasin semuanya lagi mengenai Milly dan juga mengenai perasaan kamu lagi. Oma yakin Elisa pasti akan luluh kalau dia melihat perjuangan kamu selama ini sayang”
“Makasih Oma, emang cuman Oma yang bisa ngertiin Erlan”
“Ya sudah lebih baik sekarang kita makan, kamu pasti belum makan kan?”
Merekapun akhirnya menikmati makan siang mereka karena memang sekarang sudah waktunya makan siang. Setelah itu Erlan diminta untuk menemani Lira berbelanja, sebenarnya itu hanya alasan Lira saja supaya cucunya bisa menghirup udara luar dan tidak berlarut-larut dalam masalahnya.