Sudah dari tadi sore sebenarnya Elisa sibuk bolak-baik di dalam kamarnya sedangkan Karin yang ada diatas ranjangnya mulai pusing melihat kelakuan sahabatnya itu. Elisa sudah menjelaskan kepada Karin mengenai ajakan Erlan malam nanti. Tapi Karin justru menganggap itu sebagai keberuntungan untuk Elisa karena dengan mengajaknya ke acara keluarganya sama dengan dia sudah menjadikan Elisa bagian dari keluarganya. Tapi tetap saja semua itu tidak membantu meredakan nervousnya justru setiap dia melihat jam yang ada di dinding kamarnya dia semakin merasa jantungnya berdetak dua kali kebih cepat dari biasanya. Padahal Karin sudah membantu memilih baju yang akan dia kenakan selain itu Karin juga akan membantu merias wajahnya tidak terlalu mencolok hanya saja dia ingin terlihat baik dan rapi dalam pertemua pertama dengan keluarga kekasihnya itu.
“Udah si Ca, duduk aja dulu tenangin diri lo, acaranya juga masih nanti malem kan” Karin yang sudah mulai jengah melihat kelakuan sahabatnya itu akhirnya berusaha menenangkan Elisa dan menyuruhnya untuk lebih relaks lagi.
“Dulu waktu lo ketemu sama keluarga Aldi gimana Rin?” akhirnya Elisa menurut juga untuk duduk di kursi yang ada didepan meja riasnya sambil menatap ke arah sahabatnya yang tengah menonton drakor di dalam laptop miliknya. Karin yang mendapat pertanyaan tersebut langsung mengalihkan pandangannya dari laptop dihadapannya dan beralih menatap sahabatnya yang sedang menunggu jawabannya dengan wajah serius.
“Ya gue sebenarnya juga sama nervous kaya lo cuman untungnya dulu Aldi selalu berhasil nenangin gue dan sebelum gue ketemu gue juga udah beberapa kali telfonan sama nyokapnya Aldi jadi nggak secanggung itu sih” jawab Karin sambil mengingat pertemuan pertamanya dengan orang tua Aldi kekasihnya itu.
Mendengar jawaban Karin, Elisa bukannya menjadi tenang justru membuatnya semakin gusar, pasalnya Elisa sama sekali belum pernah berkomunikasi lewat apapun dengan keluarga Erlan dan ini akan menjadi kali pertamanya dan langsung dengan keluarga besarnya bukan hanya orang tuanya saja.
Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan jam 7 malam dan Elisa baru saja menyelesaikan make upnya dibantu Karin. Melihat tampilannya di depan cermin Elisa tersenyum bangga karena sahabatnya benar-benar membantu menyempurnakan penampilannya malam ini. Sebenarnya Elisa bisa saja make up sendiri hanya saja dia masih suka merasa kurang puas dan percaya diri dengan hasilnya berbeda dengan Karin yang memang sudah bisa dibilang mahir dalam ber-make up. Dan benar saja, malam ini Karin membuat Elisa sedikit terlihat berbeda dengan wajahnya yang dia make up tidak terlalu medok bahkan bisa dibilang make upnya sangat soft dan sangat cocok dengan warna kulit wajahnya yang bisa dibilang kuning langsat ini. di tambah lagi dengan rambut sebahunya yang dia biarkan tergerai indah hanya saja dia buat sedikit bergelombang untuk menambah sempurna penampilannya malam ini.
“Udah beres deh tinggal lo pake tuh bajunya” ucap Karin sambil melihat penampilan sahabatnya itu dari cermin yang ada dihadapan mereka berdua.
“Thanks Rin, make up lo emang nggak pernah mengecewakan” puji Elisa sambil menoleh ke sahabatnya yang di sampingnya.
“Apasih yang enggak buat sahabat kesayangan gue. Udah ih sana pakai bajunya nanti keburu Erlan dateng loh” Omel Karin sambil mendorong pelan Elisa untuk segera berganti baju. Elisa pun hanya menurut saja dan bergegas mengambil gaun berwarna hitam yang ada di atas tempat tidurnya dan beergegas membawanya ke dalam kamar mandi. Setelah sekitar sepuluh menit akhirnya Elisa selesai mengganti bajunya dan berjalan menuju depan cermin untuk memastikan penampilannya. Dress hitam sepanjang lututnya kini terlihat sangat cocok melekat di tubuhnya membuat penampilannya semakin terlihat sempurna dipadukan dengan dirinya malam ini. Siapa saja yang melihat Elisa pasti akan memuji kecantikannya malam ini seperti Karin yang tengah menatap sahabatnya penuh pesona dan kebanggaan.
“Nggak nyangka gue bisa bikin lo secantik ini Ca, kayaknya besok gue udah bisa buka salon deh Ca dan jadi MUA terbaik di Bandung” puji Karin melihat penampilan Elisa dari atas hingga bawah. Dan diapun akhirnya tersadar jika Elisa belum mengenakan heels nya. Dengan terburu-buru Karin mengambil heels dengan warna putih gading setinggi lima senti meter yang ada di deretan sepatu milik Elisa.
“Nih pake ini” ujar Karin sambil menyodorkan sepatu yang baru saja dia ambil. Elisa hanya menerimanya saja sambil tersenyum melihat antusias sahabatnya itu ternyata bisa mengurangi nervousnya. Dia mengenakan heels tersebut sambil duduk di kursi depan meja riasnya. Saat dia baru saja selesai mengenakan heels nya hanfon yang ada di tempat tidurnya berbunyi tanda ada panggilan masuk, Elisa pun langsung berjalan mengambil ponselnya dan mengangkat telfon yang ternyata dari kekasihnya itu.
“Hallo Lan” sapa Elisa setelah telfonya tersambung.
“Aku udah di depan nih, kamu udah siap?”
“Eh iya bentar lagi”
“Okay aku tunggu di depan ya”
“Ya udah aku matiin telfonya ya”
“Iya love”
Setelah mematikan sambungan telfonnya dia langsung mengambil tas selempang warna putih gading yang senada dengan sepatunya. Dia juga tidak lupa menyemprotkan parfum pada tubuhnya.
“Erlan udah di depan, gue pergi dulu ya Rin”
“Iya udah sana, gue juga udah ngabarin Aldi dia lagi otw kesini. Nanti kuncinya gue taro tempat biasa ya”
“Iya. Doain gue ya Rin”
“Siap, udah sana kasian Erlan udah nungguin dari tadi”
“Yaudah iya, gue pergi”
Setelah itu Elisa meninggalkan Karin di kamarnya seorang diri. Sedangkan dirinya berjalan keluar dan benar saja, sudah ada Erlan disana sedang berdiri bersandar pada pintu mobilnya. Tapi dia terlihat sedang serius dengan ponselnya sehingga dia tidak menyadari kedatangan kekasihnya itu. Erlan terlihat sangat cocok menggunakan jas hitam dan kemeja putih yang membuat tampilannya terlihat lebih tampan dari biasanya.
“Maaf ya udah nunggu lama” sapa Elisa setelah dirinya sampai di hadapan Erlan yang masih sibuk dengan ponselnya seperti sedang berbalas pesan entah dengan siapa. Mendengar itu Erlan langsung mengalihkan pandangannya dari ponsel yang ada di genggamannya dan beralih menatap gadisnya yang kini tengah berdiri di hadapannya. Erlan terdiam cukup lama sambil memperhatikan gadisnya dari bawah hingga atas. Pandangannya tak lepas sedikitpun dari perempuan yang kini ada dihadapannya.
“Erlan ih jangan liatin aku kayak giu. Aku nggak cocok ya pake baju ini?” Elisa yang melihat pacarnya hanya diam saja pun mulai gelisah.
“Kamu cantik banget. Pandangan aku sampai nggak bisa lepas dari kamu sayang”
“Masa sih? Kamu bohong ya? Aku jelek ya?” Elisa masih belum percaya mendengar pujian dari kekasihnya itu.
“Serius sayang kamu cantik banget. Ya udah yuk langsung masuk aja nanti acaranya keburu mulai lagi” Erlan pun langsung menggandeng Elisa masuk kedalam mobilnya sambil terus tersenyum memandang kekasihnya yang terlihat blussing mendengar ucapannya barusan. Mereka langsung meninggalkan kosan Elisa dan melaju dengan kecepatan standar menuju rumah kakek neneknya Erlan. Orang tua Erlan sudah berangkat duluan kata Erlan.
🐣🐣🐣
Selama di perjalanan mereka mengobrol banyak hal membuat Elisa berhasil mengalihkan rasa gelisahnya. Namun saat Erlan memberhentikan mobilnya di depan rumah yang cukup besar itu berhasil membuat Elisa mulai merasakan gugup lagi tanpa sadar dia meremas tangannya yang sudah mengeluarkan keringat dingin entah sejak kapan. Sampai akhirnya panggilan dan sentuhan lembut dibahunya dari Erlan berhasil mengembalikan kesadaran Elisa kedunianya.
“Sayang udah sampai”
“Eh, iya” dengan terbata dia bersuara sambil berusaha untuk menyunggingkan senyum di bibirnya. Erlan yang menyadari perubahan wajah Elisa langsung menenangkan kekasihnya sambil menggenggam lembut tangan gadisnya.
“It’s okay, kamu nggak perlu khawatir. Aku akan selalu disamping kamu” ucapan Erlan berhasil membuat hati Elisa merasa sedikit lebih baik. Merekapun akhirnya turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam ruangan yang sudah terdapat cukup banyak orang. Erlan tidak berbohong dengan mengatakan akan ada disampingnya karena dari turun dari mobil bahkan dia selalu menggandeng tangannya dengan lembut. Sampai di dalam ruangan pun Erlan masih terus saja menggenggam tangannya seakan menyalurkan energi sambil terus malemparkan pandangan matanya ke seluruh ruangan seperti sedang mencari sesuatu sampai akhirnya sebuah suara mengejutkan mereka berdua.
“ERLAN”
Sapaan itu dilontarkan oleh seorang perempuan yang mengenakan gaun berwarna putih sepanjang mata kakinya. Meskipun sudah terlihat cukup berumur, tetapi wajahnya masih memancarkan sorot kecantikan dan juga memiliki pandangan mata yang menenangkan. Jika Elisa tebak usia perempuan dihadapannya ini sepertinya tidak beda jauh dengan ibunya.
“Hay ma, maaf kita baru sampai. Oiya yang lain dimana”
Mendengar itu Elisa sedikit terkejut. Dia menatap tajam ke arah Erlan tapi sepertinya dia sama sekali tidak sadar dengan tatapan Elisa yang menginginkan penjelasan darinya segera. Sampai akhirnya perempuan yang disebut Ma oleh Erlan mengalihkan pandangannya dari Erlan kepada Elisa yang ada disampingnya membuat dirinya kembali merasa gugup.
“Oh hay, kamu cantik sekali, kamu pasti Elisa kan? Erlan suka menceritakan tentang kamu sama Mama”
“Eh, iya tante aku Elisa” untung saja Elisa masih bisa menjawab dengan baik meskipun dirinya sedang diliputi rasa gugup dan penuh tanda tanya besar mengenai perempuan di hadapannya ini. Pasalnya Fathur masih saja bungkam di sebelahnya.
“Panggil Mama aja Elisa” ucap perempuan tadi masih dengan lembut yang hanya bisa Elisa beri anggukan dengan senyum masih sedikit canggungnya.
“Eh iya ma”
“Erlan ajak Elisa ke ruang tamu. Oma sudah menunggu kalian sejak tadi. Mama mau menemui temen mama dulu sebentar. Elisa Mama tinggal sebentar ya, kalau Fathur macem-macem pukul aja dia” ujar perempuan yang ternyata memang benar mamanya Erlan karena setelah Elisa perhatikan cukup lama ada beberapa kesamaan dan kemripan diantara mereka terutama pada warna mata keduanya. Dia sempat mengelus pelan kepala Elisa sebelum meninggalkan mereka berdua dengan senyum yang masih melekat dibibir tipisnya dengan indah. Setelah kepergian mamanya Erlan, Elisa menatap Erlan meminta penjelasan kepada pria yang sedang dihadapannya ini dan untung saja Erlan peka akan tatapan itu sehingga tanpa Elisa membuka suara Erlan langsung menjelaskan kepadanya.
“Iya sayang itu tadi mama aku, aku tadi mau bilang tapi mama udah ngomong duluan jadi yaudah deh” jelas Erlan sambil tetap menggenggam tangan gadisnya yang sudah mulai melembutkan tatapannya pada Erlan. “ya udah yuk langsung ke dalem kita udah ditungguin kan kata mama barusan” lanjut Erlan yang melihat Elisa tidak akan menanggapi ucapannya tadi. Merekapun kembali berjalan menuju ruang tamu, Elisa hanya diam sambil terus berjalan mengikuti langkah kaki laki-laki yang ada di sampngnya. Sampai di sebuah ruangan yang berisi beberapa orang disana tiba-tiba Erlan melepaskan genggamannya membuat Elisa sedikit terkejut tetapi sebelum Elisa bersuara Erlan sudah lebih dulu memindahkan tangan yang tadinya menggandeng tangannya kini melingkar pada pinggang kecilnya membuat tubuh mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya.
“Happy Birthday Oma sayang” ucapan Erlan benar-benar membuat seluruh orang yang berada disana beralih menjadi menatap mereka berdua. Elisa pun memberikan senyuman kepada mereka yang sedang menatap dirinya dan juga Erlan dengan tatapan penuh tanya. Perempuan yang Elisa kira adalah Omanya Erlan langsung berjalan ke arah mereka sambil terus menyunggingkan senyum di bibirnya. Matanya juga menyiratkan kebahagiaan dan juga kerinduan saat melihat Erlan berada di hadapannya.
“Cucu Oma sayang, kenapa kamu baru sampai? Oma sudah menunggumu sejak tadi” ujar Oma sambil memeluk Erlan erat dan membuat Erlan harus melepaskan Elisa dari rengkuhannya untuk membalas pelukan perempuan yang sudah terlihat cukup berumur namun masih sangat terlihat cantik dan juga segar. “Oh sebentar biar Oma tebak, ini pasti gadis yang kamu ceritakan di telfon kemarin kan? Kamu cantik sekali sayang, siapa nama kamu?” tanya Oma setelah melepas pelukannya dari Erlan dan beralih menjadi menatap Elisa, bahkan tangan kanan Oma langsung mengelus pipi Elisa lembut membuat wajah Elisa berseri karena mendapat pujian dari nenek Erlan.
“Elisa Oma” jawab Elisa sambil terus tersenyum ke arah nenek Erlan yang ada di hadapannya.
“Iya Oma, dia Elisa dia cewek Erlan. Cantik kan Oma?” Erlan kembali bersuara memberi jawaban atas pertanyaan yang di tanyakan oleh Omanya barusan sambil kembali melingkarkan tangannya di pinggang Elisa, membuat Elisa sedikit merasa tenang dan nyaman. Kemudian Omanya membawa Elisa untuk bersamanya membuat Erlan hanya bisa pasrah dan mengekor dibelakang dua perempuan yang dia sayang. Ternyata Omanya membawa Elisa untuk memperkenalkannya kepada Opa, dan juga om dan tantenya Erlan yang ada di ruang tengah ini. Elisa dapat melihat ada sekitar enam orang disana dan salah satunya terlihat seumuran dengan dirinya dan juga Erlan atau mungkin lebih muda darinya. Setelah semua orang disana dikenalkan Elisa kini tau jika Omanya Erlan memiliki tiga orang anak. Anak pertama adalah Om Adam ayah Erlan yang duduk di samping Opanya Erlan sedangkan anak keduanya adalah tante Indira yang juga sudah menikah dengan laki-laki yang Oma sebut bernama Om Darma yang kini duduk di sebelah kiri ayah Erlan. Mereka juga memiliki seorang putri yang bernama Ara, gadis cantik yang masih duduk dibangku SMA dan anak terakhir Oma bernama Om Dion dia duduk di sofa didepan Om darma dan istrinya. Om Dion juga sudah menikah dan Istrinya tengah mengandung anak pertama mereka itu yang elisa dengar dari penjelasan Oma barusan. Setelah itu Oma membawanya duduk di sofa sebelah suaminya yang kosong, sedangkan Elisa hanya menurut saja sambil tetap diikuti oleh Erlan yang kini ikut duduk di sebelahnya.
“Sudah berapa lama kamu mengenal Erlan nak? Sebelumnya Erlan bahkan belum pernah mengenalkan perempuan kepada Oma sampai akhirnya minggu lalu dia bilang akan mengenalkan seseorang kepada Oma dihari ulang tahun Oma”
“Belum lama kok Oma, sekitar tiga bulan yang lalu” jawab Elisa dengan sopan.
“Oma senang Erlan akhirnya bisa terlihat seperti teman-temannya yang lain dan sepertinya dia sekarang juga terlihat lebih bahagia setelah mengenal kamu” penjelasan Oma membuat Elisa sedikit mengerutkan alisnya tapi dia langsung menggantinya dengan senyuman. Memang belum banyak hal yang Elisa tahu tentang Erlan tetapi selama ini hubungan mereka cukup berjalan dengan baik meski beberapa kali mereka ada sedikit masalah. Dan Elisa pikir itu masih dalam tahap wajar dalam menjalani sebuah hubungan bukan.
“Oma Erlan denger loh” keluh Erlan sedikit kesal mendengar penjelasan Omanya barusan sepertinya.
“Oma waktunya sudah siap, semua orang sudah menunggu di luar” ucapan seseorang yang tidak lain adalah mamanya Erlan mengintrupsi mereka semua yang ada di dalam ruangan tersebut tak terkecuali Elisa.
“Oke baiklah” jawab Oma sebelum berdiri “Elisa, Oma suka kamu ada disamping Erlan, semoga kalian bahagia selalu ya jangan sering berantem. Kalau Erlan macam-macam kamu jangan sungkan untuk memberi tahu Oma” ucapan itu Oma sampaikan sambil mengelus lembut rambut Elisa sebelum mereka semua meninggalkan ruangan ini.
Sekarang Oma berjalan bersisian dengan suaminya. Erlan dengan peka langsung menggenggam tanganya kembali sambil membisikan sesuatu di telinga Elisa. “Lihat kan, kamu berhasil merebut perhatian Oma dan juga keluarga aku. makasih sayang” bisikan itu benar-benar berhasil membuat kedua pipi Elisa merona, bahkan detak jantungnya pun seakan sedang dalam mode waspada saking berdebarnya membuat Elisa tidak bisa berkutik sampai akhirnya Erlan mengajaknya berjalan mengikuti keluarganya yang sudah lebih dulu keluar. Sampai di ruang depan mereka menyaksikan acara ulang tahun pada umumnya. Sampai akhirnya selesai Oma membagikan kue kepada beberapa orang spesialnya datanglah seorang gadis dan juga laki-laki yang seumuran dengan ayah Erlan. Elisa menduga jika mereka adalah keluarga Erlan juga sampai akhirnya ada sebuah suara di samping kirinya dan cukup mengejutkannya.
Itu kak Milly sama ayahnya, dulu kak Milly pernah akan dijodohkan sama kak Erlan tapi entah karena apa akhirnya perjodohan itu dibatalkan tiba-tiba” ucapan itu melesat begitu saja dari mulut Ara, sepupu Erlan yang entah sejak kapan ada di sebelah kirinya. Dia sedikit berbisik sehingga Erlan yang ada disampingnya tidak dapat mendengar perkataan Ara barusan. Namun entah mengapa, semenjak mendengar penjelasan Ara, Elisa menjadi berfikir, apalagi melihat gadis cantik yang bernama Milly itu terlihat sudah sangat akrab dengan keluarga Erlan. Bahkan mama Erlan saja langsung menyambutnya dengan pelukan, begitu juga dengan keluarga Erlan yang lain membuat Elisa sedikit oh ralat ini tidak sedikit ini rasa insecure yang sangat besar aku rasa. Apalagi melihat penampilan Milly yang begitu sempurna dengan menggunakan dress hitam yang cukup ketat membalut tubuhnya yang sangat proporsional baginya. Apalagi melihat wajahnya yang juga sangat cantik dan anggun membuat Elisa tanpa sadar menundukkan wajahnya melihat penampilannya yang sangat jomplang jika dibandingkan dengan dirinya.
“Oh hay Lan, long time no see” sapaan itu membuat Elisa kembali mendongakkan wajahnya yang sejak tadi hanya melihat ke lantai. Perempuan itu berjalan dengan senyum yang merekah menghampiri mereka berdua. Oh ralat lebih tepatnya menghampiri Erlan yang jelas ada disampingnya. Mereka berdua berpelukan cukup lama, bahkan Erlan tanpa permisi langsung melepas genggamannya dari tanganku dan melingkarkan tangannya pada pinggang gadis yang bernama Milly itu. Elisa berusaha menahan sakit yang tiba-tiba saja menusuk hatinya tanpa permisi.
“Mereka terlihat sangat cocok kan? Bahkan Kak Erlan sama sekali tak canggung memeluk Milly dihadapan lo. Lo nggak cemburu? Kalau gue jadi kak Erlan sih gue pasti bakal lebih pilih Milly daripada lo” lagi-lagi Ara terus saja membisiki kata-kata yang mengganggu perasaan Elisa. Membuatnya langsung menoleh ke samping kiri menatap gadis yang lebih muda beberapa tahun darinya dengan tatapan penuh tanya mengenai maksud dari ucapannya barusan.
“Maksud kamu apa?” mendengar pertanyaan itu Ara hanya menampilkan senyum santainya seolah yang dia katakan bukanlah hal yang salah, membuat Elisa semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis yang masih duduk di bangku SMA itu. Apa karena dia tidak menyukaiku? Ah entahlah pikirannya sungguh kacau malam ini.
“Gue hanya mengungkapkan apa yang gue lihat dan gue tahu saja” jawab Ara sebelum akhirnya dia meninggalkanku tanpa permisi entah pergi kemana.
Akhirnya aku kembali tersadar dan melihat Erlan yang entah sejak kapan sudah asyik mengobrol bersama gadis bernama Milly itu, dia terlihat sangat bahagia karena memang jarang sekali Erlan terlihat tertawa selepas itu bahkan disaat bersama Aldi dan Andre pun Elisa jarang melihatnya. Dan yang lebih membuatnya merasa asing disini adalah Erlan, dia sama sekali tidak mengenalkanku dengan gadis yang sedang dia ajak ngobrol. Elisa melihat ke sekelilingnya yang juga kebanyakan dari mereka sibuk berbicara dengan orang-orang yang tidak Elisa kenal. Keluarga Erlan juga sama sibuknya dengan para tamu tidak terkecuali Oma dan Opa Erlan yang terlihat sedang berbicara dengan laki-laki yang kata Ara adalah ayah Milly. Elisa ingin ke kamar mandi tetapi saat dia akan berjalan menjauh tiba-tiba saja Erlan memanggilnya membuatnya mau tidak mau kembali menghampirinya yang masih bersama dengan Milly.
“Elisa, kamu mau kemana?” tanya Erlan saat Elisa sudah berada di sampingnya
“Eh, aku mau ke toilet Lan” jawabku sambil berusaha bersikap biasa saja.
“Mau aku temenin?” tanya Erlan yang sepertinya sedikit khawatir terlihat dari sorot matanya.
“It’s okay, kamu lanjut ngobrol aja aku bisa sendiri kok”
“Beneran?”
“Iya, sebentar aja kok. Nanti aku langsung balik kesini lagi”
“Yaudah, beneran ya nanti langsung balik kesini aku mau kenalin kamu sama seseorang”
“Iya” setelah itu aku meninggalkan mereka dan berjalan menjauh sambil mencari letak toilet yang sebenarnya belum dia ketahui dimana letaknya. Setelah cukup lama mengelilingi rumah yang cukup luas itu akhirnya dia berhasil menemukan toilet yang ada di ujung ruangan dekat dapur bersih di rumah itu.
🐣🐣🐣
Sekembalinya dari toilet Elisa sudah tidak menemukan Erlan ada di tempat yang tadi. Elisa berusaha mencarinya dengan mengarahkan pandangan matanya ke seluruh ruangan tapi masih saja dia tidak menemukan Erlan. Sehingga dia mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya untuk menghubungi pacarnya itu. Cukup lama Elisa menunggu tapi panggilannya belum juga mendapatkan sambungan dari nomor yang dia hubungi. Padahal nomor ponsel Erlan aktif tapi dia sama sekali tidak mengangkat telfonnya. Setelah berkali-kali Elisa mencoba menghubungi dan masih saja tidak menjapat jawaban akhirnya Elisa kembali memasukan ponselnya kedalam tas selempangnya dan berjalan tanpa tau arah, yang pasti dia melangkah sesuai dengan intuisi hatinya sampai akhirnya dia menemukan sebuah taman yang cukup luas di samping rumah. Disana ada beberapa tempat duduk dan ada beberapa lampu taman yang membuat halaman di taman ini tidak terlalu gelap. Elisa masih terus berjalan sampai akhirnya tanpa sengaja dia melihat ada dua orang yang cukup jauh ada di depannya. Karena penasaran Elisa terus melangkah maju mempersingkat jarak dengan dua orang yang sedang duduk di salah satu kursi yang ada di taman itu juga. Jarak antara Elisa dengan dua orang itu sudah tidak terlalu jauh hanya sekitar 3 meter saja membuatnya dapat dengan jelas melihat siapa yang sedang duduk di depannya itu. Sekilas Elisa melihat wajah cowok yang menghadap ke samping membuatnya tanpa sadar mengangkat tangannya untuk menutup mulutnya yang terkejut. Tidak salah lagi, perempuan dan laki-laki yang sedang ada di hadapannya saat ini adalah kekasihnya sendiri Erlan dan juga gadis yang bernama Milly itu. Dengan sedikit ragu, Elisa melangkah maju mempersingkat jarak dengan mereka, tapi saat jaraknya hanya tersisa kurang dari satu meter dari mereka, tiba-tiba saja Elisa dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya tidak sanggup lagi untuk melanjutkan langkahnya. Kakinya seperti kehilangan kekuatan untuk berjalan, bahkan untuk sekedar bersuara memanggil nama orang yang ada dihadapannya saja Elisa seperti tidak berdaya sama sekali. Hati Elisa sangat sakit melihat apa yang terjadi dihadapannya itu. Bagaimana bisa laki-laki yang dia sayangi selama beberapa bulan ini sedang bermesraan dengan perempuan lain, bahkan mereka sedang melakukan apa yang mereka saja belum pernah lakukan sebagai pasangan. Elisa melihat dengan sangat jelas dihadapannya saat ini adalah Erlan dan juga Milly yang sedang berciuman dengan sangat intens. Bahkan mereka terlihat sangat menikmati ciuman mereka tanpa tahu jika sedari tadi ada seseorang yang berusaha untuk tidak berteriak melihat kelakuan mereka. Tanpa sadar air mata sudah memenuhi wajah cantik Elisa, bahkan dia sama sekali tidak berniat untuk menghapusnya.
“Erlan?”
Akhirnya Elisa berhasil mengeluarkan suaranya meski tidak cukup lantang, tapi berhasil mengejutkan dua orang manusia yang kini sedang menatapnya dengan penuh keterkejutan. Elisa bisa melihat disana, Erlan menatapnya dengan tatapan yang masih terkejut tapi juga ada sirat bersalah dan penyesalan di matanya. Tapi otak Elisa sudah tidak cukup jernih untuk menanggapi mereka berdua. Dia langsung membalikan badannya meninggalkan mereka yang masih terpaku didepan sana.
“Elisa, tunggu kamu mau kemana? Aku bisa jelasin” teriak Erlan yang kini sudah berdiri dari tempat duduknya dan bersiap mengejar elisa tapi ditahan oleh Milly yang masih duduk disana. Elisa sempat sedikit melihat mereka dari sudut matanya dan betapa sakitnya dia saat mendapati Erlan lebih memilih diam disana dengan tangan Milly yang masih menahan lengan kekasihnya itu tanpa berniat mengejarnya. Elisa keluar dari rumah itu dan segera memesan taxi online. Sambil menunggu taxi yang dia pesan datang Elisa merenungi apa yang baru saja dia alami, belum pernah rasanya dia merasakan sesakit ini, karena memang dia juga belum pernah memergoki pasangannya sedang bermesraan seperti yang dia lihat barusan. Apakah mereka memang saling menyayangi sebelumnya? Lalu mengapa Erlan tidak pernah memberi tahunya mengenai perempuan yang bernama Milly itu. Apa mereka selala ini masih berhubungan tanpa sepengetahuan dirinya? Ah, kalau memang seperti itu kebenarannya Elisa akan sangat merasa menyedihkan sekali. Dia selama ini menganggap Erlan adalah laki-laki yang baik dan tidak akan pernah menyakiti perasaannya, tapi kalau seperti ini jadinya, Elisa selama ini sudah salah menilai Erlan, atau memang Erlan sudah merencanakan ini semua? Ah entahlah rasanya saat ini kepalanya penuh dengan hal-hal yang berkaitan tentang Erlan perempuan bernama Milly itu dan juga percakapannya dengan Ara sepupu Erlan tadi. apa hanya akan sampai sini saja hubungan mereka? Apa Erlan akan segera meninggalkannya setelah dia mengetahui hubungannya dengan Milly? Saat dirinya masih sibuk dengan isi kepalanya tiba-tiba saja ada sebuah klakson mobil yang mengejutkannya. Sebuah mobil berwarna hitam sudah berhenti dihadapannya tapi Elisa masih belum mengenali siapa pemilik mobil tersebut sampai akhirnya ada seorang bapak-bapak yang sudah lumayan berumur keluar menghampirinya sambilmenatap sedikit bingung.
“Punten neng, ini dengan neng Elisa bukan ya?” tanya bapak tersebut dengan sopan.
“Oh iya pak, bapak siapa ya?”
“Saya sopir taxi yang neng pesen. Tadi saya sudah coba buat telfon tapi nggak diangkat-angkat sama si neng” jelas bapak sopir panjang lebar dan menyadarkan Elisa kembali pada dunianya.
“Oh iya pak maaf tadi hpnya saya silent soalnya. Yaudah pak langsung pulang aja sekarang”setelah itu Elisa langsung naik ke dalam mobil tersebut dan saat didalam perjalanan Elisa mengambil ponselnya yang sedari tadi dia simpan di dalam tasnya. Sekilas dia melihat banyak sekali chat dan missed call dari Erlan tapi rasanya dirinya belum siap jika mereka harus membahas masalah ini sekarang karena hati dan pikirannya masih harus dia tenangkan terlebih dahulu sehingga dia memilih untuk me non aktifkan ponselnya saja. Malam ini dia benar-benar harus mengistirahatkan dirinya sendiri. Karena dia tahu mengambil keputusan disaat emosi itu bukan hal yang baik.