Loading...
Logo TinLit
Read Story - Archery Lovers
MENU
About Us  

Hari minggu telah tiba yang di sambut setengah hati setengah hati sebab besok sudah kembali beraktivitas seperti biasanya, usai membantu Ibu menyelesaikan pekerjaan rumah—sedangkan Fani sudah kabur bersama teman sepermainnya Zahra memutuskan untuk jalan-jalan sebentar, membawa tas kecil yang hanya muat bawa ponsel  dan dompet gadis itu lantas pamit kepada Ibu setelah itu pergi. Sepanjang perjalanan menikmati suasana daerah perumahan cukup ramai dengan orang-orang yang tengah jalan santai, sesekali ia melihat beberapa orang yang naik sepeda hingga indra pendengarannya tidak sengaja mendengar suara rengekan anak kecil kepada Ibunya untuk pergi ke pameran minggu yang berada di taman. Seketika itu juga Zahra kembali teringat dengan rencananya yang hampir ia lupakan akibat sibuk, lantas gadis itu bergegas dengan menuju tempat yang di maksud, 20 menit kemudian Zahra tiba dan di sambut dengan suasana ramai orang-orang yang sedang menikmati aneka makanan yang di jual di tempat itu, di saat semuanya banyak orang membeli makanan atau minuman Zahra hanya melihat-lihat saja setelah itu mencoba menghampiri salah satu stand yang menjual jajan Corndog.

“Mas, ini harganya berapa?” Tanya Zahra, sedikit tergiur dengan ukuran jajan itu yang cukup besar.

“Harganya lima ribu, Mbak?” Jawab pria bertopi itu.

Zahra sedikit tertegun mendengar harnyanya, namun ia segera memaklumi sebab ukurannya setelah itu tangannya bergerak mengambil dompet lalu mengeluarkan selembar uang lima ribu dan memberikannya kepada pria itu kemudian menunjuk salah satu Corndog yang tampaknya masih panas. setelah mendapat jajan tersebut Zahra segera berlalu dan pergi menelusuri area tersebut, setelah merasa puas dan hari sudah mulai terik Zahra memutuskan untuk kembali ke rumah. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara seseorang yang memanggil namanya; Rayla rupanya saat Zahra menoleh.

“Wah kebetulan sekali aku bertemu denganmu di sini!” Cicit Rayla denga raut wajah panik namun juga lega. Melihat raut wajah temannya itu membuat Zahra sedikit curiga lalu bertanya,”Wajahmu kenapa? Kok kayak gitu?” Tanyanya penasaran.

Rayla tidak menjawab pertanyaan Zahra namun dia malah mengajak Zahra untuk pergi ke suatu tempat yang sepi, bingung apa yang temannya ingin katakan Zahra lantas mengikutinya. Ketika mereka sudah berjalan cukup jauh dari taman Rayla berhenti lalu berputar menghadap Zahra yang juga ikut berhenti kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas lalu membukanya setelah itu menunjukkannya sesuatu kepada Zahra, awalnya bingung namun raut wajah Zahra seketika berubah terkejut bukan main saat melihat aplikasi Facebook yang terpampang jelas foto dirinya tanpa jilbab serta memakai pakaian terbuka yang memperlihatkan lengan dan pahanya yang mulus. Zahra ingat dimana saat dirinya masih kelas 8 SMP Aura dan Jasmine memaksanya memakai pakaian seperti itu ketika laptop miliknya di tahan usai mengerjakan tugas kelompok—sayangnya bebas memilih. Ancaman Aura dan Jasmine yang manipulatif berhasil membuat Zahra terpaksa menurut dan berpose genit sesuai apa yang mereka katakan dengan wajah terpaksa agar bisa mengambil laptop miliknya. Sayangnya laptopnya malah di jual oleh mereka tepat di hadapannya langsung, kini Zahra hanya bisa merutuki kebodohan dan ketidakberdayaannya terhadap dua orang itu. Menatap getir foto itu Zahra mengembalikan ponsel itu kepada Rayla dan berkata.

“Ini pasti ulah mereka, mereka sengaja!” Seru Zahra tersenyum kecut.

“Maksudmu ini ulah Aura dan Jasmine/” Tanya Rayla kaget, tidak menutupi gadis itu mulai marah. Zahra mengangguk,”Nanti aku jelaskan, tapi tidak sekarang! Sudah ya, aku pulang dulu. Assalammualaikum!” Salam Zahra seraya berbalik dan kemudian pergi.

“Wa...Waalaikumsalam!” Balas Rayla pelan, di lihatnya sekali lagi foto itu lalu berpaling melihat punggung temannya yang sudah jauh. Dia merasa iba kepada Zahra dan mulai menebak bahwa besok bakal ada gosip tidak benar terhadap temannya itu serta merasa yakin jika itu bukan keinginan Zahra sendiri untuk menjual diri kepada pria hidung belang.

****

Keesokan paginya setelah pamit kepada Ibu mereka beruda segera pergi menuju ke sekolah, sepanjang perjalanan bibir Zahra terus berkomat-kamit merapal doa kepada sang pencipta untuk hari ini sembari menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang. Di tengah sibuknya berdoa sebuah suara derap kaki berjalan menghampiri punggung Zahra kemudian menepuk bahu gadis itu membuat menoleh dan mendapati Rayla yang memasang wajah ceria sembari menyapa setelah itu jalan di sebelahnya, Zahra hanya membalasnya sebentar kemudian kembali menatap ke depan dengan wajah datar. Setelah berpisah dengan Fani dua gadis itu langsung naik ke jalan trotoar menuju ke sekolah di iringi suara klaskson kendaraan yang berlalu- lalang di jalan sebelah, setibanya di sekolah dan sepanjang menelusuri lorong sekolah mata dan telinga Zahra seketika menajam guna waspada jika ada kabar tentang dirinya. Namun sampai mereka tiba di kelas Zahra tidak mendengar apapun membuat perasannya semakin khawatir dan semakin waspad. Lima menit kemudian bel masuk berbunyi memberi isyarat untuk berkumpul di lapangan melaksanakan upacara bendera, selama acara berlangsung Zahra tidak berhenti berdoa dalam hati hingga acara upacara tersebut selesai. Akan tetapi saat Zahra bersama teman sekelasnya hendak pergi tiba-tiba tiga remaja; satu perempuan dan dua laki-laki dan memakai almamater biru laut dengan logo “OSIS KEAMANAN” yang menempel di dada kiri datang menghampiri Zahra dengan tatapan kurang bersahabat memandang Zahra.

“Permisi, apa kau yang bernama Zahra? Siswa kelas 10 IPS 3?” Tanya gadis berjilbab putih itu. Bingung melihat kehadiran tiga orang itu Zahra mengangguk pelan, sementara di sebelahnya Rayla juga berpikiran yang sama juga teman lainnya yang penasaran apa yang sedang terjadi.

“Bisa ikut kami sebentar ke ruang sidang siswa! Pak Supratipatti ingin bicara denganmu!” Ucap gadis itu. Sadar ada sesuatu Zahra menatap berani ke arah mereka kemudian mengangguk mantap, sebelum pergi Zahra segera menyuruh Rayla untuk pergi ke kelas lebih dulu setelah itu pergi bersama mereka bertiga, sontak teman-teman termasuk Rayla bertanya-tanya penuh penasaran melihat Zahra pergi juga tidak mengetahui sekolah ini memiliki ruang sidang siswa.

“Sekolah ini agak lain!” Batin Zahra menatap penuh tanya ke arah orang yang jalan di depannya, ia tidak berniat untuk bertanya dan memilih melihat ke sekelilingnya dan baru menyadarinya jika ada lorong lain di samping ujung dekat kantin yang tertutup pagar tinggi, ketika pagar itu di buka dan jalan menelusuri lorong itu sampai tiba di ujung mata Zahra melebar melihat ada banguan lain. Dari luar tampak seperti kelasnya, hanya saja ada AC serta warna tembok yang berwarna hijau daun dan terdapat plang nama yang terpasang tepat di atas pintu masuk. Tiba di depan pintu tersebut salah satu dari mereka mulai mengetuk pintu sembari mengucap salam, setelah mendapat jawaban dari dalam mereka segera masuk yang langsung di sambut oleh Pak Supratipatti dan Pak Ryon yang sudah hadir di sana. sekali lagi jantungnya berdebar kencang yang sesaat melihat isi ruangan itu, hanya ada tiga meja—dua meja di pakai dua pria dewasa yang ada laptop dan meja satunya terdapat proyektor yang terhubung dengan laptop serta tiga kursi yang di letakkan di tengah ruangan dengan posisi berhadapan langsung dengan meja tempat dua guru itu berada. Tiga orang itu langsung pamit dan meninggalkan Zahra sendirian bersama dua gurunya itu yang langsung di persilakan duduk oleh Pak Ryon.

“Rasanya kayak masuk ke pengadilan!”Batin Zahra ketika duduk di kursi kanan dan langsung merasakan dinginnya kursi itu. Setelah gadis itu duduk barulah Pak Supratipatti bertanya.

“Baik kita langsung saja, namamu Zahra Nur Ramadhanawati kan? Apa kau tahu alasan kamu datang ke sini?” Tanyanya serius dan tegas.

Dengan ragu Zahra menggeleng kepalanya,”Maaf, Pak! Saya tidak tahu, apakah sayah sudah melakukan kesalahan!” Zahra balik bertanya. Tidak. Ia sebenarnya tahu. Pak Supratipatti tidak menjawab, pria berkacamata itu segera menyalakan laptop miliknya yang di atas mejanya; yang terhubung dengan proyektor lalu menampilkan sebuah layar di belakang mereka dan meunjukkan sebuah foto dalam Facebook yang tidak lain adalah fotonya. Zahra berusaha untuk tidak terkejut tetapi tetap saja jantungnya kembali berdebar kencang.

Pak Supratipatti kembali bertanya,”Lalu, bisa kau jelaskan kenapa ada fotomu juga daftar harga kencan dalam tiap jamnya?”. Aura penuh introgasi di tambah dengan dinginnya ruangan itu yang berasal dari pendingin AC membuat atmofer dalam ruangan itu terasa seperti di tekan, tahu apa yang harus menjawab apa Zahra berkata.”Itu memang foto saya, tetapi bukan saya yang mengupload foto itu melainkan dua orang yang tidak bertanggung jawab sengaja melakukannya agar saya mau menuruti keinginan mereka dalam menghancurkan masa depan saya sendiri..." la”tas gadis itu segera menceritakan kepada dua pria dewasa tersebut tanpa ada yang perlu di tutupi. Pak Supratipatti dan Pak Ryon mendengarkan cerita tersebut dengan diam sampai Zahra selesai bicara barulah Pak Ryon batuk sejenak lalu berkata.

“Pak, kita harus memanggil nama yang gadis itu ceritakan! Masalah ini harus segera di selesaikan agar tidak menyebar sampai ke luar sekolah meski akun itu sudah di amankan oleh Pak Irwan!” Katanya memberi masukan.

Pak Supratipatti berpikir sejenak setelah itu mengangguk tanda setuju lalu segera kembali menghubungi tiga orang tadi lewat pesan grup khusus, sementara itu di kelas 11 IPS 1 Mas Indra yang tengah menyimak materi yang di terangkan guru bahasa inggris mulai tidak fokus ketika teringat saat di lapangan upacara dia tidak sengaja melihat Zahra pergi bersama anggota OSIS keamanan; petugas yang paling di takuti di bawah naungan guru BK juga OSIS. Selama pelajaran berlangsung secara diam-diam Mas Indra mengambil ponselnya dari dalam laci meja lalu segera mengirim pesan kepada Pak Ryon setelah itu kembali menyimak dalam keadaan suasana hati khawatir.

TRING TUNG…TRING TUNG…

Tubuh Pak Ryon tersentak ketika ponselnya bergetar dari atas meja yang sengaja di letakkan di sana dan melihat ada dua pesan dari Mas Indra, ketika di buka dan membacanya pria itu termenung beberapa saat setelah itu kembali berpaling saat mendengar suara salam dari dua orang gadis yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu dengan raut wajah terkejut terlebih ada Zahra juga di ruangan ini. Setelah dua gadis itu duduk di kursi yang sedikit berjauhan lantas Pak Supratipatti kembali melayangkan pertanyaan yang sama dengan Zahra dan di jawab yang sama pula oleh mereka berdua, lantas Pak Supratipatti kembali bertanya perihal foto yang pria itu tunjukan serta cerita dari Zahra kepada mereka.

Aura dan Jasmine dengan kompak mulai bersilat lidah dan mulai mengatakan kalau Zahra sudah memfitnah mereka dan menceritakan semuanya kepada Pak Supratipatti dan Pak Ryon membuat Zahra terkejut dan mulai geram melihat mereka dengan mudahnya membuat cerita bohong yang sama persis dengan Nisa katakan—sedikit ada tambahan tentunya sehingga tampak jelas Aura dan Jasmine berniat menjatuhkan dan menyudutkan dirinya. Setelah mereka berdua selesai bicara, kali Pak Ryon yang bertanya.

“Zahra, apa yang di katakan mereka benar soal kamu pernah mengajak mereka bermain ke klub malam dan menjual mereka ke pria hidung belang?” Tanya Pak Ryon serius.

Dengan yakin dan berani Zahra menggeleng kepala lalu menjawab,” Tidak! Saya tidak pernah mengajak mereka pergi ke tempat itu. Itu fitnah, selain itu saya sebenarnya sengaja memilih ekstra panahan sebab menghindari mereka yang selama ini selalu membully saya. Akun Facebok itu memang punya saya yang akhirnya di ambil alih oleh mereka berdua dengan cara mengancam akan menyebar foto saya yang lain ke face—“

“BOHONG, PAK!” Bentar Jasmine.

“Dia berbohong! Kami berdua anak yang baik, jangan percaya sama ceritanya. Dia gadis pendusta!” Kali ini Aura ikut bersuara dan membentak. Zahra terdiam, sudah menduga mereka akan seperti itu sedangkan Pak Supratipatti dan Pak Ryon juga sama sampai akhirnya Pak Ryon kembali bertanya.

“Apakah kalian berdua yakin?” Tanyanya ragu.

“Yakin, Pak! Kami bersumpah bahwa kami tidak bersalah!” Balas mereka serempak lengkap dengan raut wajah mereka yang memelas, sengaja mereka tunjukan.

“Kalau begitu bisa kalian jelaskan tentan video ini!” Pak Ryon dengan santai memperlihatkan sebuah video kepada mereka bertiga kemudian memutarnya. Suara Aura dan Jasmine terdengar sangat jelas dari video tersebut yang tengah menampar dan memukul Zahra lengkap dengan kalimat hinaan yang mereka lontarkan membuat ekspresi wajah Aura dan Jasmine seketika berubah menjadi pucat dan mulai panik, selain itu Pak Ryon juga menunjukkan video lain yang memperlihatkan pembicaraan seorang pria. Zahra terkesiap dan langsung mengenali pria itu yang hendak melakukan aksi tidak senonoh kepadanya sedangkan Aura dan Jasmine semakin panik terlebih pria dalam video itu menyebut nama mereka berdua yang menyuruh untuk memperkosa Zahra di tempat sepi.

“Setelah melihat dan mendengar video ini, apa yang akan kalian jelaskan setelah kalian dengan yakin bersumpah! Sindir Pak Ryon menatap wajah Aura dan Jasmine dengan dingin. Mereka berdua seketika membisu.

“Kalian berdua benar-benar sudah sangat keterlauan! Kalian sudah berhasil mencemari nama baik sekolah juga telah melanggar kode etik siswa, melihat tindakan yang kalian lakukan dengan terpaksa bapak memberi kalian surat peringatan ketiga dan sore ini bapak dan Pak Supratipatti akan datang ke rumah kalian berdua untuk memberikan surat itu kepada orang tuan kalian!” Ucap Pak Ryon yang setelah itu berpaling ke arah Zahra,” Kau boleh kembali ke kelas sekarang. Jika ada yang membullymu lagi maka jangan takut untuk melapor kepada saya selaku guru BK di sekolah ini!” Sambungnya.

Aura dan Jasmine terkejut bukan main setelah mendengar keputusan Pak Ryon membuat perasaan yang mereka rasakan tidak karuan sementara Zahra langsung beranjak berdiri seraya mengucap salam setelah itu keluar dari ruangan itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
They Call It Love
566      360     0     
Short Story
If Only
347      222     9     
Short Story
Radit dan Kyra sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Hingga suatu hari mereka bertengkar hebat dan berpisah, hanya karena sebuah salah paham yang disebabkan oleh pihak ketiga, yang ingin menghancurkan hubungan mereka. Masih adakah waktu bagi mereka untuk memperbaiki semuanya? Atau semua sudah terlambat dan hanya bisa bermimpi, "seandainya waktu dapat diputar kembali".
Azzash
291      238     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
MANTRA KACA SENIN PAGI
3524      1285     1     
Romance
Waktu adalah waktu Lebih berharga dari permata Tak terlihat oleh mata Akan pergi dan tak pernah kembali Waktu adalah waktu Penyembuh luka bagi yang sakit Pengingat usia untuk berbuat baik Juga untuk mengisi kekosongan hati Waktu adalah waktu
Under The Darkness
43      40     2     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
Untitled
507      290     0     
Romance
This story has deleted.
Cemong, Kucing Kecil Kesayangan
205      150     0     
True Story
Riska adalah seorang gadis kecil yang berusia 8 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah kecil di pinggir kota bersama keluarganya. Suatu hari, Riska menemukan seekor anak kucing yang lucu dan menggemaskan di depan rumahnya. Ia langsung jatuh cinta dengan anak kucing tersebut dan memutuskan untuk merawatnya. Luna memberi nama anak kucing tersebut "Cemong". Novel ini saya buat untuk mengenang anak kucing...
Sang Musisi
368      235     1     
Short Story
Ini Sekilas Tentang kisah Sang Musisi yang nyaris membuat kehidupan ku berubah :')
Karena Aku Bukan Langit dan Matahari
647      458     1     
Short Story
Aku bukan langit, matahari, dan unsur alam lainnya yang selalu kuat menjalani tugas Tuhan. Tapi aku akan sekuat Ayahku.
Warisan Kekasih
882      601     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...