Sudah satu jam setelah bel masuk berbunyi, tetapi suasana di dalam kelas 10 IPS 3 sangat ramai dengan beberapa siswa laki-laki yang rebahan di lantai depan kelas sementara yang lain sibuk mengobrol secara berkelompok—khususnya para cewek saat jam kosong berlangsung, berbeda dengan Zahra yang kini sibuk menulis di atas selembar kertas sedangkan Rayla tidur dengan menjadikan lengannya sebagai bantal. Gadis itu bertekad malam ini mengirim karya ilmiahnya ke juri lomba lewat email, namun ramainya suasana di dalam kelas juga panggilan alam yang datang tiba-tiba membuat Zahra terpaksa untuk bangkit kemudian pergi ke toilet. Suara derap sepatunya menelusuri lorong yang sepi karena masih ada jam pelajaran, tidak sampai 10 menit gadis itu sudah tiba di tempat tuju ia langsung masuk ke salah satu pintu kemudian menyelesaikan urusannya. Tidak berselang lama Zahra kembali keluar dari pintu itu dengan perasaan lega setelah itu meninggalkan segera meninggalkan tempat itu, namun hampir saja Zahra menabrak dua orang yang ingin ia hindari jika saja ujung jilbabnya yang tersangkut di kenop pintu, suatu kebetulan bisa bertemu Zahra mereka berdua yang ingin ke toilet dengan senang menyeret gadis itu kembali masuk ke toilet perempuan dan menahan pintu itu agar Zahra tidak kabur.
“Wah senangnya bisa bertemu denganmu lagi! Kami berdua sangat merindukanmu loh!” Ucap Aura riang, sama halnya dengan Jasmine. Namun sedetik kemudian Jasmine kembali menampar pipi Zahra dengan kuat kemudian menarik kerah seragam Zahra membuat jarak wajah mereka sedikit dekat.
“Katanya kamu masuk ekstra panahan ya?” Tanya Jasmine penuh intimindasi.
Zahra tidak menjawab, ia sudah tidak kaget mendengar pertanyaan itu. Dengan lantang dan berani ia menjawab,”Iya, aku ikut ekstra itu! Memang kenapa? Aku bukan boneka kalian yang bisa kalian seenaknya, aku punya keinginan dan tujuan sendiri. Jadi, jangan ikut campur dalam mengurus hidupku! Lagipula kalian sudah tidak bisa menjegalku lagi karena semua kegiatan ekstra di sini memiliki peraturan yang sama?”
Urat wajah mereka seketika menonjol keluar seolah menahan amarah yang siap meledak, yang di katakan Zahra ada benarnya; rasa kesal perlahan muncul dalam hati mereka ketika di hari pertama masuk ekstra dimana mereka melihat Zahra pergi bersama Rayla dan enggan menerima ajakan, tetapi mereka dengan percaya diri Zahra akan tunduk dan menemui mereka di ruang ekstra tari. Sayangnya gadis yang mereka ancam justru tidak hadir dan mendengar peraturan yang di luar dugaan, alhasil perasaan marah juga kesal berlipat-lipat sebab sudah tidak bisa memperlakukan Zahra seperti dulu karena sudah beda kelas juga beda ekstra. Melihat dua gadis di depannya terdiam Zahra berniat untuk melepaskan tangan Jasmine dari kerah seragamnya namun gadis di hadapannya malah memperkuat cengkaram tangannya serta menatap tajam ke arahnya.
“Apa? Kamu mau pergi? Kau boleh pergi asal uang yang kau miliku jadi milik kami. Berikan uangmu!” Ucap Jasmine, memalak. Melihat tangan itu mengadah ke arahnya gadis itu dengan berani menggeleng kepala,”Tidak! Untuk apa kalian menginginkan uangku sementara kalian sendiri sudah terlahir sebagai anak kaya raya! Kalian pernah menghinaku anak miskin, tapi lihat? Kalian justru seperti seorang pengemis yang suka minta uangku!” Sindir Zahra.
Saat itu juga kesabaran mereka berdua langsung habis, tidak terima Jasmine langsung meninju wajah Zahra tetapi gadis itu malah menghindari pukulan itu. Sayangnya itu tidak berlangsung lama saat Aura yang dengan sigap menahan kedua lengan Zahra dari belakang.
“Hajar dia, Jasmine! Beri pelajaran buat anak bodoh dan tidak tahu diri ini agar dia bisa tunduk kepada kita!” Ujar Aura memberi dukungan. Mulai panik Zahra berusaha untuk melepaskan kedua lengannya dari Aura, akan tetapi Jasmine sudah keburu kembali melayangkan tamparan juga memukul hidung Zahra hingga mengeluarkan darah.
“Asal kau tahu saja, gadis bodoh seperti dirimu tidak perlu punya masa depan cerah. Lagipula kau akan membuat sekolah ini malu memiliki seorang pemanah sampah seperti dirimu!” Ejek Jasmine.
“Haha…gadis bodoh, tidak bisa berhitung. Gadis pecundang, Huu…”Kali ini Aura mengejek tepat di samping telinga Zahra. Saking asyiknya mengejek Zahra Jasmine lupa dengan pintu di belakang punggungnya dimana kenop itu memutar kemudian di buka paksa oleh seseorang dari luar rungan itu membuat Aura dan Jasmine langsung menoleh dan terkejut melihat siapa yang membuka pintu tersebut, juga terpaku melihat seorang pemuda yang tampan di hadapan mereka.
“APA-APAAN INI!” Pekik Mas Indra kaget serta marah saat melihat kondisi Zahra yang terluka, suaranya yang serak dan berat itu berhasil membuat nyali Aura dan Jasmine ciut terlebih saat ini Jasmine masih mencekeram kerah seragam Zahra.
“Ka—kami Cuma lagi bantuin Zahra mengobati hidungnya yang berdarah!” Elak Jasmine, cepat-cepat melepas cekeramanya lalu mengeluarkan sebuah tisu dari saku baju seragamnya kemudian menyumpal lubang hidung Zahra begitu saja sedangkan Aura juga buru-buru melepas lengan Zahra dengan perasaan campur aduk,”Mas mau ngapain masuk ke toilet perempuan? Mau berbuat mesum ya!” Cibir Aura, tapi selang beberapa saat matanya tidak sengaja melihat Nametag di dada bidang Mas Indra sebelah kanani, “Jangan-jangan dia…”
“Keluar atau aku adukan kejadian ini kepada Pak Ryon!” Ancam Mas Indra.
“Idih…cemen banget sih jadi laki! Pake ngadu segala, memang Mas ini siapa?” Tanya Aura penasaran juga memastikan tidak salah lihat. Mas indra tidak menjawab, semula pemuda itu menatap tajam ke arah dua gadis itu sebelum akhirnya berbalik keluar kemudian memanggil Pak Ryon. Kaget melihat tindakan Mas Indra yang beneran akan melaporkan kepada guru BK membuat Aura dan Jasmine langsung pergi dari ruangan itu dan semakin ketakutan ketika melihat Pak Ryon jalan menuju arah mereka yang seketika membuat mereka lari melewati pria itu yang juga melihat Aura dan Jasmine dengan tatapan dingin tapi heran setelah melihat dua gadis itu pergi menjauh. Lantas pria itu segera menghampiri Mas Indra yang sudah masuk lebih dulu ke dalam toilet perempuan.
“Ada apa, Indra?” Tanya Pak Ryon penasaran dan ikut masuk ke dalam ruangan itu, namun juga curiga pemuda itu mau melakukan sesuatu. Namun pria itu segera menyadari apa yang sudah terjadi di tempat itu setelah melihat kondisi Zahra saat ini, yang sekarang sedang di obati oleh Mas Indra juga ada bekas luka tamparan di pipi gadis itu.
“Kenapa kamu bisa seperti ini? Cepat bawa dia ke UKS!” Titah Pak Ryon.
****
“Sial, kenapa selalu ada yang menganggu kesenangan kita!” Gerutu Jasmine sambil mengatur napas akibat berlarian tadi dan sedang menuju ke kelas.
“Aku tidak tahu, tapi di sisi lain tadi itu Mas Indra!” Timpal Aura.
“Mas Indra? Kakak kelas yang di bicarakan Shanti dan Yanti di kantin tadi?” Tanya Jasmine. Aura mengangguk,”Tapi dia tampan banget loh, tinggi lagi!” Imbuhnya sedikit memuji.
“Bagaimana kalau kita coba dekati dia tapi pelan-pelan, tidak seperti tadi!” Ajak Jasmine. Aura tidak menjawab namun dia tampak berpikir dan setelah itu berkata,” Tapi sepertinya sulit, sebaiknya kita kembali ke rencana awal yang kita sepakati semalam!” Katanya mengingatkan.
“Ah benar juga, kalau begitu kita harus mencari Om-Om atau laki-laki brengsek yang bisa di ajak kerja sama dan memaksa Zahra untuk tidur bersama! Mungkin kita juga perlu suruh mereka untuk bayar harga muka setelah meniduri Zahra, jangan lupa kita suru mereka buat motret agar kita bisa pajang foto itu di mading sekolah. Pasti Zahra menangis karena sudah tidak perawan lagi dan hancur, jadi tidak sabar buat melihatnya!” Sahut Jasmine tersenyum jahat.
“Bagaimana kalau sepulang sekolah nanti? Kebetulan hari ini kita tidak ada jadwal latihan!” Ucap Aura memberi saran. Senang mendengar ide itu Jasmine mengangguk tanda setuju kemudian segera masuk ke dalam kelas saat setibanya disana.