"Suara?"

apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
Read More >>"> Archery Lovers (9. Latihan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Archery Lovers
MENU
About Us  

Sesuai dengan pesan yang di sampaikan Mas Juna kemarin, setelah bel pulang berbunyi Zahra bergegas keluar bersama Rayla. Sepanjang perjalanan suasana hatinya terasa sangat ringan dan tenang; sangat berbeda di hari sebelumnya yang terasa sesak dan suram, sayangnya perasaan itu tidak berlangsung lama saat melihat Aura dan Jasmine berdiri di samping gerbang sekolah yang tengah menunggu. Ketika mereka melihat Zahra bersama Rayla menuju gerbang mereka berdua langsung menghadang kemudian berkata.

“Zahra, bisa ikut kami sebentar. Ini sangat penting!” Ajak Jasmine. Tanpa pikir panjang Zahra menggeleng kepala, menolak,”Maaf aku tidak bisa, aku harus pergi!” Tolak Zahra tegas, setelah itu berlalu pergi melewati mereka berdua bersama Rayla. Geram melihat Zahra tidak mau kini giliran Aura yang bersuara.

“Kau jahat sekali kepada kami mentang-mentang kau punya teman baru dan beda kegiatan dengan kami sehingga kau jadi sombong dan tidak tahu diri seperti ini! Padahal selama ini kami tulus berteman denganmu walau kau selalu nodong uang kami untuk beli makanan enak dan mahal juga skincare bermerek!” Ucap Aura, sengaja mengeraskan suaranya dan berhasil membuat banyak mata tertuju pada mereka berempat. Mata Rayla terbelalak sementara tubuh Zahra menegang ketika mendengar kalimat dusta yang sengaja Aura ucapkan serta menengar bisik-bisik penuh tanya juga cibiran dari para siswa di sekitar mereka membuat ingatan dalam kepala Zahra kembali ke lempar ke masa SMP, tidak sampai di situ tiba-tiba mereka di kejutkan dengan isak tangis dari Jasmine yang perlahan menundukkan pandangan ke bawah dan kemudian buru-buru mengusapnya dengan punggung  tangan. Melihat gadis manis bertubuh ideal itu menangis Aura sontak merangkul punggung Jasmine lalu memandang Zahra dengan tatapn getir juga marah secara bersamaan.

“Ada apa ini rame-rame?” suara serak serta berat berhasil membuat semua mata tertuju ke arah sumber suara dan terkejut melihat kedatangan seorang pria muda berjalan tegas ke arah empat gadis remaja yang berdiri jaga jarak di samping gerbang sekolah. Memiliki sorot mata sayu tapi menusuk serta rahang tegas yang siapapun yang melihatnya ingin menyentuh wajah itu di tambah dengan bentuk tubuh sedikit ramping dan tinggi membuat pria itu tampak seperti seorang idola namun sayangnya punya kekurangan fisik; jari tangan kanan buntung setengah namun ibu jarinya masih utuh.

“Waduh…ada Pak Ryon!” Bisik Rayla kepada Zahra. Pria yang Rayla panggil Pak Ryon memandang Aura yang masih dalam posisi merangkul Jasmine yang terpaku menatap ke arahnya dalam keadaan berderai air mata sebelum berpaling ke arah Zahra dan Rayla.

“Kalau kalian ingin buat keributan di sini maka lebih baik kalian ribut di ruang BK atau segera pergi ke kegiatan kalian masing-masing sebelum mendapat hukuman pertama dari guru pembina kalian!” Ancam Pak Ryon memberi isyarat kepada semua siswa untuk bubar, Rayla lantas mengajak Zahra untuk pergi dari situ agar tidak berurusan dengan Pak Ryon; guru BK di sekolah ini. Begitu juga dengan Aura dan Jasmine yang sebelum pergi sempat menyapa pria itu.

“Tunggu kalian berdua!” Seru Pak Ryon tiba-tiba membuat Aura dan Jasmine sontak menghentikan langkah, merasa pria itu sengaja memanggil mereka berdua membuat Jasmine kembali terisak—mendapat kesempatan yang bagus menarik simpati dan Aura lantas kembali mengusap punggung Jasmine sembari berusaha menghiburnya.

“Siapa nama kalian, kelas dan ekstarkulikuler apa yang kalian ikuti?” Tanya Pak Ryon.

Aura menjawab,”Saya Aura dari kelas 10 IPA 1 dan teman saya namanya Jasmine, dia kebetulan satu kelas dengan saya dan kami berdua dari ekstrakulikuler tari?” di dalam hatinya dia merasa senang bisa menjerumuskan Zahra ke lubang masalah dengan memasuk ke dalam ruang BK agar di cap sebagai siswa yang bermasalah.

“Oh begitu! Syukurlah kalau kalian dari ekstra tari, sebab bapak mengira kalian dari ekstra drama karena melihat akting kalian berdua yang SANGAT BURUK dan merasa kurang cocok untuk ikut ekstra drama. Selain itu lain kali jangan membuat keributan seperti tadi kalau kalian tidak ingin bapak yang akan membawa kalian ke ruang BK!” Sindir Pak Ryon. Seketika mata mereka berdua terbelalak tidak percaya apa yang Pak Ryon katakan barusan sampai-sampai Jasmine memperlihatkan raut wajahnya semula yang tampak jelas kalau dia hanya pura-pura menangis, sayangnya dengan santai Pak Ryon berlalu begitu saja keluar melewati gerbang sekolah walau tadi sempat melirik tajam ke beberapa siswa yang masih terpaku di tempatnya dan kemudian berpaling.

****

“Mereka berdua apa-apaan sih?! Bisa-bisanya sengaja mengeraskan suara seperti itu. Apa yang mereka katakan tidak benarkan, Zahra?” Tanya Rayla saat mereka baru saja melewati gerbang utama A.E.O ( Area Ekstrakulikuler Olahraga ) lalu menyapa Pak Dadang; satpam tempat ini dengan ramah. Zahra menggeleng kepala,”Mereka pintar memutarbalik fakta juga pintar berdusta. Kau harus berhati-hati agar tidak terhasut oleh mereka!” Balas Zahra mengingatkan, Rayla hanya mengiyakan saja dan setelah itu menatap lurus ke depan melihat punggung seorang pemuda dari kejauhan yang memakai seragam batik celana hitam. Merasa mengenali sosok tersebut Rayla sontak menepuk bahu Zahra dua kali membuat Zahra menoleh ke arahnya dengan tanda tanya lalu mengikuti arah obyek yang Rayla lihat.

“Itu Mas Gentar!” Kata Rayla girang.

“Hah mana?” Zahra celingukan mencari walau ia sendiri tidak tahu orangnya diantara siswa di hadapan mereka.

“Itu…yang pakai tas warna hitam; yang ada coretan putih!” Seru Rayla sambil nunjuk.”Udah ah samperin aja!” Tanpa sepertujuan Zahra Rayla langsung narik tangan agar temannya tahu. Saat mereka sudah berada tepat di belakang pemuda yang Rayla maksud barulah gadis itu menyapa.

“Mas Gentar!” pemuda itu berhenti kemudian balik badan dan menatap penuh tanya saat melihat kehadiran Zahra dan Rayla.

“Siapa ya?” Tanya Mas Gentar. Zahra sedikit tidak enak dan gugup, begitu juga dengan Rayla yang berusaha tenang,”Lho Mas lupa ya, saya adik kelas Mas yang kemarin hadir saat pengenalan Tapak Suci!” Sahut Rayla, mencoba pemuda itu mengingat. Mas Gentar berpikir sejenak, mencoba mengingat-ingat dan tidak selang lama Mas Gentar berseru,”Oh!” Rayla yang mendengarnya langsung merasa lega—mengira kakak kelasnya itu mengingatnya sedangkan Zahra tidak sabar menunggu pertemuan ini selesai agar dirinya bisa tiba di rumah panahan.

“Maaf, Mas lupa!” Ucap Mas Gentar polos, seketika Rayla berseru kecewa, Zahra sweetdrop lalu menatap kasihan ke arah Rayla.

“Tapi Mas merasa sangat senang ada yang menyapaku lebih dulu! Biasanya tidak ada yang menyapa lebih dulu kalau nggak Mas sendiri yang menyapa!” Kata Mas Gentar jujur. Mendengar kata Mas Gentar barusan membuat senyum senang terukir di raut wajah dua gadis tersebut, lantas pemuda jangkung itu mengajak mereka berdua jalan bersama-sama.

“Oh iya Mas Gentar, ini teman saya mau kenalan denganmu. Namanya Zahra!” Cerocos Rayla, sontak Zahra terkejut bukan main saat Mas Gentar langsung menatap dirinya dengan tanda tanya. Dengan kikuk Zahra  menyap Mas Gentar sembari melambaikan tangan. Mas Gentar beroh panjang,”Kamu masuk ekstra apa?” Tanyanya.

“Ekstra panahan, Mas?” Jawab Zahra singkat.

Seketika raut wajah Mas Gentar berubah setelah mendengar jawaban dari Zahra, pemuda itu kembali beroh panjang setelah itu menatap lurus ke depan. Tidak selang lama Zahra segera berpisah dengan Rayla dan Mas Gentar saat adik-kakak kelas itu tiba di depan rumah ekstra Tapak Suci, setelah melewati tiga rumah, rumah voli, basket dan futsal gadis itu tiba di rumah ekstra panahan dan langsung masuk menuju halaman belakang kemudian berjumpa dengan Intan, Shanti dan Yanti—si kembar.

“Assalammualaikum, lho anak laki-laki pada kemana? Kok Cuma kalian bertiga disini?” Tanya Zahra heran saat tidak melihat anak laki-laki maupun Mbak Fara lalu mengambil tempat duduk di samping Intan.

“Alah…paling telat, anak laki-laki memang seperti itu kan. Apalagi kalau hari ini ada latihan?” Balas Yanti ketus dan mendapat anggukan sependapat dari Intan dan Shanti. Zahra hanya beroh panjang setelah itu tidak bertanya lagi dan lebih memilih untuk beranjak berdiri lalu berkeliling ke dalam, suasana yang hening tapi tenang di tambah letak perabotan lama yang tertata rapi di tempat tertentu di lorong membuat suasana di tempat itu terasa sangat klasik walau sedikit berdebu di banyak tempat.

“Akan lebih nyaman kalau dinding-dinding ini di cat ulang, juga membersihkan langit rumah dari sarang laba-laba!”Batin Zahra ketika mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat banyak sarang laba-laba di sana, selain itu ia juga menatap penasaran melihat ubin lantai rumah ini yang berwarna merah muda dengan corak kerikil berwarna putih seolah memberi tambahan klasik rumah ini dan setelah itu ia menelusuri ruang demi ruang termasuk dua kamar mandi yang sayangnya ia tidak menemukan dapur, hanya menemukan ruangan lain yang terkunci. Untungnya Zahra segera tahu jika ruangan itu hanya gudang peralatan panahan yang tertulis dipapan dan terpasang di atas ambang pintu, tubuh Zahra tersentak saat mendengar suara langkah banyak kaki di iringi suara serak yang tengah mengobrol membuat Zahra segera pergi dari sana menuju sumber suara.

Ketika semua sudah berkumpul dan sekali lagi para cewek kembali berbisik memuji ketampanan saat melihat seorang pria muda dengan gaya rambut di sisir rapi serta memakai baju T-shirt berwarna biru dengan gambar manusia bertubuh kuda menarik anak panah dari busur dan tidak lupa dua kaki depan yang terangkat ke udara yang berdiri di samping Mas Juna.

“Baik, sebelum kita mulai latihan Mas Juna mau memperkenalkan guru Coach kita...” Mas Juna menoleh ke arah pria yang lebih tinggi darinya,”Silakan, Mas!”. Pria itu mendehem sejenak setelah itu berkata,”Baik, Assalammualaikum. Wr. Wb, perkenalkan nama saya Muhammad Rayan Harfizi. Di sini saya adalah Coach kalian untuk melatih kalian menjadi seorang pemanah sekolah yang dapat membawa nama baik sekolah dari tingkat provinsi maunpun nasional, jika beruntung kita dapat naik ke tingkat internasional. Maka dari itu kalian sebagai pemanah pemula akan belajar cara memegang busur, menarik anak panah, cara memasang String pada Limb serta teknik yang akan digunakan. Di sini sudah tahu kan peraturan apa yang harus di lakukan saat latihan?”

“Sudah?” Balas semua siswa serempak.

“Oke, sip. Kalau begitu kita langsung saja mulai latihan, sudah bawa baju olahraga?” Tanya Kak Rayan.

“Sudah!”

“Nggak!”

Mendengar jawaban “Tidak” dari sebagian siswa membuat Kak Rayan menoleh ke arah Mas Juna dengan sorot mata penuh tanya.” Kau lupa kasih tahu mereka buat bawa baju olahraga?” Tanyanya penuh selidik. Sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal Mas Juna menjawab,”Maaf Mas, aku lupa kasih tahu hehe?”

Pria berusia 24 tahun itu seketika menghela napas panjang kemudian berkata,”Baiklah, yang bawa baju olahraga silakan untuk ganti dan yang lupa bawa baju olahraga tetap di sini sambil menunggu Mbak Fara dan Mas Indra, juga kakak kelas 12 yang hari ini akan ikut latihan dan sebagai pemula kalian akan belajar menggunakan busur Horsebow atau yang kita sebut sebagai busur tradisional dan jika kalian berhasil memahami juga menguasai cara menembak anak panah dengan benar maka kalian bisa memakai busur Standarbow atau Recuvebow yang bisa kalian beli di toko peralatan panahan First Archery Shop, nanti Mas tulis buat kalian jika ingin beli atau ingin melihat-lihat peralatan disana!” Ucap Mas Rayan panjang lebar. Baru saja pria itu selesai bicara Mbak Fara dan Mas Indra muncul dari dalam rumah membawa banyak busur yang sudah di pasang String sedangkan Mas Indra membawa banyak tabung silinder berwarna putih, merah dan hitam berisi anak panah yang kemudian meletakkannya tidak jauh dari Mas Rayan dan Mas Juna berdiri.

Sesuai dengan perintah Mas Rayan, hanya 8 siswa yang membawa baju olahraga termasuk Mbak Fara, Mas Indra dan Mas Juna sedangkan sisanya termasuk Zahra di suruh untuk duduk secara lesehan sambil bersama Mas Rayan. Sambil menunggu teman mereka ganti baju para cewek sibuk melontar pertanyaan umum kepada Mas Rayan sementara para cowok hanya mengobrol dan Zahra yang tidak ikut bertanya lebih memilih memandangi busur di dekat Mas Rayan, tidak selang lama 10 siswa yang Zahra duga adalah kelas 12 masuk sambil mengucap salam lalu mencium tangan pria itu dengan sopan sebelum akhirnya meletakan tas lalu pergi membawa baju ganti menyusul dengan teman-teman dan trio senior. Tidak selang lama teman-teman dan trio senior kembali memakai seragam, lantas Mas Rayan segera menyuruh siswanya yang tidak memakai baju olahraga untuk bangun dan kemudian latihan di mulai—terpaksa memakai seragam sekolah.

Setelah menerima busur Horsebow dari Mas Juna beserta lima set anak panah juga Quiver Zahra segera melingkarkan tali Quiver tersebut di pinggangnya yang memakai rok hitam dan memasukkan anak panah tersebut di sana setelah itu melihat reaksi teman-temannya yang justru asyik mengobrol sembari menunjukkan busur masing-masing dan setelah itu merentangkan tali busur ke belakang, penasaran apa yang di lakukan temannya barusan Zahra mencoba untuk merentangkan tali busur miliknya dengan dua jari tangan kanan, berat dan nyeri, batinnya. Di cobanya sekali lagi, dengan menambah tenaga Zahra menarik tali busur itu tanpa anak panah ke arah atas dan hanya hitungan detik gadis itu langsung melepas tali tersebut dan menimbulkan suara “Ctak” yang bersamaan dengan rasa nyeri akibat bergesekan dengan String atau tali tersebut. Saat itu juga Mas Rayan memberi tahu kepada semua siswa barunya posisi berdiri juga jarak tembak yang akan mereka lakukan dan akan di bantu oleh Mas Indra, Mbak Fara dan Mas Juna yang kemudian di bagi menjadi tiga kelompok. Zahra hanya mengikuti dan mendapat satu kelompok dengan Mas Indra yang kemudian sama pemuda itu membawa kelompoknya ke papan target di ujung lapangan.

“Baik semuanya, perhatikan baik-baik yang posisi kaki, postur tubuh dan lengan saat Mas menembak. Sebab Mas hanya memberi contoh kepada kalian sebanyak tiga kali, paham semuanya!” Ujar Mas Indra.

Zahra mengangguk pelan sedangkan yang lainnya kuram paham, namun Mas Indra memilih untuk memberi contoh langsung. Mengambil posisi tubuh menghadap ke kanan sementara pandangan ke arah papan target pemuda itu mengambil salah satu anak panah dari tas lalu memasangnya ke String kemudian menariknya ke belakang, selang beberapa detik pemuda itu melepaskan anak panahnya membuat benda itu terbang melesat dan menancap di badan papan target di angka 9. Mata Zahra membulat takjub melihat aksi yang di lakukan Mas Indra barusan.

“Sekarang, giliran kalian! Silakan tiru cara Mas lakukan tadi!” Titah Mas Indra. Dengan perasaan grogi juga kikuk mereka mencoba meniru apa yang Mas Indra contohkan lalu mencobanya ke arah papan target di depan, banyak anak panah yang meleset, begitu juga dengan anak panah milik Zahra. Saat gadis itu berniat menembakan anak panah lagi, tiba-tiba Mas Indra menghampiri lalu membenarkan posisi berdiri Zahra.

“Benarkan posisi berdirimu…lalu sejajarkan lenganmu saat menembakkan anak panah di atas bahumu!” Ucap Mas Indra,”Lihat, Mas!” sambungnya. Dengan nurut Zahra melihat cara yang Mas Indra perlihatkan dengan seksama dan saat pemuda itu selesai menunjukkannya Zahra segera mempraktekannya lalu menembakkan anak panah kembali, kali ini anak panahnya berhasil mengenai papan target walau hanya di angka 2.

“Bagus, tingkatkan!” Puji Mas Indra seraya mengusap pucuk kepala Zahra dengan lembut sebelum akhirnya berlalu menghampiri Yanti yang juga melakukan kesalahan. Merasakan perasaan aneh membuat gadis itu menatap Mas Indra sebentar dan setelah itu kembali fokus. Suasana hangat akibat matahari mulai turun untuk tidur yang langsung di sadari oleh Mas Rayan lantas langsung meniup peluit tanda latihan sore ini sudah berakhir. Semua siswa segera berkumpul usai mencabut anak panah dari papan target maupun yang menancap di tanah dan setelah itu membaca doa untuk latihan sore ini kemudian pulang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Sebatas Doa
540      377     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
Magelang, Je t`aime!
594      442     0     
Short Story
Magelang kota yang jauh itu adalah kota tua yang dingin dan tinggal orang-orang lebut. Kecuali orang-orang yang datang untuk jadi tentara. Jika kalian keluar rumah pada sore hari dan naik bus kota untuk berkeliling melihat senja dan siluet. Kalian akan sepakat denganku. bahwa Magelang adalah atlantis yang hilang. Ngomong-ngomong itu bukanlah omong kosong. Pernyatanku tadi dibuktikan dengan data-d...
Konspirasi Asa
2024      641     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
11718      2344     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
Luka di Atas Luka
391      255     0     
Short Story
DO NOT COPY MY STORY THANKS.
Untitled
507      290     0     
Romance
This story has deleted.
AKSARA
3526      1451     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
(L)OVERTONE
1747      603     1     
Romance
Sang Dewa Gitar--Arga--tidak mau lagi memainkan ritme indah serta alunan melodi gitarnya yang terkenal membuat setiap pendengarnya melayang-layang. Ia menganggap alunan melodinya sebagai nada kutukan yang telah menyebabkan orang yang dicintainya meregang nyawa. Sampai suatu ketika, Melani hadir untuk mengembalikan feel pada permainan gitar Arga. Dapatkah Melani meluluhkan hati Arga sampai lela...
Smitten With You
8123      1980     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Reality Record
2161      711     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...