“Ah capeknya!” Seru Zahra ketika berhasil menyelesaikan tugas sekolah kemudian menutup buku itu, d renggangkannya kedua tangan ke atas guna menghilangkan rasa pegal yang sejak tadi menyerangnya setelah itu segera menyiapkan buku untuk besok. tetapi gerakan tangannya terhenti kala teringat sesuatu yang penting di saku rok sekolahnya, lantas ia segera ke luar kamar menuju belakang dapur. Hampir saja ahra menabrak Fani yang sedang membawa mangkuk berisi Popcorn ketika hendak berbelok.
“Kamu dapat darimana Popcorn itu?” Tanya Zahra penasaran ketika teringat tadi selepas makan malam Ibu tidak membeli Popcorn.
“Ini Ibu yang buat, baru saja matang sebelum pergi bersama Ayah?” Jawab Fani seraya mengambil satu Popcorn yang telah di lumuri Chocolate cream kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya, Zahra hanya beroh panjang setelah itu pergi begitu saja menuju belakang dapur membuat Fani menatap heran Kakak sulungnya itu lalu pergi ke ruang keluarga. Setibanya di sana Zahra langsung menemukan rok sekolahnya yang tergeletak di dalam keranjang baju bersama dengan baju kotor lainnya, di ambilnya rok itu kemudian memasukkan tangannya ke dalam dan mengambil formulir dari sana. saat membuka lipatan ia menatap nanar formulir itu yang di tulis oleh Jasmine, ingatannya otomatis kembali ke masa lalu dimana dirinya mendapat tatapan kecewa dari guru tarinya sewaktu di SMP akibat tidak bisa tampil karena mengalami cedera kaki dan pelakunya tidak lain adalah Aura dan Jasmine hingga mereka berdua akhirnya tampil untuk menari. Menarik napas dalam-dalam gadis itu langsung merobek kertas itu menjadi banyak bagian kemudian segera membuangnya ke tempat sampah di dapur, merasa sedikit lebih baik Zahra lantas kembali ke kamarnya. Namun saat melihat Fani yang sedang nonton televisis sambil makan Popcorn gadis itu langsung mendekati adiknya kemudian berkata.
“Fani, minta Popcornnya dong!”
Fani sejenak berpaling setelah mendengar permintaan Zahra kemudian wajahnya di tekuk sembari meletakkan mangkuk berisi Popcorn tersebut di sampingnya,”Enak saja, ambil sendiri! Ibu sudah buat banyak di dalam panci!” Tolak Fani.
Mulut Zahra langsung mendumel tidak jelas seraya kembali ke dapur, disana Zahra langsung membuka tutup panci dan melihat Popcorn yang sudah di taburi Chocolate Cream di sana. tanpa pikir panjang Zahra langsung mengambil mangkuk di dalam lemari kaca lalu mengambil Popcorn tersebut menggunakan centong nasi plastik dan memindahkannya ke dalam mangkuk setelah itu menyusul ke ruang tengah bersama Fani menonton televisi.
****
Keesokan paginya setelah memakai sepatu Zahra menarik napas dalam-dalam seraya bangkit lalu menoleh ke belakang bersamaan dengan Fani yang muncul dari dalam rumah memakai seragam pramuka bersama Ibu, setelah pamit kepada Ibu Zahra sedikit berharap untuk hari ini semua berjalan baik-baik saja. Setibanya di sekolah Zahra yang baru saja melewati gerbang sekolah tiba-tiba berhenti lalu menoleh ke belakang saat ada yang memanggilnya.
“Assalammualaikum, Hai Zahra!” Sapa Mbak Fara seraya menghampiri.
“Waalaikumsalam, hai juga mbak!” Balas Zahra.
“Sendiri saja, mau Mbak temani!” Tawar Mbak Fara.
“Boleh!” Ucap Zahra tanpa pikir panjang menerimanya. Baru saja mereka berdua kembali melangkah secara beriringan Zahra kembali menoleh saat ada yang memanggil namanya, Rayla rupanya. Gadis itu menghampiri Zahra dengan tatapan penuh tanya ketika melihat Mbak Fara di sebelah Zahra.
“Assalammualaikum!” Salam Rayla.
“Waalaikumsalam, kamu sudah sembuh, Ray?” Tanya Zahra. Rayla mengangguk lalu berpaling ke arah Mbak Fara,” Maaf kalau boleh tahu kau siapa?” Tanya Rayla kepada Mbak Fara dengan penasaran sementara yang di tanya tersenyum kemudian menjawab,”Saya Fara dari kelas 11 IPS-3?”
“Oh maaf Mbak, saya pikir anak kelas 10 seperti kami karena tidak pernah melihat Mbak sebelumnya!” Ucap Rayla kaget.
“Tidak apa-apa, kalau begitu apa kalian berdua sudah ikut kegiatan ekstarkulikuler?” Mbak Fara langsung mengalihkan pembicaraan. dengan antusias Rayla menjawab,”Aku sudah Mbak, memang Mbak mau promosi ya!” Rayla balik bertanya secara blak-blakan.
Zahra menatap penuh tanya ke arah Rayla sedangkan Mbak Fara masih mempertahankan senyumnya kemudian mengangguk saja, tanpa sadar mereka sudah tiba di kelas 10 IPS 3 Mbak Fara lantas pamit pergi ke kelasnya. Sepeninggal Mbak Fara mereka berdua segera masuk kemudian menyapa teman-teman yang sedang mengobrol, tetapi baru saja Zahra meletakkan tasnya di atas kursi tiba-tiba salah satu temannya berseru memanggilnya.
“Zahram ada Aura dan Jasmine nyariin kamu tuh!”
Tubuh dan juga hati Zahra mendadak tidak karuan setelah mendengar nama itu di sebut, padahal ia sudah terbiasa di bully oleh mereka, tetapi tetap saja perasaan itu muncul. Dengan ragu Zahra segera menuju pintu kelas dan tidak menyadari Rayla yang memerhatikan gerak-gerik Zahra barusan mulai curiga sementara Zahra yang baru saja ke luar dari kelas guna menemui Aura dan Jasmine yang langsung memberinya isyarat untuk mengikuti mereka berdua, pasrah gadis itu mematuhinya lalu mengikuti mereka menuju ke suatu tempat. Ketika mereka tiba di aula barulah Jasmine berkata.
“Baiklah, ayo kita latihan sebelum bel masuk! Di mulai dari kau, Zahra!” Ujar Jasmine.
“Tidak mau!” Tolak Zahra langsung.
Jasmine dan Aura terkejut mendengarnya namun tidak selang lama mereka marah melihat Zahra mulai berani untuk melawan, tidak boleh itu terjadi Aura langsung jalan maju lalu mendorong tubuh Zahra dengan keras; bermaksud membuat Zahra terdorong lalu jatuh atau menciutkan nyali gadis di hadapannya. Sayangnya justru sebaliknya tubuh Zahra tidak bergeming serta tatapan Zahra yang serius membuat mereka berdua semakin marah.
“Oh…kau semakin berani ya! Sepertinya pukulan dari kami masih kurang buatmu sampai-sampai kau mulai berani kepada kami!” Ancam Aura siap memukul.
Meski tubuhnya gemetar tetapi hatinya tidak gentar menghadapi mereka,”Jasmine…Aura,hentikan! Sampai kapan kalian membullyku seperti ini? Kalian sudah mengambil apa yang aku miliki dan sekarang kalian seenaknya mengatur apa yang aku lakukan?” Tanya Zahra.
Ujung bibir Jasmine terangkat serta sorot mata remeh memandang Zahra sementara Aura tertawa kecil,”Sampai kapan kau bilang? Tentu saja sampai kapanpun karena kamu tidak lebih sebuah mainan dan dompet kami. Selain itu…”Jasmine sengaja mengantungkan kalimatnya lalu jalan menghampiri Zahra kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan dan mendekatkan bibirnya ke telinga Zahra yang terhalang jilbab cokelat,”Akan lebih baik kalau kau tidak punya masa depan sama sekali dalam keadaan hamil di luar nikah!” Sambung Jasmine sambil berbisik lalu menegakkan kembali tubuhnya menjauh dari Zahra. Meski pelan namun kalimat itu sukses membuat kedua kaki Zahra kehilangan kekuatan untuk berdiri, bersamaan ujung kalimat itu bel masuk segera berbunyi Aura lantas mengajak temannya itu untuk kembali ke kelas meninggalkan Zahra sendirian di sana. Sepeninggal mereka berdua Zahra langsung terduduk lemas kemudian terisak pelan setelah berusaha untuk berani, ia tidak menyangka kalimat menyakitkan itu akan keluar dari bibir Jasmine.
“Zahra kamu kenapa?” Tanya Rayla tiba-tiba muncul dari balik pintu lalu menghampiri Zahra dengan raut wajah khawatir dan membantunya untuk berdiri.
Sontak Zahra sangat terkejut melihat kedatangan Rayla namun ia menerima bantuan temannya itu lalu cepat-cepat menghapus jejak air di pipinya agar Rayla tidak melihatnya, tetapi sayangnya Rayla sudah terlanjur melihatnya.
“Kenapa kau bisa ada di sini, Rayla?” Zahra balik bertanya dengan nada sedikit sesunggukan.
“Maaf aku nggak sengaja mengikutimu dan dua temanmu juga tidak sengaja mendengar semuanya?” Jawab Rayla menyesal,”Apa tadi mereka membullymu?”
Dengan ragu Zahra mengangguk pelan,”Sebaiknya kita segera kembali ke kelas sebelum guru datang!” Ajak Zahra jalan lebih dulu ke luar dari ruangan itu, Rayla tidak menyahut lalu mengikuti langkah Zahra menuju kelas.
****
Bel istirahat berunyi dan Bu Rina; guru Geogarfi ke luar dari kelas teman sekelas Zahra segera menyusul menuju kantin di iringi obrolan, sementara itu Rayla yang baru saja memasukkan buku geografinya ke dalam tas langsung melempar pertanyaan kepada Zahra soal di aula tadi. Namun Zahra tidak menjawabnya dan tampak ragu.
“Kalau kamu nggak jawab ya tidak apa-apa, aku nggak maksa! Tetapi yang jelas aku tidak akan membiarkan kejadian tadi terulang, kamu tenang saja. Ada aku di sini!” Hibur Rayla,”Ayo kita ke kantin, kamu lapar kan!” Ajaknya. Sejujurnya Zahra tidak berminat pergi ke sana namun karena perutnya sejak tadi memberontak minta di isi membuatnya mau tidak mau akhirnya menerima ajakan Rayla untuk pergi ke kantin, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan di antara mereka, bahkan Zahra masih tidak percaya dengan ucapan Rayla barusan dan timbul rasa khawatir kalau dia bakal di hasut oleh Jasmine dan Aura seperti di SMP dulu terhadap teman yang bersamanya. Setibanya di kantin Zahra dan Rayla celingukan mencari meja kosong yang sayangnya sudah banyak di tempati oleh siswa lain.
“Kita beli dan makan di kelas saya ya!” Saran Rayla.
“Tidak, kita coba makan di tempat lain selain di kelas!” Sahut Zahra memberi saran lain.
“Dimana?” Tanya Rayla penasaran. Sambil tersenyum Zahra menatap Rayla kemudian menjawab,”Nanti kau juga akan tahu, ayo kita beli sebelum bel masuk!” Ajak Zahra seraya jalan lebih dulu menghampiri lapak yang menjual ayam geprek dan nasi goreng, berbeda dengan Rayla yang menghampiri lapak bubur ayam. Ramainya tempat itu membuat Zahra harus berdesakan dengan siswa lain yang juga ingin beli ayam geprek, hampir saja Zahra oleng ke belakang jika saja ada seseorang yang berhasil menangkap tubuh Zahra. Saat menoleh guna mengetahui siapa yang menangkapnya mata Zahra langsung terpaku dengan sosok pemuda jangkung dengan sorot mata dingin menatap Zahra dan pemuda itu adalah orang yang pernah Zahra temui di rumah ekstrakulikuler panahan, sontak gadis itu cepat-cepat menegakkan tubuhnya kemudian mengucap terima kasih setelah itu menerobos kerumunan itu; menjauh dari pemuda itu sedangkan yang menangkap tubuh Zahra hanya menatap kepergian gadis itu dengan heran. Tidak sampai 20 menit Zahra berhasil membawa kantung plastik berisi ayam geprek dan juga botol air mineral kecil yang kemudian menemui Rayla yang sudah menunggunya di pintu besar kantin setelah itu pergi. Menelusuri lorong sekolah barulah Rayla tahu tempat yang Zahra maksud saat mereka masuk ke halaman masjid, setelah melepas sepatu lalu duduk di lantai anak tangga masjid.
“Maaf ya, sebenarnya aku mau mengajakmu ke area ekstrakulikuler tapi aku khawatir kita bakal di usir oleh Pak satpam dan membawamu ke sini!” Kata Zahra sedikit menyesal.
“Area ekstrakulikuler yang di samping sekolah kita?” Tanya Rayla. Zahra mengangguk.
“Kapan?” Tanya Rayla lagi.
“Sabtu kemarin?” Jawab Zahra pendek.
“Kok kamu nggak ajak-ajak sih buat kesana, kebetulan kegaiatanku juga ada di sana!” Gerutu Rayla.
Sontak Zahra terkekeh mendengarnya setelah itu menjawab,”Maaf aku nggak tahu, mungkin nanti sepulang sekolah aku mau ke sana buat keliling!”
“Benarkah? Aku ikut ya? Tempat itu kayak bagaimana?” Tanya Rayla antusias. Lantas Zahra langsung menceritakan area ekstarkulikuler kepada Rayla sedangkan gadis itu menyimak dengan seksama serta semakin antusias sembari membuka bungkusan lalu segera memakan bubur ayam yang di belinya tadi di kantin. Begitu juga dengan Zahra yang terus berceloteh namun berhenti sejenak untuk memakan ayam geprek miliknya lalu lanjut lagi hingga makanan mereka habis, setelah puas bercerita Zahra lantas mengajak Rayla untuk kembali ke kelas.
****
Bel pulang berbunyi nyaring, setelah pelajaran terakhir di tutup dengan doa dan guru sudah ke luar kelas para siswa segera berhamburan ke luar kelas dengan wajah cerah meski lelah dan Zahra bersama Rayla keluar lalu menelusuri lorong sekolah yang kini ramai dengan para siswa yang bergerombol do lorong menuju gerbang sekolah, melewati gerbang utama kemudian belok kiri yang di sambut dengan ramainya jalan di sekitar depan gerbang sekolah di tambah dengan kehadiran tiga pedagang kaki lima yang sengaja jualan di sana membuat suasana ramai dan macet sangat terasa. Tidak sampai 10 menit mereka sudah tiba di area ekstrakulikuler olahraga, rupanya bukan hanya mereka berdua saja yang berada di sana; ada beberapa siswa yang juga penasaran dan kini tengah berkumpul di depan papan berisi denah area ini.
“Waah…sekolah kita benar-benar memiliki tempat ini ya!” Seru Rayla takjub saat melihat interior taman di sekitar situ juga melihat papan petunjuk arah lengkap dengan namanya.
“Benar, sayangnya sekolah ini malah kurang di minati? Ayo kita berkeliling!” Ajak Zahra dan di angguki oleh Rayla.
Di mulai ke tempat lapangan voli mereka berdua di sambut ramah oleh kakak senior yang kebetulan berada di sana untuk sekedar latihan dan bersantai serta tidak lupa mempromosikan kegiatan mereka kepada Zahra dan Rayla, walau ada juga siswa dari angkatan mereka yang hadir di tempat itu. Setelah berbincang sebentar mereka lantas pamit dan pergi ke tempat selanjutnya yang tidak lain adalah tempat yang Rayla tuju; ekstarkulikuler Tapak Suci. Rayla tampak sangat antusias sementara Zahra hanya memandang interior bangunan dan membandingkan dengan bangunan lain di sekitar tempat itu yang memiliki bentuk seperti rumah pada umumnya. Hanya di bedakan dengan warna saja, kecuali rumah panahan yang Zahra kunjungi.
“Rayla kamu benar-benar akan ikut ekstra Tapak Suci?” Tanya Zahra penasaran setelah mereka keluar dari rumah itu.
Rayla mengangguk bangga,”Bukankah itu sangat keren, aku seperti menjadi seorang pendekar wanita yang dapat melindungi orang dari tindak kejahatan?” Sahutnya seraya meragakan layangan tinju ke depan serta tidak lupa ekspersi wajahnya yang di buat serius seolah sedang menghajar lawan di hadapannya.”Terus kamu ikut ekstrakulikuler apa, Ra? Aku sebenarnya ingin tahu walau kehiatan ini sebenarnya nggak wajib?” Tanya Rayla. Senyum Zahra mendadak luntur setelah mendengar pertanyaan dari Rayla sementara yang bertanya tampak semakin bertanya-tanya akan perubahan gadis di sebelahnya.
“Ma…maaf Zahra, aku membuatmu tersinggung ya!” Ucap Rayla, sadar apa yang sudah ia ucapkan barusan.
“Tidak apa-apa!” Timpal Zahra tersenyum sendu,”Kau bakal tahu esktra apa yang aku ikuti! Tapi sebelum itu apa kau mau mendengar ceritaku, ini juga bagian dari kejadian yang kau dengar tadi pagi!” Ujar Zahra. Mata Rayla melebar kemudian megangguk paham,”Tentu, ceritamu aman kepadaku. Percayalah!” Ucap Rayla menyakinkan.”Ayo kita duduk di sana!” Ajaknya saat tidak sengaja meihat ada bangku panjang di dekat pohon besar yang tidak jauh dari rumah ekstra futsal. Kali ini Zahra yang mengangguk, setelah mereka berdua duduk barulah Zahra menceritakan masa lalunya kepada Rayla. Ekspersi Rayla yangemula penasaran perlahan-lahan berubah menjadi merah padam serta sorot matanya yang menajam ketika mendengar Zahra di perlakukan seperti budak oleh Aura dan Jasmine juga sikap tidak adil yang di lakukan dua orang itu.
“Jadi…yang tadi pagi itu mereka memaksamu buat ikut ekstra tari dan mereka sangat senang kau tidak punya apa-apa dan tidak punya masa depan cerah?” Tanya Rayla menahan amarah, terutama di bagian akhir dari cerita itu. Zahra mengangguk,”Tapi meski aku berhasil menipu mereka namun cepat atau lambat mereka akan tahu dan mereka jelas akan masuk ke tempat yang sama denganku agar memastikan aku tetap di bawah kendali mereka!” Sahut Zahra gusar, tersirat khawatir di raut wajahnya yang bulat.
“Lalu langkah selanjutnya apa jika mereka benar-benar melakukannya?” Tanya Rayla.
Zahra tidak menjawab, ia sendiri tidak tahu rencana selanjutnya sebab Aura dan Jasmine jelas tidak akan melepaskan dirinya begitu saja sebelum dirinya hancur berkeping-keping. Sambil membuang napas gusar Zahra menjawab,”Entahlah aku juga tidak tahu?” lantas gadis itu berdiri dan di susul oleh Rayla setelah itu pergi ke suatu tempat yang Zahra tuju juga berniat menunjukkannya kepada Rayla. Setibanya di rumah Panahan Rayla menatap takjub rumah itu yang tampak berbeda dari bangunan lainnya.
“Kau ikut ekstra ini?” Tanya Rayla, masih menatap sekitar banguan itu yang terasa seperti masuk ke era 70-an.
“Iya? Sudah tahu kan? Kalau begitu ayo pulang!” Ajak Zahra tiba-tiba lalu balik badan.
“Lho kok pulang? Nggak mau masuk ke dalam?” Tanya Rayla terkejut.
“Besok saja, setelah ini aku ada urusan penting jadi aku harus pulang!” Balas Zahra jalan menjauh mendahului Rayla.
“Eeh…tunggu, Zahra!” Seru Rayla segera cepat-cepat mengejar Zahra menuju gerbang utama area ekstrakulikuler olahraga.