31 Desember 2015
Hari itu awan gelap bergradasi abu abu menutupi bumi dengan coraknya. gemuruh petir tak membuat si gadis berbaju putih susu itu bangkit dari kursinya, sambil menyesap kopi hitam yang sudah tak hangat lagi, gadis itu menggeser layar sebuah benda persegi panjang yang telah menelan jutaan umat manusia beberapa tahun belakangan ini. Netranya tertuju pada sebuah artikel yang membuatnya tertawa renyah bagaimana tidak headline di artikel itu bertuliskan 'Disebut totalitas! Aktris cantik Miranda castella rela mencukur habis rambutnya untuk peran Ullu dalam Film bioskop terbaru'
Ia tahu hal itu hanya sekedar formalitas untuk sekedar meningkatkan kepopulerannya,pada akhirnya, rambutnya akan kembali tumbuh dan dia akan mendapatkan uang dalam jumlah yang tentu saja tak sedikit. Tapi bukankah jahat, dia rela menghancurkan mahakarya sang pencipta hanya demi daki dunia semata. Bagaimana dengan mereka diluar sana yang berharap mendapat rambut indah seperti dirinya apalagi insan insan di bumi yang terpaksa kehilangan rambutnya, mahkotanya hanya karna sebuah takdir suram berbentuk penyakit bernama kanker, tidakah dia berpikir sejauh itu.
Tidak banyak orang yang berpikir logis seperti ini, karna pada dasarnya semua manusia sudah dibodohi oleh kemajuan teknologi. Memang, menguntungkan bagi mayoritas masyarakat di bumi tetapi pengaruh buruk darinya pun tak dapat dihindari. Tetapi itu bukanlah penyebab utamanya melainkan ketidakpuasan manusia itu sendiri yang menjadi penyebabnya. Selalu ingin lebih, entah mereka tidak sadar atau tidak tahu bahwa semua hal itu ada konsekuensinya dan mau tidak mau mereka harus menghadapinya bahkan untuk konsekuensi kehilangan sekalipun.
Suara panggilan dari arah dapur membuat Carmen berhenti sebentar dari kesibukannya. Tak mau bertele tele gadis itu meletakkan Handphonenya dan berlari masuk menuju sumber suara. Ia termenung memerhatikan wanita paruh baya yang tengah memotong bawang.
Kalau dipikir pikir seorang wanita bisa saja menggantikan peran suaminya mencari nafkah tapi bisakah seorang suami menggantikan tugas istri untuk memasak dan mengasuh anak dalam hal ini keluarga yang lengkap. Bukanya hampir tidak bisa?tetapi bukankah memang begitu adanya kenyataan didepan mata memang seperti itu jarang ditemukan itulah mengapa sosok ayah akan dianggap begitu luar biasa ketika ia menggantikan tugas seorang Ibu. Ibu juga akan mendapatkan pujian jika dia menanggung dua tugas sekaligus tugas seorang ibu dan tugas seorang Ayah tetapi pujiannya tidak lebih banyak dari laki laki. karna faktor yang dikatakan luar biasa itu orang akan cenderung terkejut dengan seekor kelinci menanam wortel nya sendiri daripada kelinci itu mencabut wortelnya. Hanya mencabut adalah hal yang sudah biasa sedangkan menanam kedengaran mustahil dan luar biasa untuk ukuran seekor hewan.
"Ada apa buk?"
Suara Carmen membuat wanita paruh baya itu menoleh Sulis namanya wajahnya Ayu kulitnya putih bersih walaupun sudah ditelan umur.Dia adalah kembang desa pada masanya banyak pria dari seantero nusantara yang ingin mempersunting beliau namun ia menolak hatinya sudah ia jatuhkan pada pria asal Britania Raya bernama Jhonatan yang kebetulan bertugas di Indonesia.8 bulan setelah pernikahan mereka Jhon harus pergi menjalankan tugasnya sebagai abdi negara di negara asalnya UK Sulis terpaksa harus tinggal dia tidak bisa melakukan perjalanan jauh dengan keadaan hamil besar. Sebulan setelahnya tepat ketika kelahiran buah hati mereka Carmen Sulis mendapatkan telfon dari Tentara Angkatan Udara Britania Raya bahwa sang suami telah tewas dalam misinya untuk menyelamatkan para anak yatim asal Inggris yang dijadikan budak oleh negara tetangga mereka belanda. Sulis meneteskan air mata sambil tersenyum ia bangga pada sang kekasih ia begitu bangga sehingga sepatah katapun tak bisa dia ucapkan untuk menggambarkan kebanggaan itu. Kematian suaminya membawa hidup baru bagi anak anak yatim itu kematian suaminya membuat jutaan Ibu di Inggris sana tersenyum karena anak mereka telah kembali ia mati tapi ia lahir kembali lewat buah hati semata wayang mereka Carmen.
"Tolong belikan Ibu garam. Ini uangnya, kamu hati hati lihat jalan jangan melamun" Sulis mengusap surai putri semata wayangnya wajahnya terlalu mirip dengan almarhum sang suami Sulis tak bisa melepas pandangannya dari sang putri.
Carmen berjalan dengan wajah datar menuju warung Kang Mamang. Ia berhenti sejenak memperhatikan seorang pengemis yang tak jauh dari tempatnya. Carmen berjalan cepat menghampiri pengemis itu...
"Permisi pak" Pengemis itu mendongak, wajahnya kotor pakainya lusuh bibirnya kering seperti orang yang tak minum seharian
"Saya ada sesuatu yang bisa mengubah hidup bapak" Pria itu tersenyum lebar namun senyumannya segera memudar menyadari orang didepannya hanya seorang anak bagaimana bisa anak ini merubah hidupnya.
Carmen menyodorkan uang lembar senilai 2.000,00 rupiah.
Pria itu tertawa terbahak bahak lalu berucap
"Kamu ga sakit kan nak? Atau kamu mau meremehkan saya?!" Ekspresi pengemis itu sedikit berubah
"Uang ini 3% dari hasil jualan kue Ibu saya. Bayangkan jika bapak bekerja berapa yang akan bapak dapatkan"
Pria itu tertawa lagi kali ini ia sampai air matanya keluar.
"Kamu pikir mencari kerja atau membangun usaha itu mudah?! Kalau jadi pengemis saya hanya duduk begini sehari saja saya sudah mendapatkan uang paling sedikit Rp 200.000 bayangkan jika saya begini setiap hari sebulan, tagihan kontrak saya lunas untuk 6 bulan kedepan"
"Bapak tidak malu? Bapak tidak malu dengan orang yang tidak lagi memiliki kaki dan tangan. Bapak tidak malu dengan orang yang tak bisa lagi melihat, mendengar atupun berbicara. Mereka punya kekurangan tapi mereka terus bekerja sedangkan bapak fisik bapak sempurna. Terlebih lagi apakah bapak tidak malu dengan dia yang menciptakan bapak? Dia menganugerahkan kehidupan untuk bapak tapi bapak tidak pernah berusaha dalam hidup, bapak menyia nyiakan hidup dengan hanya duduk disini seharian"
Pengemis di depan Carmen menangis iya dia menangis hari ini seorang gadis berusia 13 tahun berhasil membuat dia tersadar.