Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kembali Bersama Rintik
MENU
About Us  

Setelah merasa lebih baik setelah liburan dan bersenang-senang bersama, sekarang adalah saatnya untuk kembali ke realita kehidupan. Yara dan Al harus segera menyiapkan tugas-tugas yang diberikan sebagai OSIS untuk kebutuhan acara sekolah. Mereka sering berdiskusi kelompok di jam-jam luang dan terkadang Al juga berkunjung ke rumah Yara,

“Permisi,” Al mengetuk pintu Yara.

“Iya, sebentar.” Terdengar suara mama Yara dari dalam dan menuju ke pintu untuk segera membukakan pintu.

“Eh, ada Al, ayo masuk-masuk, sebentar ya tante panggilin Yara.” tak berselang lama Yara datang dengan membawa beberapa makanan kecil.

“Perasaan kalo lo dateng selalu bawa makanan deh,” Al membuka laptopnya dan menyalakannya terlebih dahulu.

“Udah makan aja,” Yara juga mengambil laptonya kemudian menyalakannya.

“Gimana progres dari yang lain? Kemarin udah sampai mana?” Al bertanya pada Yara mengenai tugas-tugas yang sudah dibagi dengan lainnya, karena Al tipe yang cuek jadi banyak rekan dan adik kelasnya memilih untuk menghubungi Yara tentang kesulitan-kesulitan yang mereka alami. Mereka berdua membahas tugas ini dengan serius dan akhirnya bisa terselesaikan.

Al merapikan semuanya bergegas untuk pulang karena sudah larut juga begitu pula Yara yang juga memberekan barang-barangnya.

“Gue pulang dulu,” Al berpamitan pada Yara dan Yara mengantarnya sampai pintu rumah. Yara menguap lebar pertanda ini sudah waktunya tidur, jadi ia segera menutup pintu dan menguncinya. Setelah beberapa hari mempersiapkannya akhirnya tugas mereka selesai dan ditunjukkan kepada seluruh anggota. Semuanya merasa terkesan dengan hasil yang di berikan.

“Bagus Al, good joob, kerja lo emang nggak perlu diragukan,” Zaviya memuji Al di depan anggota-anggota lainnya.

Thankyou, tapi gue bisa semua ini berkat bantuan Yara, ” Yara yang berada di sampingnya hanya senyum-senyum seperti sedang penuh tekanan sedangkan Zaviya yang mendengar Al memuji Yara merubah raut wajah nya seperti tidak suka akan hal ini,

“Oh, wajarlah kan satu tim,” Meskipun demikian teman-teman OSIS yang lain masih mengapresiasi Yara. Zaviya kemudian melanjutkan topik selanjutnya dan melihat berapa progres yang sudah terlaksana.

Setelah rapat Yara tak langsung pulang, ia duduk di bawah pohon sambil melihat anak-anak lainnya yang sedang melakukan ekstrakulikuler. Ia mengibas-ngibaskan tangannya karena merasa panas, “Panas banget hari ini,” tak lama dari itu ada seseorang yang menempelkan minuman dingin di pipinya dan bisa ditebak siapa orang yang melakukan itu. Ya, siapa lagi kalo bukan Al. Yara mengambil minuman tersebut dan melihat Al yang ikut duduk di sampingnya.

“Buat aku?” Tanya Yara sambil menyodorkan minumannya ke arah Al.

“Nggak, buat pak Yoyok, ” mendengar jawaban itu Yara yakin sekali bahwa itu minuman untuknya, ia membukanya karena merasa haus juga.

“Kok dibuka, kan buat pak Yoyok,” Al melihat Yara meminumnya seperti orang yang haus berat, Yara sama sekali tidak memedulikan komentar Al tersebut karena mungkin sudah dilanda haus.

“Udah Al, buat aku aja ya, udah haus banget ini,” sambil memperlihatkan wajah sedihnya Yara menatap Al setelah meminum minuman tersebut. Setelah banyak bertemu untuk mendiskusikan tugas, mereka menjadi akrab satu sama lain meskipun terkadang masih ada rasa malu dalam diri mereka.

“Iya, emang buat lo, hadiah dari gue,” Al menutup minumannya yang sedari tadi masih terbuka dan meletakkannya di sampingnya.

“ Loh Al, aku nggak ulang tahun, mas.....”

“Tahu,” gumam Al menyela kalimat Yara, Yara yang tidak mendengar perkataan Al meminta Al untuk mengulangi kembali perkataannya,

“Gimana Al, ngomong apa barusan?”

“Nggak ngomong apa-apa, salah denger kali lo,” Al mengelak untuk memberi jawaban pada Yara. Dari kejauhan tampak Zaviya menuju menghampiri Al, sepertinya iya ingin membicarakan sesuatu.

“Al boleh minta tolong,” Al berdiri dan begitu juga dengan Yara.

“Ada apa Za? ”

“Gue mau minta ajarin untuk buat desain yang ini bisa? ” Zaviya menunjukkan desain yang tadi dibuat oleh Al, Al melihat desain tersebut.

“Oh ini gue diajarin Yara, lo minta ajarin dia aja, nih orangnya,” Zaviya hanya memandang Yara sekilas tanpa ada senyuman di wajahnya.

“Mau diajarin yang mana Za?” Tanya Yara sambil melihat gambar yang di bawanya, namun Zaviya seperti mengabaikan Yara dan menarik gambarnya dan menyembunyikannya di belakang.

“Tapi ini kan yang buat lo Al, jadinya pasti lo yang lebih tahu,” Zaviya bersikeras untuk meminta agar tetap Al yang mengajarinya bukan Yara, “Gue tunggu di sana ya,” tanpa menunggu jawaban dari Al, Zaviya langsung pergi begitu saja dan tetap akan meminta Al untuk datang.

“Gue kesana dulu,” Al mau tidak mau harus pergi menyusul Zaviya dan Yara juga tidak berhak untuk mencegah agar Al tidak pergi.

“Oh oke.” Yara hanya bisa mengangguk dan ia mengambil minumannya tadi yang diletakkan disampingnya untuk bersiap pulang, “Gue pulang dulu.”

Al pergi menyusul Zaviya dan Yara pergi pulang sendirian, Yara merasa ada yang ganjal dari dirinya. Seperti ada yang salah pada dirinya, merasa kurang ikhlas terhadap sesuatu, ia membalikkan badan lagi melihat Al dan Zaviya yang duduk berdua dari kejauhan. Ia menghembuskan nafas kemudian kembali untuk melanjutkan perjalanan pulangnya.

Sesampainya di rumah, ia merasa letih lesu, tidak bersemangat untuk bicara, ia mengucapkan salam kepada mamanya dengan pelan dan kemudian masuk ke dalam kamarnya.

“Mereka udah pulang belum ya, pasti mereka lagi seru ngobrol,” Sambil memandangi langit-langit rumahnya yang penuh bintang-bintang kecil dan memeluk boneka doraemon kesayangannya. Kemudian ia kembali bangkit, “Ih apaan sih, bodoamat dia mau deket sama siapapun.” Ia tersadar dari lamunannya yang aneh itu dan segera beranjak dari kasurnya untuk bersih-bersih badan. Di saat Yara mau keluar untuk menyiram bunganya, ia terdengar suara motor Al, ia segera bersembunyi dan mengintip dari dalam pagarnya untuk sekedar melihat Al pulang. “Oh udah pulang,” Ia tersenyum dan kembali untuk menyiram bunga milik mamanya itu.

Sepertinya setelah beberapa bulan mengenal Al dan menjadi lebih dekat dengannya, Yara menaruh sedikit rasa padanya meskipun mungkin Yara belum menyadari akan hal itu dan berusaha untuk mengelak dari apa yang dirasakannya, namun rasa tidak akan berbohong. Terlihat dari bagaimana ia memandang Al ketika bersama gadis lain dan bagaimana cara ia tersenyum saat melihat Al.

Acara yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa dan seluruh warga SMA Cendekia Bangsa telah tiba, acara hari jadi sekolah. Sebelum acara puncak tentu saja mereka akan menikmati berbagai pertunjukkan seru lainnya dari siswa-siswi atau teman-teman mereka sendiri. Mulai dari acara berbagai macam lomba yang akan di gelar pada hari pertama, disusul dengan adanya acara bazar dan pentas seni dari tiap kelas dengan menampilkan pentas yang beraneka ragam, dan sampai akhirnya pada hari ketika sekaligus hari terakhir akan ada malam puncak dengan mendatangkan bintang tamu yang telah mereka tunggu-tunggu. Pada hari pertama ini, antusias para siswa juga sangat luar biasa, begitu pula dengan Ari, sang pelawak yang akan selalu siap untuk mengikuti apapun lombanya kecuali cerdas cermat. Pagi ini Ari dijadikan sebagai model untuk lomba peragaan busana dari bahan bekas, tentu saja ia sangat bersemangat akan hal ini.

“Mantep juga gue pakek ini, udah kayak model profesional, aseekkk,” Ari sibuk berkaca sambil berpose dengan bangga, ia memakai sebuah karung yang dijadikan seperti jas dengan aksesoris komplit. Dalam lomba ini ketentuannya adalah modelnya harus laki-laki jadi Ari lah yang dijadikan model.

“Wiiiii ganteng juga besti gue,” Angga yang baru datang bersama dengan Hasya menghampiri Ari yang tengah sibuk sendiri. Ari membalikkan badannya dan melihat sahabatnya itu dengan tatapan sombong.

“Sya, ayang gue kemana? ” Siapa lagi yang dimaksut Ari kalau bukan Winda, Ari menoleh kanan dan kiri, depan dan belakang mencari sosok Winda yang tidak ikut bersama mereka.

“Sibuk dia, udah lo mending diem di sini aja, dia nggak bakal nyamperin lo,” Seketika Ari menghela napas dan reaksinya berubah drastis.

“Kenapa tu muka jadi asem banget,” Angga yang penasaran karena wajah Ari tiba-tiba menjadi tidak semangat seperti tadi.

Ari mendekat pada Angga dan menyentuh pundak Angga “Udahlah, gue ini emang hanya butiran kerikil yang tidak berharga, bisa-bisanya ayang Winda nggak nengokin gue,”

“Yaelah, dia itu ketua kelas, yakali mau ngurusin kelas tetangga, udah deh gausah lebay,” Hasya memutar bola matanya melihat keanehan Ari yang di luar nalar.

“Iya juga sih, hehe.” Ari melepaskan tangannya dari pundak Angga dan sudah bisa kembali tersenyum secepat kilat.

Semua siswa berkumpul di lapangan untuk menyaksikan perlombaan fashion show yang diikuti oleh semua kelas, ini sangat menarik dan meriah. Semua bertepuk tangan menyaksikan berbagai kostum yang telah dibuat dengan berbagai keunikan dan keindahannya masing-masing. Sekarang adalah giliran Ari yang berjalan di atas karpet dengan senyumannya yang merekah dan rasa percaya dirinya yang luar biasa mampu menghibur banyak orang yang menyaksikannya.

Hasya, Winda, Angga tertawa lepas melihat kekonyolan Ari saat berjalan melewati karpet, “Win, tolong banget ini mah, pacar lo noh dikondisikan” Celetuk Hasya yang masih saja tertawa,

“Jangan aneh-aneh deh lo, itu kan bestinya pacar lo, jadi pacar lo tuh bilangin, kenapa bisa sahabatan sama orang model gitu,” Winda melanjutkan tertawanya. Tak berselang lama Yara menghampiri mereka, ia terlihat sangat sibuk namun masih meluangkan waktu untuk menonton pertunjukan ini.

“Keren juga si Ari,” Winda, Hasya, dan Ari spontan melihat ke sumber suara di sampingnya yang ternyata Yara, saking fokusnya mereka melihat Ari sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa Yara telah berdiri di samping mereka. 

“ Eh, sejak kapan lo di sini Yar? ” Tanya Winda yang berada tepat di sampingnya.

“Baru beberapa detik yang lalu,” Yara sambil membawa sebuah kamera yang dikalungkan di lehernya.

“Al kemana Yar?” Sekarang Angga yang bergantian bertanya kepada Yara menanyakan keberadaan Al yang tak kunjung terlihat sejak pagi tadi.

“Oh sibuk dia,” sambil tetap fokus menatap ke depan, melihat perlombaan yang tengah berlangsung.

“Lo nggak sibuk? ” Hasya yang dari tadi tertawa sudah berhenti dan fokus bertanya.

Yara melihat jam di tangannya, “Bentar lagi,” melihat masih ada waktu untuk bersantai jadi Yara memutuskan untuk beristirahat sejenak. Sedangkan Al sedang berada di meja informasi yang tengah sibuk mengatur sound dan laptopnya.

Kegiatan hari ini berjalan dengan lancar, namun meskipun demikian harus ada diskusi untuk menemukan sesuatu yang kurang. Setelah melakukan semua aktivitas seharian, mereka pastinya merasa lelah dan memutuskan untuk membeli makanan karena hari juga sudah siang dan saatnya makan. Sementara semua siswa yang lain sudah diperbolehkan untuk pulang.

Saat sedang memakan makanannya, Al meminta untuk Yara bisa menemaninya pergi ke toko buku, “Lo sibuk nanti habis ini?”

“Engga,” Yara masih sibuk menyantap makanannya.

“Ayo ikut gue,”

“Kemana?”

“Toko buku,” Al menoleh ka Yara, dan Yara mengangguk sebagai tanda dia menyetujui permintaan Al.

“Boleh, aku juga mau beli sesuatu”

Ternyata Zaviya mendengar percakapan mereka berdua, dengan raut yang biasa saja. Setelah semua selesai, mereka akhirnya pulang, Yara dan Al pergi bersama, namun saat akan pergi ada seseorang yang memanggil Al. Itu adalah Zaviya, “Lo mau kemana Al sama Yara?”

“Toko buku,” Al dan Yara membalikkan badannya melihat Zaviya yang sudah berada di belakangnya.

“Gue ikut ya, gue juga mau beli buku,” Al hanya mengangguk dan kembali berjalan, Yara tersenyum kepada Zaviya namun sebenarnya itu sia-sia, karena Zaviya tidak meresponnya dan malah berlari menyusul Al. Ia berjalan bersebelahan dengan Al dan Yara tertinggal di belakang.

“Gue sama lo ya Al, gue nggak bawa mobil,” Al melihat Zaviya dengan tatapan aneh kemudian melihat Yara yang sedang memakai helmnya.

“Kenapa nggak sama Yara? ” Zaviya melihat Yara dari kejauhan dengan tatapan malas, karena posisi parkir mereka berjarak agak jauh dan sedari tadi Zaviya hanya mengikuti Al saja.

“Gue takut dibonceng dia, dia kan pernah jatuh, udah deh gue sama lo aja ya,” tanpa ada jawaban dari Al, Zaviya langsung naik begitu saja. Yara melihatnya dari belakang di sepanjang jalan, Zaviya berpegangan pada Al sampai di tempat tujuan.

“Ayo Al masuk.” Zaviya menggandeng tangan Al sedangkan Yara masih di parkiran dan sedang menuju ke Al dan Zaviya berdiri, ia melihat Zaviya menggandeng tangan Al, ia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa psrah.

“Al, udah sama Zaviya kan, aku pergi dulu aja ya,” Yara menghampiri Al hanya ingin memberitahunya tentang itu, tanpa menunggu jawaban dari Al ia langsung putar badan dan meninggalkan Al dan Zaviya di depan toko buku tersebut.

Al ingin mengejar Yara namun ia ditahan oleh Zaviya, iya melepaskan tangan Zaviya, ia memanggil Yara, namun Yara sudah pergi dan tak menghiraukan panggilan Al.

“Yaudah si Al, kita masuk aja, mungkin dia sibuk.” Al memandangi Yara sampai menghilang dan kemudian ia masuk ke dalam toko buku itu bersama Zaviya.

Ternyata Yara belum pulang ke rumahnya, ia berhenti di taman dekat rumahnya sambil memandangi orang-orang yang ada di sana, ia memandang betapa indahnya langit yang biru dengan matahari yang masih bersinar.

“Indah seperti dia, namun juga sama-sama mustahil untuk dimiliki,” Ujar Yara sendirian dengan seragam lengkap, “Dia memang cocok sama Zaviya, sama-sama pinter, mereka setara, aku harus bisa ngilangin semua perasaan aneh ini sebelum semakin menjadi-jadi.” Yara bangkit dengan penuh tekad, ia berjalan menuju motornya dan kembali ke rumah dengan senyuman di wajahnya.  Ia sudah bangkit dari rasa sedihnya, meskipun nanti akan datang lagi.

Sementara itu, Al harus mengantar Zaviya pulang terlebih dahulu, setelah pulang, tanpa basa basi Al langsung berpamitan untuk pulang, “Gue pulang dulu,” Zaviya yang baru turun belum mengucapkan sepatah kata pun hanya bisa melambaikan tangannya pada Al. Ia kembali ke dalam rumah dengan senang dan senyuman lebar.

Sesampainya di rumah, setelah bersih-bersih Al rebahan di kasurnya dan mengambil handphone di sampingnya. Ia berniat untuk mengirim pesan pada Yara.

Al : Sorry, tadi lo harus pulang duluan.

Ia mengirimkannya pada Yara, sementara itu Yara tida bersama dengan ponselnya, ia berada di halaman belakang rumahnya, melihat bintang-bintang malam yang menerangi langit. Ia sangat suka memandang langit, bukan hanya langit, ia suka dengan semua keindahan alam yang ada. Dirasa sudah larut malam, Yara kembali ke kamarnya, ia merapikan tempat tidur ia memeriksan ponselnya dan ternyata ada pesan masuk dari Al.

Al berdiri sambil berjalan mondar mandir di kamarnya, berharap Yara akan segera membalas pesannya itu karena sudah satu jam lebih belum ada pesan masuk dari Yara. Saat ia sedang gelisah, tiba-tiba ponselnya berdering, ia dengan cepat mengecek pesan yang masuk ternyata dari Ari dengan pertanyaan yang tidak penting. Al menyerah, ia kembali rebahan menatap langit-langit rumahnya. Saat ia memejamkan matanya ponselnya sekali lagi berdering, jujur saja ia sudah tidak terlalu berharap.

Yara : Iya nggak papa, santai aja.

Itu adalah pesan dari Yara, seketika ia langsung bangkit dan membaca pesan itu, Al tidak membalas namun ia lega karena sudah mendapat balasan dari Yara. Al akhirnya bisa tidur dengan tenang setelah menunggu balasan dari Yara.

Yara merasa kaget melihat pesan dari Al, ia juga sebenarnya juga senang, namun saat ia akan tersenyum ia menahan senyumannya, “Nggak boleh, nggak boleh senyum-senyum, dia itu Cuma temen biasa, pasti bisa.” Sambil mengepalkan tangannya di depan dada. Ia menaruh ponselnya dan menarik selimut.   

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
RIUH RENJANA
512      372     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
Fallin; At The Same Time
3154      1427     0     
Romance
Diadaptasi dari kisah nyata penulis yang dicampur dengan fantasi romansa yang mendebarkan, kisah cinta tak terduga terjalin antara Gavindra Alexander Maurine dan Valerie Anasthasia Clariene. Gavin adalah sosok lelaki yang populer dan outgoing. Dirinya yang memiliki banyak teman dan hobi menjelah malam, sungguh berbanding terbalik dengan Valerie yang pendiam nan perfeksionis. Perbedaan yang merek...
The Alpha
2049      913     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...
MAMPU
7099      2366     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...
Bittersweet My Betty La Fea
4592      1464     0     
Romance
Erin merupakan anak kelas Bahasa di suatu SMA negeri. Ia sering dirundung teman laki-lakinya karena penampilannya yang cupu mirip tokoh kutu buku, Betty La Fea. Terinspirasi dari buku perlawanan pada penjajah, membuat Erin mulai berani untuk melawan. Padahal, tanpa disadari Erin sendiri juga sering kali merundung orang-orang di sekitarnya karena tak bisa menahan emosi. Di satu sisi, Erin j...
Aku baik-baik saja Âż?
3698      1381     2     
Inspirational
Kayla dituntut keadaan untuk menjadi wanita tangguh tanpa harus mengeluh, kisah rumit dimulai sejak ia datang ke pesantren untuk menjadi santri, usianya yang belum genap 17 tahun membuat anak perempuan pertama ini merasa banyak amanah yang dipikul. kabar tentang keluarganya yang mulai berantakan membuat Kayla semakin yakin bahwa dunianya sedang tidak baik-baik saja, ditambah dengan kisah persaha...
Langit Indah Sore Hari
139      120     0     
Inspirational
Masa lalu dan masa depan saling terhubung. Alka seorang remaja berusia 16 tahun, hubungannya dengan orang sekitar semakin merenggang. Suatu hari ia menemukan sebuah buku yang berisikan catatan harian dari seseorang yang pernah dekat dengannya. Karena penasaran Alka membacanya. Ia terkejut, tanpa sadar air mata perlahan mengalir melewati pipi. Seusai membaca buku itu sampai selesai, Alka ber...
GAARA
8318      2552     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...
AUNTUMN GARDENIA
152      132     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
3703      1328     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...