Hari yang cerah, secerah hati seorang gadis yang sedang mengendarai motornya dengan menikmati angin pagi yang menyejukkan dan pemandangan orang-orang yang sekitar yang mulai sibuk untuk mempersiapkan aktivitasnya pagi ini. Beberapa menit mengendarai motornya, Yara pun sampai di sekolahnya dengan suasana hati yang biasa-biasa saja seperti hari-hari kemarin. Hari ini akan cukup melelahkan baginya karena pelajarannya yang membuatnya ingin muntah dan setelah sepulang sekolah nanti akan diadakan rapat OSIS untuk membahas perayaan hari jadi sekolahnya.
“Yar, nggak balik lo? ” Winda merapikan semua barang-barangnya untuk segera pulang.
“Enggak, ada rapat hari ini, capek banget ternyata jadi OSIS, dikit-dikit kumpul, rapat. Btw, kapan-kapan kita main yuk, udah lama banget nggak main bareng. ”
“Boleh banget tuh, nanti gue aja deh yang cari tempatnya, weekend ini ya atau enggak nanti pas ada hari libur.” Hasya berkaca sambil membenahi riasannya agar terlihat rapi dan cantik seperti biasanya.
“Gue sih setuju banget, yaudah yuk Sya kita pulang dulu, duluan ya Yar.” Yara mengangguk dan kedua sahabatnya itu sudah melenggang pergi dari sana.
Semua OSIS sudah kumpul dalam ruang rapat, Al datang dan duduk di sebelah Yara. Yara tampaknya sudah biasa saja terlihat dari reaksinya yang tak bergeming atau sekedar mempertanyakan mengapa Al duduk di sana. Zaviya memulai rapat dan membahas apa saja yang harus dipersiapkan mulai dari A sampai Z. Yara dan Al mulai sekarang mungkin akan lebih sering bertemu karena mereka satu seksi, yaitu dokumentasi dan dekorasi. Setiap seksi akan ada ketua yang bertanggungjawab.
“Untuk tim dekdok mau siapa ketuanya ?” Tanya Zaviya pada tim dekdok yang beranggotakan Yara, Al, dan lainnya.
“Kak Yara aja.” Sahut dari tim dekdok yang merupakan adek kelas mereka. Zaviya terlihat tidak setuju akan hal ini, wajahnya terlihat kurang senang dan menatap Yara dengan sinis.
“Al aja deh.” Ia tak memberi kesempatan pada yang lainnya untuk berkomentar dan menutup rapat sore ini. Sebelum pulang Al menghampiri Yara untuk berdiskusi tentang project yang akan mereka lakukan.
“Lo sibuk malam ini? ”
“Enggak, ada apa? ” Yara berdiri dari tempat duduknya.
“Oke, gue nanti ke rumah lo” Sekarang Al yang beranjak pergi begitu saja tanpa menjelaskan maksut dan tujuannya, Yara berusaha mengejarnya untuk mendapat jawaban.
“Ada apa, tumben banget.” Yara dan melewati lorong-lorong sekolahan mereka menuju parkiran.
“Mau diskusi masalah tadi, mau apa lagi.”
“Oh, okey.” Keduanya berjalan bersama dalam keheningan dan menuju rumahnya masing-masing.
Malam harinya tepat pukul 19.00, Yara berada di ruang tengah sembari melihat tugas-tugas yang harus dikerjakannya untuk acara sekolah, dan menyiapkan beberapa lembar kertas yang berisi nama-nama guru di sekolah dan semua yang berhubungan dengan sekolahnya untuk diberikan kepada Al. Tak lama dari itu,
“TOK TOK TOK” suara ketukan pintu terdengar, Yara segera mengecek keluar dan sesuai dengan dugaannya, Al telah berada di depan pintu dengan wajah tampannya itu, lagi-lagi Yara kagum dengannya namun ia kembali tersadar dan mempersilakan Al untuk masuk.
“Ayo masuk” Yara membuka kan pintu dan menyuruh Al untuk segera masuk ke rumahnya, namun Al menolak dan tetap menunggu di luar,
“Kita ke taman deket sini aja, sambil cari udara segar.” Al meminta untuk berdiskusi di taman dekat perumahan mereka berdua, namun Yara tidak bisa pergi begitu saja, ia harus meminta izin terlebih dahulu karena ini juga sudah malam.
“Bentar ya, aku minta izin dulu.” Ia pergi ke belakang menemui mamanya yang sedang bersantai.
“Mah, Yara mau kerja kelompok sama Al di taman, boleh nggak? ” Mamanya memandangnya sebentar,
“Boleh kok” Yara sedikit kaget biasanya mamanya pasti akan banyak tanya dan banyak syarat yang harus dilakukan sebelum pergi pada malam hari, tapi kenapa untuk kali ini mamanya begitu santai.
“Kok tumben banget ma, nggak tanya ini itu.”
“Kalo sama Al nggak papa, kan mama udah tahu persis dia seperti apa.” Yara semakin bingung karena ucapan mamanya, karena yang ia tahu Al baru pindah ke sini beberapa minggu.
“Tahu dari mana ? dia kan tetangga baru.” Mamanya sekali lagi memandangi Yara dan seperti susah untuk memberikan jawabannya,
“Dia kan anak temen mama, udah pergi sana, jadi pergi atau nggak?” Yara baru ingat bahwa Al sedang menunggunya di depan dan dia malah santai ngobrol dengan mamanya di belakang.
“Oh iya ma, lupa ada yang nungguin di depan, yaudah Yara pergi dulu ya” Yara menyalami tangan mamanya dan segera berlari kecil ke depan karena merasa bersalah memuatnya menunggu sedikit lama.
“Izinnya ke Hongkong? ” Al sudah menunggunya di depan gerbang dengan wajah datarnya sambil meyilangkan kedua tangannya di depan. Yara hanya bisa tersenyum malu dan mengajak Al untuk segera berangkat karena khawatir akan semakin larut. Mereka pergi ke sana hanya dengan berjalan kaki saja karena jaraknya yang dekat, tanpa membutuhkan waktu yang lama mereka telah sampai di tempat tujuannya dan duduk di salah satu kursi taman yang ada di sana.
“Tunggu disini.” Al tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkan Yara sendirian di tempat duduk tersebut, namun Yara tak ambil pusing dengan tingkah Al yang kadang-kadang absurd itu. Yara hanya melihat sekeliling taman yang dipenuhi dengan berbagai aktivitas, anak-anak yang berlarian ke sana ke mari, muda mudi yang sekedar mencari udara segar dengan teman atau pasangannya, dan ada juga orang yang ditinggal seseorang tanpa alasan yang jelas.
Yara tersenyum tipis saat melihat Al dari kejauhan telah kembali, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya saat melihat Al menghampirinya dengan minuman di tangannya, ia terlihat seperti teringat sesuatu yang membuatnya dadanya sesak, melihat hal tersebut Al langsung berlari karena khawatir Yara sedang sakit.
“Kenapa lo? Ada yang sakit? ” Dengan memegang pundak Yara dan melihat wajahnya, Yara menggelengkan kepalanya, ia sekarang sudah merasa baik-baik saja dan meminta Al untuk berhenti mengkhawatirkannya.
“Aku, aku gapapa, tadi latihan pernafasan aja, hehehe” Yara merasa bodoh dengan mengatakan hal tersebut dan membuatnya tampak seperti orang aneh. Seketika setelah Yara mengatakan hal tersebut Al mengangkat tangannya dari Yara dan kembali duduk secara berjauhan.
“Mau bikin gue jantungan” Al meminum sebotol minuman yang baru dibelinya tadi dan memberikan satunya kepada Yara.
“Nih, biar pernafasan lo makin kuat.” Yara menerimanya dengan malu-malu karena masih mengingat tingkah absurdnya tadi.
“Maaf-maaf.” Mereka berdua memulai untuk mendiskusikan jobdesk yang harus diselesaikan sebelum membaginya pada rekan-rekannya yang lain, karena Al sebagai ketua dalam tim ini, jadi harus mengetahui apa saja yang harus dikerjakan kedepannya agar semua bisa berjalan dengan lancar.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00, karena itu adalah jam malam Yara jadi ia harus segela kembali ke rumah sebelum mamanya akan menelfonnya secara terus menerus. Al sama sekali tak keberatan dan paham dengan keadaan Yara, yang kemudian mereka berdua kembali pulang bersama.
“Makasih, udah jelasin tadi.” Mereka berdua sampai di depan rumah Yara dan Al membawa catatan yang dibuatkan Yara untuknya.
“ Okey, sama-sama, kita kan teman.” Baru kali ini Yara tersenyum lebar pada Al tanpa rasa malu yang selama ini melekat pada dirinya.
“ Gue masuk dulu” Yara membuka gerbang dan segera masuk ke dalam rumahnya.
“ Oke.” Al berjalan pulang ke rumahnya, terlihat wajahnya sedikit memerah dan ada senyum tipis dari wajahnya yang dingin itu. Yara masuk rumah yang ternyata dia menyesali apa yang telah dikatakannya pada Al, “Duh aku ngomong apaan sih, sok akrab banget.” Ngomong sendiri dengan berjalan menuju kamarnya.
Yara, Hasya, dan Winda bermain sambil mengerjakan tugas bersama di rumah Yara, namun jangan harap jika mereka bertiga akan bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya, karena akan ada saja hal yang mereka bahas untuk membuat suasana tidak kondusif sama sekali.
“WHATTTTT!!!” Winda berteriak dengan kencang, sontak membuat Hasya kaget dan Yara yang tadinya di dapur untuk mengambil minuman bergegas ke menuju Hasya dan Winda karena khawatir terjadi sesuatu.
“Eh ada apa? ” Yara berlari sambil membawa minumannya dan dengan wajah penasarannya segera menghampiri kedua sahabatnya itu.
“Tau nih, ngagetin orang aja.” Hasya ternyata juga tidak tahu penyebab Winda yang tiba-tiba berteriak dengan kencang, untung saja kedua orang tua Yara sedang keluar kota untuk perjalanan bisnis.
“Bisa-bisa nya gue nggak tahu hal sepenting ini, oh my God.” Winda melihat handphone sambil menggeleng-nggelengkan kepalanya serta menutup mulutnya terasa seperti mendapat kabar yang serius.
“Kenapa sih, kayak orang kesurupan aja, kenapa lo kenapa? ” Hasya merasa tak sabar dengan tingkah Winda yang semakin membuat penasaran, semua bersitegang dengan keadaan ini hanya karena tingkah Winda yang membingungkan.
“BESOKK TANGGAL MERAHHHH, YESSSS” Winda bangkit dari duduknya dan bersorak gembira seperti mendapat keajaiban yang luar biasa. Kedua sahabatnya hanya bisa menarik nafas dan membuangnya, bisa-bisanya Winda membuat mereka semua panik dan ternyata itu hanya karena tanggal merah.
“Yaelah, gue pikir apaan tadi, baru tahu lo” Hasya kembali melanjutkan aktivitasnya untuk segera menyelesaikan tugas-tugasnya. Sedangkan Yara hanya bisa menggeleng-nggelengkan kepala dan kembali ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan untuk menemani mereka.
“Sumpah gue baru tahu banget, kenapa nggak ada yang kasih tau gue, hampir aja besok gue masuk kan.” Winda sangat bersemangat akan hal ini.
“Ya itu emang tujuan gue.” Hasya mengambil minuman yang tadi di bawa Yara dan meminumnya dan Winda menatapnya dengan sinis, tiba-tiba terdengan suara ketukan pintu di depan rumahnya. Hasya berteriak memanggil Yara,
“YAR, KAYAKNYA ADA TAMU DEH.”
“BUKAIN DULU SYA” Karena merasa masih repot di belakang Yara menyuruh Hasya yang menemui tamu tersebut dan ternyata tamunya adalah,
“Cari siap......” belum sempat melanjutkan kelimatnya Hasya terkejut dengan yang dihadapannya sekarang “ Al?? Ngapain lo di sini.”
“Yara mana?” Al tidak menjawab pertanyaan dari Hasya dan menanyakan keberadaan Yara dengan membawa sekantong plastik yang entah apa isi di dalamnya,.
“Ada tuh di dapur, yaudah masuk dulu aja” Hasya membukakan pintu dan menyuruh Al untuk menunggu di dalam. Winda yang dari tadi senyum-senyum karena besok libur tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada Al yang tiba-tiba duduk di satu ruangan dengannya.
“Lah, ngapain lo di sini” Al sedikitpun tidak merespon Winda dan sekali lagi malah menyakan Yara pada Winda.
“Mana Yara?”
“ Ada tuh di dapur, lo jadian ya sama Yara? Cie-ciee, uhuyyy ” Winda malah menggoda Al, tapi Al sama sekali tidak memedulikan perkataan Winda. Tak lama dari itu Yara keluar dari dapur dengan membawa beberapa cemilan untuk mereka bersama.
“Loh ada apa Al? ” Yara meletakkan camilan tersebut di meja
“Ini pesenan lo.” Al membawa pesanan Yara yang dipesan kepada mamanya.
“Kok bisa kamu yang bawa.” Yara membuka kantong plastik untu melihat pesanannya apakah sesuai atau tidak dengan yang dimintanya.
“Dititipin ke mama gue. ” Al segera berdiri dan bersiap untuk pergi dari rumahnya.
“Makasih ya,”
Sambil menganggukkan kepalanya, “ Gue pergi dulu.”
“Wait wait wait, ini ada apa sih sebenarnya, kok kalian berdua bisa akrab?” Winda menghentikan langkah Al sejenak dengan pertanyaannya itu.
“Kita tetanggaan.” Sontak jawaban tersebut membuat kedua sahabatnya kaget.
“HAHH, KOK BISAA?” Al hanya menggeleng-nggelengkan kepalanya, begitu pula dengan Yara. Namun Winda tidak memusingkan hal tersebut dan mengalihkan ke topik yang lain, mungkin untuk kali ini hanya Hasya yang penasaran dan karena Winda hatinya sedang berbunga-bunga jadinya tidak terlalu penasaran akan hal ini.
“Kita besok main yuk, kemarin katanya kan mau main.” Winda mengajak kedua sahabatnya itu untuk main bersama.
“Boleh-boleh,” Yara menyetujui, “Mau kemana?”
“Udah tenang aja kalo masalah itu mah, nanti gue yang cari.” Sambil menaikkan kedua alisnya, Hasya merasa percaya diri akan dirinya yang akan mencarikan tempat yang cocok untuk mereka bertiga. Tidak disangka Al tanpa sengaja mendengar percakapan tersebut meskipun hanya sekilas.
Setelah semalaman berdiskusi tentang rencana liburannya, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke pantai, pagi ini mereka telah bersiap dengan membawa perbekalan untuk piknik dan mereka kumpul di taman dekat rumahnya Yara. Yara dan Winda telah sampai disana hanya tinggal menunggu Hasya. Akhirnya Hasya datang, namun ternyata ia tidak sendirian, ia bersama Angga kekasihnya.
“Lo minta anterin Angga Sya, yaelah rumah deket aja minta anterin lo,” Winda sinis terhadap Hasya yang terlihat manja karena meminta Angga untuk mengantarnya.
“Enggak ya, dia tentunya ikut dengan kita,”
“HAHHHHH??? ” Kompak Yara dan Winda tak menyangka dengan pernyataan Hasya karena kemarin ia tidak pernah memberi tahu akan mengajak Angga dalam piknik ini. “Yang bener aja lo,” Winda Protes akan hal ini namun Hasya tidak memedulikannya,
Yara segera mendinginkan suasana, “Udah-udah, sekarang berangkat yuk.”
“Eittttt, masih ada lagi, tunggu bentar,” Winda menganga mendengar hal ini, ia benar-benar tidak habis fikir dengan sahabatnya yang satu ini. Ia menggaruk-nggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Dari kejauhan Yara melihat Al dan Ari, “Kamu ngajak Al sama Ari Sya? ” Yara menelan ludah melihat Ari yang sudah melambaikan tangan dari kejauhan dan Al yang tetap cool seperti biasanya. Hasya hanya menganggukkan kepalanya dengan tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa. Winda hanya bisa pasrah dengan semua ini dan sama sekali tak memedulikannya lagi karena ia tak ingin momen liburannya ini dilalui dengan badmood. “Udah? Pak RT di ajak nggak nih?” Hasya hanya senyum-senyum ketika ditanya Winda, “Yok cabut, tapi naik apaan kita?”
“Tenang aja, kita naik mobilnya pacar aku, iya kan baby? ” Hasya memandangi pacarnya itu, “ Iya dong”
“Gitu dong ada gunanya,” Winda dan Yara langsung menuju mobil dan berpapasan dengan Al dan Ari.
“Selamat pagi ayang Winda,” Belum juga apa-apa Ari sudah menggoda Winda, Winda sekuat tenaga untuk tidak menendangnya karena ini adalah hari yang menyenangkan , “ Udah deh, gausah banyak cincong lo, cepetan masuk.” Yara dan Al hanya saling berpandangan, Yara tersenyum padanya tanpa mengeluarkan sepatah kata sampai ketika Yara memasukkan barang-barangnya ke mobil.
“Sini gue bantu,” dengan mengambil barang-barang yang dibawa oleh Yara, “Oh oke,” Yara mengambil beberapa barang lagi di belakangnya dan memberikan kepada Al untuk di tata di mobil.
Semua persiapan sudah selesai mereka semua menaiki mobil tersebut dan bersiap untuk berangkat ke tempat tujuan, dalam perjalanan Ari selalu membuat gaduh suasana dalam mobil, ia seperti bocil kematian yang tidak bisa tenang dalam waktu yang lama. Ia mengganggu Al dengan leluconnya yang beraneka ragam,
“Eh Yar, lo tau nggak Al ikut kita liburan karena ada lo tahu, uhuyyy,” Al langsung memandangi Ari dengan mengerutkan alisnya,
“Apaan sih lo, ngaco banget,” Al menghadap ke jendela tidak memedulikan omongan Ari dan berusaha untuk tetap tenang dalam situasi ini.
“Heleh, orang kemarin malam pas gue main, Angga tiba-tiba ngajakin gue buat liburan bareng sama pacarnya. Awalnya sih gue bilang si Al pasti nggak ikut, eh tiba-tiba dia nyaut dia mau ikut dan sekarang gue tahu alasan lo mau ikut Al.” Ari memandangi Al dengan tatapan mengintai, sementara Angga dan Hasya tertawa melihat kelakuan Ari yang tak terkondisikan.
“Diam nggak lo,” Al sekali lagi berkomentar dengan pernyataan Ari barusan dan kembali menghadap ke jendela memalingkan wajahnya dari Ari, terlihat wajah Al merah merona seperti menahan malu dengan kejadian tersebut.
“Udah deh Ri, kasihan nih Yara malu,” sekarang giliran Winda yang menggoda Yara yang sedari tadi salting sendiri, “Loh kok gue? Aneh banget,” Sekarang Yara juga merasa malu dan menghadap jendela juga untuk memalingkan wajahnya dari Winda.
“Atau jangan-jangan karena ayang Winda lagi? Aduh jangan dong Al, gue nggak bisa banget kalo harus saingan sama temen sendiri,”
“Eh Angga, bisa nggak temen lo yang satu ini ditendang keluar, ” Winda merasa muak sekali dengan Ari yang tidak bisa diam.
“Gue dimarahin emaknya nanti, wkwkw,” semua tertawa karena situasi tersebut. Tidak terasa mereka sudah sampai di tempat tujuan, mereka dengan antusias mengeluarkan barang-barang keperluan dan membuat mencari tempat untuk membongkar barang bawaannya.
Setelah semua siap, mereka melakukan aktivitas yang sering dilakukan orang-orang saat liburan, apalagi kalau bukan berfoto bersama. Hari ini tentu saja Yara membawa kamera kesayangannya, memotret keindahan alam yang indah dan menawan. Hasya dan Angga juga asyik berpacaran bersama, Winda sibuk merapikan perbekalan pikniknya yang tentu saja ditemani oleh penggemarnya yaitu Ari.
Saat Yara berkeliling untuk mencari keindahan, tiba-tiba kameranya tanpa sengaja menangkap sosok Al yang sedang berdiri menghadap laut, terlihat senyum di bibir Yara, “ Indah” gumam Yara dan ia memotret Al dari kejauhan, namun tidak disangka Al langsung peka terhadap hal tersebut dan langsung memandang ke arah Yara. Sadar bahwa Al memandangnya, Yara langsung mengalihkan pandangannya dan kameranya ke tempat yang lain. Al segera menghampirinya, mengambil kamera Yara dan benar saja di dalamnya ada foto Al yang sedang memandangi laut.
“Ngefans sama gue? ” Al membawa kamera dan melihat foto dirinya, bukannya marah Al justru merangkul pundak Yara dan mendekatkan dirinya di dekat Yara kemudian Al mengambil foto mereka berdua menggunakan kamera Yara. Yara sempat bengong dengan kejadian tersebut, jantungnya berdetak kencang dan segera melepaskan dirinya dari Al, karena takut Al akan mendengar detak jantungnya.
“ Eng, enggak kok, tadi kepencet. ” sambil terbata-bata Yara menjelaskan semuanya dan mengambil kamera miliknya di tangan Al. Al terlihat senang melihat Yara yang merasa malu dan salah tingkah, ia tersenyum saat Yara mengambil kameranya dan pergi meninggalkannya, “ Masih sama ternyata.” Al bergumam sambil memandangi laut dan Yara menghampiri Winda.
Semua telah berkumpul di satu tempat mereka bersuka ria dan bercanda ria sambil menikmati beberapa makanan yang telah di bawa. Tidak lupa Yara yang memotret kebersamaan mereka bersama, melupakan sejenak beban yang ada di pundak dan membuat kenangan indah bersama.
Matahari berjalan dengan cepat sampai ke ufuk barat, yang menandakan hari telah sore. Karena besok masih harus sekolah mereka memutuskan untuk segera pulang.
“Gue pulangnya sebelahan sama Winda ya,” Ari sepertinya berusaha dengan keras untuk PDKT dengan Winda, “ Gue bosen banget duduk sama ni kulkas 1000 pintu, dingin banget, plissssss. ”
“Dih apaan, gue yang ogah duduk sama elo,” Winda menolak keinginan Ari mentah-mentah, namun Hasya membela Ari dan menyuruh agar Winda mau bertukar tempat.
“Yaudah si Win, kasihan Ari, turutin aja keinginan terakhirnya,” Hasya dan Angga tertawa melihat tingkah dua orang tersebut.
“Yaudah-yaudah, tapi Yara apa mau duduk sama Al? ” Belum sempat Yara menjawab pertanyaan Winda Ari langsung menyerobotnya, “Pasti mau lah, Yara kan baik hati, ya kan Yar? ” Yara hanya tersenyum namun terlihat tidak ikhlas, namun dia juga tidak bisa menolak, jadi ia terpaksa duduk dengan Al.
Yara dan Al duduk di kursi paling belakang dan selama perjalanan hanya diam saja. Karena perjalanannya cukup jauh, tak terasa Yara merasa ngantuk berat dan di depannya Ari dan Winda ternyata juga tertidur setelah terus bertengkar dalam perjalanan. Yara menyenderkan kepalanya di jendela karena takut nanti akan jatuh ke Al.
Tiba-tiba di depan terdapat beberapa lubang yang membuat Yara dalam keadaan terpontang panting karena ketidaksiapannya dan akhirnya ia pun tetap jatuh ke arah Al dengan keadaan setengah sadar. Al sedikit pun tidak bereaksi dan Yara akhirnya sadar sepenuhnya, namun ia melihat dirinya tengah bersandar di pundak Al dan Al hanya diam saja menghadapi keadaan tersebut. Yara segera bangkit,
“Aduh maaf-maaf,” Ia membalikkan tubuhnya kembali dan menghadap jendela sambil memukul-mukulkan dahinya pada jendela mobil. Al juga kemudian menghadap jendela dengan tersenyum.
Mereka pun sampai dengan keadaan matahari yang sudah tenggelam, Yara dan Al turun di taman di dekat rumah mereka dan tentu saja lainnya tidak turun di sana karena rumah mereka berbeda kawasan.
“ Udah semua Yar, nggak ada yang tertinggal kan? ” tanya Hasya kepada Yara yang sudah turun bersama Al.
“ Udah kok Sya, makasih ya tumpangannya,”
“ Siap, kita balik dulu ya, bye, ” Mereka segera pergi dengan keadaan Ari yang sudah molor lagi, itulah mengapa suasana saat pulang sangat kondusif karena Ari banyak molornya.
Al dan Yara berjalan bersama menuju rumah mereka, di malam yang indah dengan bertaburan bintang dan cahaya bulan yang menambah keindaham alam.
“ Nanti kirimin foto yang tadi ya,” Suara Al memecah keheningan di antara keduanya. Meskipun Yara sebenarnya paham apa yang dimaksud Al, ia pura-pura tidak tahu.
“ Foto? Foto yang mana, kan nggak ada foto kamu,” karena jujur saja hari ini Yara banyak malunya pada Al. Ia merasa bahwa imagenya benar-benar sudah rusak.
Al seketika berhenti yang membuat Yara juga berhenti dan mengalihkan pandangannya ke Al. Al sedikit membungkuk untuk menyetarakan tingginya dengan Yara kemudian menatap Yara dengan senyuman licik, “ Masa lupa lagi? ”
Seketika Yara mematung sejenak dan langsung menjauhkan dirinya dari Al, “ Oh yang itu, iya nanti aku kirimin,” Yara melangkah duluan meninggalkan Al, namun hanya beberapa langkah kemudian Yara tiba-tiba berhenti kembali dan menghadap ke arah Al,
“Tapi, perasaan aku baru lupa kali ini deh, aku itu nggak pelupa ya,” Yara kembali melangkah maju meninggalkan Al dan Al hanya tersenyum melihat tingkah gadis itu.