Read More >>"> The Black Heart (Protagonist or Antagonist) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Black Heart
MENU
About Us  

Protagonist or Antagonist

😎😎😎

 

…. Segelap-gelapnya masa depan, masih gelap hati. Sedalam-dalamnya palung di lautan, masih lebih dalam isi hati….

_____

CUACA CERAH cocok untuk melakukan pertemuan. Tetapi tidak untuk di luar ruangan. Meski sudah dinaungi atap dari anyaman rotan, silau mentari tetap menyakitkan mata. Hal itu memaksa Rosita memakai kacamata hitam. Penampilan yang membuat orang insecure.

     Angin sepoi-sepoi menemani Rosita menunggu kehadiran karakter yang ditargetkan.

    Rika telah melewati tangga terakhir. Dia disambut Roof top sederhana. Sekilas tidak ada yang menarik. Hanya terlihat seperti basecamp pecinta tanaman. 

    Sekeliling roof top dipagari tanaman hijau setinggi diafragmanya. Beberapa bunga berwarna kuning terlihat baru mekar hari ini. Bunga anggrek  putih menempel pada dinding. Namun ada satu spot yang mengganggu pemandangan. Tempat jemuran. Walau tidak ada pakaiannya, cukup mengganggu keselarasan.

    Di gazebo yang terbuat dari kayu terlihat seorang wanita sedang bersantai. 

    "Aku tidak menyangka, kamu menyembunyikan roof top seindah ini di studiomu." Rika memecah keheningan.

     Rosita menoleh. Dia tidak menjawab. Hanya duduk tenang memandangi awan yang bergerak di langit biru.

    "Maaf aku terlambat. Tadi ada sedikit konflik di keluargaku."

    Kata konflik menarik perhatian Rosita.

    "Ada apa?" tanya Rosita melepas kacamata hitamnya.

    "Sepertinya kau sangat suka dengan konflik."

    "Karena konflik yang menjadi nilai jual utama dalam sebuah cerita. Baik itu di film maupun novel," beber Rosita. Tentu saja banyak faktor lain yang mempengaruhi.

    "Aku tidak tau harus bercerita darimana?"

    Tidak lama kemudian, Lita membawa nampan berisi es matcha dan chocolate cake. Lalu meletakkannya di hadapan Rika.

     "Minum dulu, aku sudah memesankan es matcha dan chocolate cake," suruh Rosita.

     Rika tersenyum. "Bahkan kamu lebih tau tentangku daripada Arya. Padahal menurutku kamu orang yang dingin."

     "Aku mencari tau bukan untuk memperhatikan seseorang. Melainkan untuk kepentinganku sendiri. Tidak usah berlebihan menerimanya," ujar Rosita dingin.

     "Walau seperti itu, aku tetap menyukainya. Thanks." 

     "It's nothing," jawab Rosita. Mimik wajahnya masih saja datar.

   Rika mengecap minumannya. Lalu memotong sedikit ujung cake agar muat dimasukan ke dalam mulutnya.

    "Aku iri denganmu. Kamu bisa menjadi dirimu sendiri yang apa adanya. Kalau aku memaksakan diri sepertimu, aku tidak akan bisa bertahan hidup." Rika mencoba meraih hati lawan bicaranya.

    Rosita hanya mendengarkan. Tidak merasa dipuji sama sekali.

    "Tadi aku ke rumah ibuku untuk menitipkan anakku. Kamu tau, aku tidak mempercayai pengasuh. Tetapi saat aku di rumah ibuku, bapak sedang memukul ibu. Karena tau kehadiranku. Bapak pergi seperti tidak terjadi sesuatu. Aku mencoba menanyakan apa yang terjadi. Namun ibu tidak mau menjawabnya. Aku mencium ada orang ketiga di antara mereka. Tetapi ibu menepis asumsiku. Atau mungkin karena uang. Uang faktor utama yang mempengaruhi rumah tangga."

    "Tidak juga," bantah Rosita. Dia jadi mengingat kejadian masa kecilnya. Saat papahnya pergi dengan wanita lain.

    "Maksudnya?"

    "Uang memiliki dua sisi. Bukan hanya secara fisik namun juga secara hakikat. Kehadirannya bisa mendatangkan kebaikan juga bisa mendatangkan keburukan. Aku punya seorang teman dari kalangan bawah. Namun aku melihat keluarganya begitu harmonis. Itu masih menjadi teka-teki bagiku. Juga mematahkan pandangan bahwa kebahagiaan bersumber dari materi."

    "Omong kosong." Rika tersenyum getir. Sesaat memunculkan karakter aslinya.

    Rosita mendapati itu.

    "Awalnya aku juga berpikir begitu. Namun saat tinggal bersama mereka selama beberapa hari aku merasa tenang meskipun uang yang mereka miliki tidak sebanyak yang dimiliki orang tuaku. Bahkan tidak bisa dibandingkan. Tapi begitulah. Aku juga tidak tau. Bahkan lauk tempe dan sambel terasi terasa begitu nikmat dibandingkan steak yang biasa tersaji di rumahku."

    "Kamu tidak perlu berusaha mematahkan prinsipku untuk mengejar uang. Dengan sepenuh kemampuanku aku akan mengejar dan mempertahankan uang yang aku miliki."

    Rosita tersenyum. "Aku sudah tau cerita apa yang harus aku buat tentangmu. Ini bayaranmu. Terima kasih untuk ceritanya."

    Rika menerima amplop coklat tebal. Mengintip sedikit lembaran uang di dalamnya. Matanya sedikit terkejut. "Senang bisa berbisnis denganmu." Seketika terpikir dalam benaknya, Dia benar-benar orang kaya. Lumayan kalau aku dekatin sebagai teman. Aku bisa memanfaatkan —

    "Kamu tidak perlu menemuiku lagi. Aku tidak butuh teman."

    Rika terkejut. Rosita bisa mengetahui isi hatinya.

    "Tidak perlu terkejut. Aku cukup membaca wajahmu untuk bisa mengetahui isi pikiranmu."

    "Baiklah. Aku pamit sekarang. Anakku menungguku."

    "Sial! Rokokku habis begitu saja." Rosita menghabiskan hisapan terakhir.

    Rika meninggalkan roof top dengan perasaan senang karena mendapatkan uang. 

    "Karakter munafik dan materialistis. Aku akan membuktikannya." Rosita mematikan rokoknya, memakai kacamata hitam dan bergegas turun ke bawah menuju ruang karyawan. Aku butuh epilog.

    Rika tersenyum melenggang hendak keluar kafe. Namun Lita menghentikannya. "Maaf, Kak. Ini pesanannya tadi belum dibayar."

     Rosita sialan dasar pelit, umpatnya dalam hati mengeluarkan kartu kredit.

    "Maaf, kak. Kami tidak menerima kartu kredit. Bisakah membayar dengan cash atau kartu debit."

     "Hahahaha, Lita, Lita." Rosita mengamati mereka berdua dari CCTV. Dia benar-benar punya prinsip yang kuat untuk menghindari uang riba. Pantas saja keluarganya harmonis. Berawal dari menjaga sumber harta. Rosita tersenyum tulus. Tidak lama setelah itu, senyumnya sirna saat melihat sisi CCTV lainnya. "Kapan dokter itu mau beranjak?" gumamnya kesal.

    Setelah Rika pergi dari kafe.

     "Lita," panggil Rosita mengontrol volume suaranya serendah mungkin.

     "Kenapa?" jawab Lita mendekat.

     "Usir dokter itu," perintah Rosita.

     "Ha?"

     "Kita ada misi baru. Usir dia. Segera!" Rosita bersembunyi lagi.

     Pasti dia mau ngajakin main detektif-detektifan. Hah, kapan dia berhenti kekanak-kanakan seperti ini Sebenarnya Lita masih enggan meninggalkan mesin pembuat kopi. Tetapi apa boleh buat. Sekarang dia harus mendampingi Rosita untuk melakukan hal gila agar tidak menggila.

     "Permisi, Kak. Tanpa mengurangi rasa hormat kami. Kami sangat-sangat memohon maaf. Kami akan segera tutup. Maaf banget." Lita memasang topeng penuh penyesalan.

    "Ini masih jam satu siang. Sudah mau tutup?"

    "Iya. Karena kami ada keperluan mendadak."

    "...." Erlangga berpikir sejenak. "Oke. Saya juga harus kembali ke tempat kerja sekarang."

    "Terima kasih banyak. Kami mohon maaf," ucap Lita sopan.

    Erlangga beranjak meninggalkan meja.

    "Sebentar." Erlangga menghentikan Lita. "Apakah kita pernah bertemu?" tanya Erlangga

    "Ha? … sepertinya ini pertama kalinya saya melihat anda di kafe ini," jawab Lita lancar. Yap, betul. Aku tidak berbohong. Khusus di kafe, ini pertama kalinya bertemu.

   "Oh. Oke." Erlangga keluar kafe meskipun merasa ada yang mengganjal hatinya.

    Tanpa sadar, Lita menahan nafasnya karena cemas. Takut ketahuan kalau dia menjaga Rosita saat di rumah sakit. 

    Untung saat itu aku hanya duduk di sudut sofa. Santi yang mengajaknya berbicara. Sepertinya, dokter itu tidak terlalu memperhatikan aku, pikir Lita sambil melepas apron hitamnya. 

    Mobil sedan keluar dari parkiran. Tidak lama setelah itu, Rosita keluar dari ruang karyawan berdandan ala detektif dengan outfit serba hitam dan kacamata hitam.

    "Wow, penyamaranmu tampak luar biasa," puji Lita.

    Rosita tersenyum bangga.

    "Kamu terlihat seperti Rosita." Lita memandangi sahabatnya.

    Seketika senyuman Rosita lenyap. 

    "Kamu terlalu mencolok, tidak bisakah menggunakan baju biasa saja. Baju ala-ala tuna wisma sepertinya lebih baik untuk menyamar," saran Lita.

    "What?" Rosita melepas kacamatanya. "No! Big no!" tolaknya tegas lalu memakai kacamata lagi. "Kamu yang pakai baju biasa. Siapa tau nanti berguna."

    "Hah?"

    "Tenang aja, fee misi khusus akan aku tambahi."

    "Siap bos!" Lita langsung menerima.

    "Dasar mata duitan," gumam Rosita.

    "Biarin!" ujar Lita menjulurkan ujung lidahnya.

    "Udah sana siap-siap. Aku tunggu di mobil." Rosita berjalan dengan elegan dan berwibawa menuju tempat parkir.

 

    Tidak lama setelah itu, seorang wanita dengan outfit daster panjang dan kerudung instan masuk ke dalam mobil.

    "Waaa, kenapa kamu selalu pantas mengenakan baju dengan genre apapun?" tanya Rosita melepas kacamata hitamnya. Memandangi Lita dari atas ke bawah.

    "Aku akan menganggapnya sebagai pujian," jawab Lita memakai sabuk pengaman.

     Rosita juga memakai sabuk pengaman.

    "Sudah siap?" Lita mengkonfirmasi penumpangnya.

    "Sudah."

    "Tidak ada yang tertinggal?"

    "No."

    "Dompet, tablet, kamera, baterai, powerbank, teropong, sisir, tas make up, cermin, peniti, gunting, pisau lipat— " sebut Lita memastikan.

    "Kenapa tidak kamu sebutkan sekalian, lemari, meja, piring, rak buku, mesin barista?"

   "Kamu mau membawa itu semua?" tanya Lita berlagak bodoh.

   "Ih!" Rosita meremas tangannya, kesal

   "Hahaha, oke oke. Mari kita let's go!" Lita menginjak pedal gas.

    Terlihat dari pantauan CCTV di ruang karyawan. Beberapa detik setelah mobil yang dikendarai oleh Lita meninggalkan tempat parkir. Mobil sedan milik Erlangga kembali terparkir di parkiran kafe. Erlangga turun memeriksa pintu kafe yang sudah terkunci. Tampak Erlangga merasa kesal. Meremas kepalanya lalu menendang pintu kafe.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A.P.I (A Perfect Imaginer)
113      95     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.
Miracle of Marble Box
2230      1093     2     
Fantasy
Sebuah kotak ajaib yang berkilau ditemukan di antara rerumputan dan semak-semak. Alsa, Indira dan Ovi harus menyelesaikan misi yang muncul dari kotak tersebut jika mereka ingin salah satu temannya kembali. Mereka harus mengalahkan ego masing-masing dan menggunakan keahlian yang dimiliki untuk mencari jawaban dari petunjuk yang diberikan oleh kotak ajaib. Setiap tantangan membawa mereka ke nega...
ALTHEA
78      61     0     
Romance
Ini adalah kisah seorang perempuan riang yang memiliki perasaan lebih ke manusia es batu, manusia cuek yang telah menyukai seorang perempuan lain di sekolahnya. Walaupun ia tahu bahwa laki laki itu bukan menyukai dirinya, tetap saja ia tak akan kunjung lelah untuk mendapatkan perhatian dan hati laki laki itu. Akankah ia berhasil mendapatkan yang dia mau? "Dasar jamet, bales chat nya si...
1'
2801      1089     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
Of Girls and Glory
3013      1358     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
FIREWORKS
400      283     1     
Fan Fiction
Semua orang pasti memiliki kisah sedih dan bahagia tersendiri yang membentuk sejarah kehidupan setiap orang. Sama halnya seperti Suhyon. Suhyon adalah seorang remaja berusia 12 tahun yang terlahir dari keluarga yang kurang bahagia. Orang tuanya selalu saja bertengkar. Mamanya hanya menyayangi kedua adiknya semata-mata karena Suhyon merupakan anak adopsi. Berbeda dengan papanya, ...
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
2820      1271     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
The Maze Of Madness
4003      1591     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Bittersweet My Betty La Fea
3084      1085     0     
Romance
Erin merupakan anak kelas Bahasa di suatu SMA negeri. Ia sering dirundung teman laki-lakinya karena penampilannya yang cupu mirip tokoh kutu buku, Betty La Fea. Terinspirasi dari buku perlawanan pada penjajah, membuat Erin mulai berani untuk melawan. Padahal, tanpa disadari Erin sendiri juga sering kali merundung orang-orang di sekitarnya karena tak bisa menahan emosi. Di satu sisi, Erin j...
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
3864      1505     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...