Seminggu setelah Haewon sembuh dari sakitnya dan dia sudah merasa sangat fit, dia kembali lagi beraktivitas seperti biasa, Haewon sudah kembali masuk kerja seperti biasa.
Begitu juga dengan Taehyung, dia sudah mulai fokus bekerja lagi. Taehyung semakin rajin di minimarketnya. Kyujung yang menyadarinya ikut merasa senang bahkan Kyujung memberikan semangat pada Taehyung.
Keesokan harinya, Taehyung dan Haewon berangkat kerja bersama. Keduanya berjalan beriringan menyusuri trotoar dipagi hari yang cuacanya benar-benar cerah. Seperti biasa mereka selalu mengambil jalan pintas untuk bisa sampai di tempat kerja dengan cepat. Taehyung dan Haewon melewati sebuah lapangan dimana tempat itu menjadi tempat favorite mereka berdua jika sedang galau ataupun gundah gulana. Dalam perjalanan Taehyung mencoba untuk memulai berbicara.
"Kau tidak jadi pulang kampung?" tanya Taehyung.
"Hmm ... aku tidak tahu. Mungkin aku akan mencoba membicarakan lagi dengan Bu Sora dan akan meminta izin lagi. Tapi aku pun tidak tahu, apakah aku akan diberi cuti atau tidak. Mengingat kemarin waktu aku sakit, aku tidak masuk beberapa hari."
Taehyung menganggukkan kepala. "Tapi aku rasa pasti nyonya Han akan memberimu cuti entah itu kapan."
Sesampai di tempat, tiba-tiba Haewon menghentikan langkahnya. Tatapan matanya tertuju pada satu obyek di depan yang tak jauh dari tempatnya dan Taehyung berdiri. Seorang wanita mengenakan mengenakan celana kain berwarna cream dengan motif baju baju putih mengenakan syal dan kacamata hitam berdiri di depan Green Cafe dengan menenteng sebuah tas.
"Ada apa?" tanya Taehyung.
Haewon menggelengkan kepalanya masih dengan tatapan mata ke arah wanita tersebut. Wanita yang mungkin bagi Haewon adalah wanita yang berhati iblis.
"Memangnya dia siapa?" Taehyung bertanya lagi pada Haewon.
"Nanti kau akan tahu sendiri. Sekarang ikuti aku dan temani aku!" pinta Haewon menarik tangan Taehyung. Pria berhidung mancung tersebut pasrah tangannya ditarik oleh Haewon.
"Yaak, aku harus kerja!" Taehyung panik saat tangannya di tarik begitu saja.
"Nanti aku yang akan bilang pada atasanmu!" terang Haewon terlihat serius.
Haewon menarik tangan Taehyung dengan erat dan berjalan menuju ke arah Cafe. Wanita tersebut yang melihat kedatangan Haewon langsung tersenyum.
"Untuk apa Anda berada disini?" Haewon to the point.
"Begitukah sambutanmu ketika berbulan-bulan aku mencarimu. Ketika sekarang aku sudah bertemu denganmu, seperti itu sambutanmu?" ucap wanita tersebut.
"Lebih baik Anda cepat pergi dari sini karna aku sibuk!" balas Haewon ketus.
"Baiklah kalau itu memang maumu," wanita itu menyodorkan sebuah kartu nama, "hubungi aku jika kau sudah siap!" lalu wanita tersebut pergi meninggalkan Haewon dan Taehyung.
Haewon menghela napas lega, matanya masih menatap wanita itu hingga wanita tersebut masuk ke sebuah mobil hitam.
"Siapa dia?" tanya Taehyung sambil menunjuk ke arah depan.
"Kau tak perlu tahu, tidak penting ini!" Haewon kemudian masuk ke dalam Cafe. Taehyung melongo melihat reaksi Haewon.
"Cuma seperti ini? Lalu kenapa dia menarikku sampai kesini???" Taehyung menggaruk-garuk kepalanya, lalu dia melangkah menyebrangi jalan menuju Minimarket di depan.
ππππππ
Tersenyum adalah obat mujarab untuk menutupi luka hati yang selama ini dirasakan. Senyuman jugalah yang membuat orang lain tidak bisa menebak seberapa sakit hati yang diderita dan dirasa seseorang. Senyuman juga mampu mengecoh orang lain terhadap masalah apa yang sedang terjadi. Seolah-olah senyuman itu mampu menyihir semua orang dengan kedoknya.
Sudah ada tiga hari sejak kedatangan wanita terseut, Haewon nampak sama sekali tak merespos kartu nama tersebut. Kartu nama itu hanya dia letakkan di meja barista Cafe dan dia sama sekali tak berniat untuk menghubungi nomor telepon yang tertera di kartu nama tersebut.
"Haewon-ah, apa ini punyamu?" tanya Han Sora.
Haewon menoleh ke arah Sora, "tidak! Eonni bisa membuangnya." balas Haewon ketus.
Han Sora kembali menelitik kartu nama tersebut dan membacanya.
"Sepertinya dia orang kaya!" tebak Han Sora. "Apa kau mengenalnya, Haewon-ah?"
Haewon menggelengkan kepalanya, berpura-pura tidak mengenal wanita tersebut. Baginya ketemu dengan wanita tersebut akan mengingatkan luka lamanya. Luka yang sampai sekarang masih dia rasakan, namun dia berusaha untuk tegar dan kuat. Haewon kembali fokus mengerjakan tugasnya.
Setelah menyelesaikan tugasnya di Cafe, Haewon berniat untuk segera pulang karna dia teringat ada janji ketemu dengan Taehyung dan temannya.
"Eonni, apa aku boleh pulang sekarang?"pamit Haewon.
"Boleh!" balas Han Sora. Haewon pun segera berpamitan, akan tetapi suara Han Sora membuatnya kembali menoleh kearahnya. "Haewon-ah, siapa wanita itu? Dia sering sekali datang kesini."
Haewon terdiam. "Maaf Eonni, bukannya aku tak mau bercerita tapi memang aku yang tidak mau mengingat akan hal itu!" lalu Haewon segera berlalu.
Gadis itu melangkah lesu menelusuri trotoar sampai dia tak sadar bahwa dirinya sedang di ikuti oleh dua orang pemuda. Haewon merasakan sesuatu yang sangat sakit di hatinya. Rasa yang harus dia lawan, rasa yang harus dia kesampingkan.
"Kenapa dia jalan sambil melamun?" tanya Kyujung.
"Entahlah! Sepertinya dia sedang banyak pikiran." balas Taehyung.
"Pergilah, hibur dia. Mungkin dengan kau menghiburnya, dia akan melupakan segala lara dihatinya." saran Kyujung.
"Yaak, bukannya kita akan pergi bertiga!" teriak Taehyung. Suara berat khas Taehyung membuat Haewon berhenti dan menoleh ke belakang. Dilihatnya dua orang pemuda yang mengekorinya.
"Kalian menguntitku?!" suara Haewon terdengar melengking. Taehyung dan Kyujung menggelengkan kepala.
"Bukannya kita bertiga sudah janjian akan makan Jjajangmyeon!" balas Taehyung yang sudah biasa menebak jika gadis tersebut sedang badmood.
Haewon tertegun mendengar kata-kata pemuda berhidung mancung dengan suara khasnya. Dia mendadak tersadar bahwa dirinya sedang dalam tahap rasa yang bercampur aduk menjadi satu seperti permen Nano-Nano, yang rasanya manis, asam, dan asin.
"Maaf!" Haewon tersadar akan hal itu, "hari ini aku benar-benar sedang kacau."
"Baiklah, kalau begitu makan Jjajangmyeon-nya kita undur besok saja!" sahut Taehyung.
"Eh ... jangan, ayo kita berangkat. Kita makan sekenyangnya!" Haewon berjalan menengahi Taehyung dan Kyujung, kemudian dia menggandeng tangan kiri Kyujung dan tangan kanan Taehyung.
Ketiganya berjalan bersama beriringan menelusuri trotoar, sesekali mereka berdendang bersama membuat semua orang yang sedang berjalan di trotoar memperhatikan mereka bertiga. Menjadi pusat perhatian memang bukan hal asing untuk Taehyung, namun bagaimana pun juga, kali ini benar-benar sangat berbeda rasanya. Di tambah lagi dengan adanya sahabat baiknya dan tentu saja gadis yang sedang dia sukai, sosok gadis yang benar-benar membuatnya belajar banyak dalam merubah kebiasaan hidupnya. Namun kali ini, sepertinya gadis itu sedang dalam keadaan yang tidak baik hatinya. Entah masalah apa yang sedang Haewon hadapi saat ini, mengingat Taehyung memang belum lama mengenal Haewon.
Tiga pesanan mangkok Jjajangmyeon telah terjajar rapi di meja. Menu mie dengan saos kedelai hitam di padu dengan daging ayam ataupun daging sapi ini adalah menu favorit Haewon. Gadis cantik tersebut dengan mata berbinar-binar langsung menyantap mie saos kedelai hitam yang telah bertengger di atas meja. Untuk kali itu, Haewon melupakan segala hal yang sedang berkecamuk dihati dan pikirannya.
Taehyung memang belum tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan Haewon. Setelah kemunculan pria misterius yang akhirnya di ketahui adalah mantan pacar Haewon dan sekarang muncul seorang wanita. Lalu siapa wanita tersebut?
Haewon dengan segala rahasianya, dan Taehyung tak tahu jika Haewon mempunyai sebuah luka yang membuatnya bisa jauh meninggalkan Seoul dan memilih tinggal di Daegu. Memang Taehyung belum mengetahui semuanya dan sebaliknya Haewon pun belum mengetahui siapa Taehyung yang sebenarnya.
Setelah mereka kenyang dengan menu Jjajangmyeon, sepertinya mereka akan melanjutkan jalan-jalan mereka dan tak sengaja Kyujung mengucapkan sebuah kata-kata yang membuat Haewon makin canggung.
"Wah, pajak jadian nih!" ceplos Kyujung pada Taehyung secara tak sadar kalau disitu masih ada Haewon. Taehyung menyenggol lengan Kyujung.
"Oopss! Sorry aku kelepasan." Kyujung nyengir kuda tanpa rasa berdosa.
"Taehyung-ah, maaf!" Haewon langsung mempercepatkan langkahnya berlalu dari Taehyung dan Kyujung. Dia sadar kalau dia sama sekali belum menjawab pertanyaan dari Taehyung waktu itu dan dia sama sekali belum siap untuk itu di saat sekarang dia sendiri tengah dalam keadaan bingung karna dia kembali muncul dihadapan Haewon.
"Kau sih!" Taehyung menepuk lengan Kyujung. "Kebiasaan kalau bicara tidak pernah bisa di rem, benar-benar belum pernah tak pites!" imbuhnya.
Kyujung hanya nyengir kuda, "memangnya aku ini apaan pakai di pites segala," ujar Kyujung.
"Kebiasaanmu itu loh!" balas Taehyung.
"Ya, maaf. Pergilah kejar dia!" Kyujung menyuruh Taehyung mengejar Haewon.
Taehyung segera berlari mengejar Haewon. Pemuda itu jauh lebih memahami hati Haewon yang sedang gundah gulana. Mungkin memang Haewon sedang dalam masalah yang sangat rumit. Dan itu hanya tebakan dari Taehyung. Lalu apakah Haewon akan terbuka dan bercerita pada Taehyung?
πΎ