Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kiara - Sebuah Perjalanan Untuk Pulang
MENU
About Us  

JANUARI, 2011 06:30 WIB.

Pagi datang, waktu di mana kebahagiaan mulai terpancar, waktu di mana mimpi-mimpi mulai disusun kembali, waktu di mana doa-doa dipanjatkan agar menjadi lebih baik dari kemarin dan waktu dimana kesedihan juga kegagalan sudah terlampaui di suatu malam yang panjang. Tak banyak yang tahu, terkadang malam begitu kejamnya mengorek luka, entah rindu yang tak tersampaikan, masa lalu yang menggenang, kepenatan yang menghantam ataupun kenangan yang sebatas angan. Semua terangkum jadi satu di suatu malam, maka betapa kuasanya tuhan menciptakan pagi. Saat malam menjadi waktu untuk mengoreksi begitu banyak kepedihan maka pagi datang untuk mengubur semua kenangan, menyusunnya kembali menjadi kepingan cerita yang lebih baik melalui harapan dan doa baru yang terpanjatkan oleh hati-hati tulus yang penuh pengharapan.

Pagi ini akan sangat ramai di kedai, selain terhitung masih di awal tahun minggu ini juga masih masuk dalam hari libur sekolah jadi banyak keluarga yang menghabiskan waktu untuk ketempat rekreasi dan rumah makan untuk sekedar menghabiskan waktu bersama, setiap awal tahun seperti ini kedaiku selalu ramai pengunjung karena sejak pertama kali buka aku selalu menerapkan diskon di awal tahun untuk menarik minat pelanggan, selain itu juga nuansa kedai yang aku kelola memiliki design interior yang cukup unik dengan mengambil tema rumah makan ala desa yang dikelilingi tanaman juga duduk lesehan di bawah saung-saung di atara kolam ikan persis seperti suasana desa, sedikit bisa melupakan kebisingan kemacetan kendaraan di luar sana.

Awalnya kedai yang aku berinama kedai bambu ini tempatnya sangat terbatas hanya aku dan satu temanku bernama Raka yang mengelola kedai ini, aku bagian memasak di dapur dan raka yang melayani tamu. Seiring berjalannya waktu kedai ini menjadi sangat besar dan kami memiliki 35 pegawai, 5 juru masak, 15 pelayan, 5 cleaning service, 5 security dan sisanya di bagian kasir dan mengurus keperluan lainnya. Aku seperti biasa hanya mengawasi tugas mereka dari saung dekat kolam dan sesekali membantu didapur jika pelanggan sedang ramai, dan raka terkadang ikut melayani karena dia jagonya berbicara dan mempengaruhi pelanggan yang kebingungan untuk memesan, Raka sangat hangat dan bersahabat dengan orang yang baru dikenal, dia sangat baik maka tidak heran jika banyak pelanggan yang kadang bertanya tentang raka kepadaku jika saat itu raka tidak ada di kedai karena urusan tertentu, bahkan mungkin karena sifatnya itulah kedai kami ramai dan banyak memiliki langganan tetap.

Aku ingat bagaimana dulu dia menyapaku, saat aku baru pertama kali menginjakan kakiku di Jakarta, dengan keadaan yang hancur, di saat aku tidak tau harus kemana dan percaya kepada siapa. Aku bertemu raka tepat di warung pinggir jalan dekat terminal bus, aku bertanya padanya yang saat itu sedang keluar dari warung mungkin setelah makan, di mana ada tempat menginap terdekat dari terminal bus itu. Wajahnya yang bersahabat dengan perawakan tinggi , tegap dan putih sangat mengidentikan dirinya khas buatan Bandung. Raka tahu bahwa aku orang baru di kota ini, saat itu dia seorang mahasiswa swasta semester akhir yang mengekos karena rumahnya yang jauh dari tempat dia kuliah, raka asli bandung namun keluarganya tinggal di Jakarta karena pekerjaan. Aku sangat beruntung bertemu dengannya, dia mengantarku ketempat kos yang murah di mana dia juga tinggal. Ditempat kos itu sangat nyaman, kamar putri ada di atas dan putra ada di bawah, karena dekat dengan kampus maka lebih banyak mahasiswa dari berbagai daerah yang menginap di sana, ibu kos juga sangat baik beliau sangat mengerti keadaan anak-anak yang mengekos di tempatnya jadi tiap jatuh tempo bagi yang belum mampu membayar diberi jangka waktu 1 minggu untuk melunasi pembayaran.

Mungkin saat itu awal yang berat bagiku, meninggalkan desa yang aku cintai untuk mengubur semua luka yang lalu di kota besar yang sama sekali belum pernah aku kunjungi, tanpa saudara ataupun tempat tinggal. Semua terasa sangat sulit di minggu pertama, aku hanya menghabiskan waktu di dalam kamar, meratapi setiap hal yang terjadi di hidupku tanpa ingin tahu apa yang sedang terjadi di sekelilingku, siapa saja yang ada didekatku dan di mana sebenarnya aku berada. Setiap hari, minggu dan bulan aku hanya menghabiskan waktu di dalam kamar, sesekali keluar hanya untuk menghirup udara dipagi hari meski tak sesegar udara di desa, bahkan kadang aku lebih banyak menghabiskan waktu malam di luar untuk melihat bintang-bintang dan menelfon kedua orang tuaku untuk memastikan bahwa putri kesayangannya baik-baik saja di kota yang besar ini.

Setelah 2 bulan lebih aku habiskan waktu di dalam kamar untuk meratapi hidupku yang malang, dengan membayangkan semua kejadian yang menyesakkanku dan mungkin hampir membunuhku. Malam itu langit sangat indah, aku memutuskan untuk keluar kamar dan menghirup udara dari kursi di bawah pohon yang terdapat persis di depan kamar kos putra, barangkali bisa menghapus sedikit sesak di dadaku yang sedari tadi membuatku sulit untuk bernafas.

“Hey?” suara pria yang lembut menyapa.

“Ah hey” aku membalikkan wajah sedikit terkejut, suara raka seketika menghentikan lamunanku.

“Lu baik-baik aja?” Raka bertanya ramah.

“Iyaaa..” menjawab lembut sembari mengganggukan kepala menyakinkan bahwa memang baik-baik saja.

“Eemm, keliatannya gak benar-benar baik. kenapa? lu gak suka tinggal disini, atau mau gua cariin tempat lain yang lebih nyaman, barangkali?”

“Ah tidak, Terimakasih. Tempat ini sudah sangat baik, saya tidak akan merepotkanmu lagi ka”

“Apa gua pernah bilang kalo lu ngerepotin gua ra? jangan ngomong begitu, kita semua saling membutuhkan khususnya di kota sebesar ini, bagi perantau membantu dan dibantu sama pentingnya, bukan begitu.”

“Iya saya mengerti, Terimakasih.”

“Sama-sama, kalau boleh tau ngapain lu ke Jakarta? kelihatannya bukan buat kuliah apalagi mencari pekerjaan” pertanyaan Raka kali ini sedikit lebih serius.

“Tidak, saya sudah lulus kuliah 6 bulan yang lalu. saya kesini untuk mengejar impian saya.”

“Oh ya, tapi sepengetahuan gua sih dari pertama kali gua bawa lu kesini lau cuma berdiam di kamar, sesekali keluar untuk melamun, kalaupun berbicara hanya kepada ibu kos untuk membayar sewa kamar. Ada apa? apa lu pergi untuk mengejar impian atau meninggalkan sesuatu yang sebenernya gak bisa lu tinggalin?” wajah Raka terlihat lebih serius, sesekali menahan nafas untuk lebih berhati-hati dalam bertanya seperti tidak ingin membuatku merasa tidak nyaman atas pertanyaannya.

“Tidak, saya kemari untuk mengejar impian, tidak ada yang ingin saya tinggalkan atau lupakan...” aku menghela nafas ,memberikan jawaban yang hanya terlintas di kepalaku.

“Saya ingin membuka rumah makan” jawaban itu seketika terlontar dari mulutku, padahal aku tidak tau apa yang sebenarnya aku kejar di kota besar ini ,sendirian dan tanpa orang yang di kenal.

“Oh seperti itu, gua mahasiswa ekonomi, gua lagi nyelesain tugas akhir, gua juga berniat buat memiliki bisnis membuka rumah makan, selesai gua wisuda bagimana kalau kita buka rumah makan itu bersama, kita bagi dua modal dan hasilnya. Ya kalaupun gagal, kita berdua yang menanggungnya tapi syukur-syukur berhasil” Raka tertawa sembari menjelaskan banyak angan-angan yang terlintas di kepalanya dengan gerakan tangan yang kesana kemari hampir mengenai kepalaku.

“Tentu saja, kita bisa membangunnya bersama” aku tersenyum tipis kearahnya karena melihat semangatnya yang begitu menggebu-gebu, itu pertama kalinya aku tersenyum setelah malam-malam panjang yang kulewati sendiri di dalam kamar di kota Jakarta.

“Manisnya, andai setiap malam aku melihat senyummu itu ra, aku sungguh tidak butuh bulan”

Kami seketika tertawa berdua, malam itu untuk pertama kalinya selain tersenyum aku bisa tertawa, entah karena alasan apa tapi di malam ini aku mengenal raka lebih dari biasanya dan raka mengenalku lebih dari biasanya, tanpa disadari juga kata “Aku dan Kamu” seperti mempererat hubungan kami menjadi lebih dekat, setelah malam itu kami sering menghabiskan waktu malam kami untuk berbincang entah mengenai hayalan-hayalan ku dan raka yang menggebu-gebu ataupun sekedar lelucon kecil yang Raka tawarkan padaku, setelah malam itu semuanya berubah, hampir 5 bulan lebih aku hanya tergeletak rapuh di kamar meratapi setiap hal yang terjadi di hidupku ,kini aku lebih bersemangat untuk membangun semuanya dari awal, setelah raka wisuda kami benar-benar membangun rumah makan impian kami , meski awalnya sulit dan memakan waktu yang cukup lama namun semua bisa teratasi. aku membeli apartemen dan raka tetap tinggal bersama kedua orang tuanya, semua mulai tersusun kembali meski tak bisa menyambungkan bagian-bagian di hatiku yang sudah hancur menjadi seperti semula, setidaknya aku sudah bisa melihat apa yang terjadi di sekitarku. Semua itu karena, Raka.

“Hey Ra ,melamun saja” seketika raka memecah lamunanku

“Eh ka, kebiasaan.” aku menjawab kesal

“Maaf deh, lagian ngelamun terus, baru juga di tinggal sebentar udah mikirin aku” Raka tertawa puas meledekku yang sedari tadi duduk di bawah saung samping kolam ikan tempat favoriteku untuk mengamati kedai ataupun menulis jika tidak ada kerjaan.

“Dih pede banget kamu ka” aku menjawab sinis dan tertawa puas, balas meledeknya.

“Eitts, emang iya kan ngaku aja?” Raka tertawa lebih keras dan semakin puas, seperti dia sudah mengalahkan ribuan pasukan di sebuah permainan yang sangat sulit.

“Tau ah” aku menjawab malas.

Memang dalam hal meledek Raka jagonya, dia selalu menang jika masalah meledekku ,tapi dalam hal lain jika berdebat dia selalu mengalah entah dalam hal kedai ataupun pergi ketempat mana yang ingin kami kunjungi, dia sangat sabar dan mengerti sifatku. Raka sangat tau bagaimana mengendalikan sikapku yang kadang sulit dipahami, dia tau persis diamku karena apa dan marahku karena apa. Tapi satu yang tidak pernah dia tau dariku , masa lalu dan rasa sakitku.

“Bagaimana kedai hari ini Ra?” Raka merubah pembicaraan.

“Sejak pagi cukup ramai tapi masih bisa ku pegang, mungkin nanti sore dan malam akan lebih ramai. Bagaimana tadi, apa pesanannya jadi?”

Tentu saja, kita mendapat banyak pesanan box untuk minggu depan. Sepertinya kita akan lembur lagi Ra, huft...” Raka menghela nafas panjang sembari meletakkan tubuhnya di sampingku.

Seketika keadaan menjadi hening, saat Raka mulai terdiam dan hanya memandang langit-langit saung seperti ada sesuatu di matanya yang ingin berbicara.

“Kenapa Ka ?” aku bertanya lirih.

“Tidak ,aku hanya berfikir saja mungkin jika aku tidak bertemu denganmu aku tidak akan bisa membangun semua ini Ra” Raka melempar pandangannya ke arahku dan keadaan menjadi lebih serius.

“Apa maksudmu Ka , ini semua justru karenamu. Jika aku tidak bertemu denganmu mungkin aku sekarang sedang luntang lantung dijalanan mencari pekerjaan untuk membayar uang sewa kos , hehehe..” Aku berusaha memecah keheningan.

“Mungkin menurutmu seperti itu , tapi tidak seperti itu bagiku. Aku mengenalmu dengan pandangan yang berbeda Ra, kau datang dengan penuh rahasia dimatamu yang tak pernah aku tau sampai detik ini. Tapi aku tau satu hal ,kau datang kemari dengan harapan yang cukup besar yang kau pegang sejak kau menginjakaan kakimu dijakarta.” Raka melempar tatapannya lagi ke arah langit-langit saung.

“Bagiku semua tentangmu adalah hal yang paling ingin aku ketahui, sejak aku mengenalmu dan kau bercerita banyak hal aku mulai yakin untuk membangun semuai ini ,karena aku tau yang ku bangun bukan saja sekedar rumah makan impianku tapi juga impianmu yang mungkin bisa merubahmu menjadi lebih dekat denganku.”

“Terimakasih Ka, terimakasih..” Aku menatap Raka yang sedari tadi memandang langi-langit saung.

“Untuk apa ?” Raka balik menatapku.

“Untuk semua hal yang ingin kau ketahui ,dan karena itu juga aku bisa membangun semuanya seperti yang aku inginkan sejak aku pergi dari desaku.” Seketika aku membuang tatapanku yang sejak tadi mengarah kepada Raka menuju kearah kolam.

“Apa kau tau Ka, semua yang kau lakukan sangat besar untukku, bahkan tak mungkin bisa aku bayar, kau tidak hanya memberikan tempat tinggal saat pertama kali aku menginjakkan kakiku di Jakarta, tapi kau juga memberikan harapan yang besar untukku hidup di kota yang besar ini.”

“Tentu saja putri kiara, aku kan malaikatmu.” Raka menatap kearahku dengan tawa meledek dan senyum kecil di wajahnya, seperti Raka yang sebenarnya telah hadir kembali.

“Ah, salah ngomong.” Aku menjawab malas dan membalas senyuman kecil itu.

Sesungguhnya Raka benar, dia memang tidak tau semua hal tentang hidupku dan mungkin dia hanya melihatku kasian karena terlantar di kota yang besar ini dengan wajah masam seperti tak ingin hidup, maka dari itu dia memberikan ku harapan untuk terus hidup di kota ini dengan segala kebaikan dan keceriaannya yang mampu memecahkan rasa hening di bibirku, terhitung sejak aku datang ke kota ini aku hanya diam, bahkan di kosan tetanggapun yang bertanya hanya aku jawab singkat tanpa membalas basa basi, mungkin jika bukan karena Raka yang membawaku kesana aku sudah di cibir habis-habisan karena terlampau sombong kepada mereka, seperti manusia yang tidak butuh manusia lainnya. Saat aku merasa sendiri dan sangat sesak dengan luka di hatiku, Raka datang dengan menawarkan banyak kebahagiaan, dia bukan hanya sekedar sahabat terbaik yang aku miliki saat ini tapi Raka mahardika adalah malaikat penolongku, semua yang aku inginkan bahkan saat aku belum mengucapkannya saja dia sudah mengetahuinya terlebih dahulu ,tanpa membuatku harus menunggu lama atau marah raka selalu tau apa yang harus dilakukan untuk membuatku tersenyum, sebab Dia Malaikatku.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Daybreak
4405      1837     1     
Romance
Najwa adalah gadis yang menyukai game, khususnya game MOBA 5vs5 yang sedang ramai dimainkan oleh remaja pada umumnya. Melalui game itu, Najwa menemukan kehidupannya, suka dan duka. Dan Najwa mengetahui sebuah kebenaran bahwa selalu ada kebohongan di balik kalimat "Tidak apa-apa" - 2023 VenatorNox
Just For You
6491      2078     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
Premium
Claudia
7366      1842     1     
Fan Fiction
Ternyata kebahagiaan yang fana itu benar adanya. Sialnya, Claudia benar-benar merasakannya!!! Claudia Renase Arditalko tumbuh di keluarga kaya raya yang amat menyayanginya. Tentu saja, ia sangat bahagia. Kedua orang tua dan kakak lelaki Claudia sangat mengayanginya. Hidup yang nyaris sempurna Claudia nikmati dengan senang hati. Tetapi, takdir Tuhan tak ada yang mampu menerka. Kebahagiaan C...
Rekal Rara
13606      3826     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. â–Şâ–Şâ–Ş Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Premium
Antara Aku Pelangi & Hujan
16864      1685     0     
Romance
Zayn bertemu dengan seorang gadis yang sedang menangis di tengah derasnya hujan dan tanpa sadar Zayn tertarik dengan gadis tersebut Ternyata gadis tersebut membawa Zayn pada sebuah rahasia masa lalu yang di lupakan Zayn Membawanya pada sesuatu yang tidak terduga
Highschool Romance
2829      1195     8     
Romance
“Bagaikan ISO kamera, hari-hariku yang terasa biasa sekarang mulai dipenuhi cahaya sejak aku menaruh hati padamu.”
Kisah Kemarin
7582      1762     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
Unlosing You
485      338     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
Miracle of Marble Box
3367      1431     2     
Fantasy
Sebuah kotak ajaib yang berkilau ditemukan di antara rerumputan dan semak-semak. Alsa, Indira dan Ovi harus menyelesaikan misi yang muncul dari kotak tersebut jika mereka ingin salah satu temannya kembali. Mereka harus mengalahkan ego masing-masing dan menggunakan keahlian yang dimiliki untuk mencari jawaban dari petunjuk yang diberikan oleh kotak ajaib. Setiap tantangan membawa mereka ke nega...
ASA
5498      1713     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...