Hari Minggu tiba, saatnya para insan menghabiskan waktu dengan keluarganya. Seperti keluarga Ardhitalko yang kini berada di rumah. Mereka berinisiatif membersihkan rumah Ardhitalko bersama. Sebab, Bi Inah mengambil cuti sehingga mereka memutuskan untuk menggantinya sementara. Falko membersihkan taman rumah. Mulai dari menyapu, mencabuti rumput kering, menyiram tanaman dan lain-lain. Reyno membersihkan halaman rumah. Ciandra dan Claudia mengurus bagian dalam rumah. Ciandra mengepel lantai dan Claudia membersihkan ruangan di dekat balkon. Ia mengedarkan pandangan pada deretan buku di rak. Itu semua adalah buku diary Ciandra dari tahun ke tahun. Dari situ, Claudia tahu bahwa ruangan itu khusus koleksi buku diary Ciandra. Karena penasaran, gadis itu mengambil salah satu. 'Buku Diary Ciandra 2010' itulah tulisan yang tertera di cover buku. Tanpa lama, Claudia membuka dan membacanya lembar demi lembar. Mata Claudia melotot kala membaca suatu paragraf di tengah-tengah buku.
20 November 2009
Tepat hari itu, Tuhan memberiku kenyataan yang menyakitkan. Aku harus menjalani operasi pengangkatan rahim di rumah sakit karena penyakit kanker rahimku sudah parah dan setelahnya, aku dinyatakan tidak akan bisa mempunyai anak lagi sampai kapanpun. Falko, anakku satu-satunya yang akan menemaniku selamanya. Aku mencintainya. Ku ucapkan terima kasih padanya atas kehadirannya dalam hidupku. Aku berjanji, akan menyayanginya sampai kapanpun. Karena hanya dialah harta berharga satu-satunya yang kumiliki. Tuhan, kenyataan ini pahit. Rasanya hatiku sakit mendengar perkataan dokter yang berkata bahwa aku tidak akan bisa lagi memiliki anak selamanya. Namun, jika ini takdir darimu. Akan kuterima meskipun berat.
-Ciandra
Claudia terkejut setelah membaca itu. "Mama melakukan operasi pengangkatan rahim di tahun 2009 dan aku lahir 2010. Mana bisa itu terjadi? Padahal di tahun 2009 itu Mama sudah dinyatakan tidak bisa memiliki anak lagi, tapi kenapa bisa ada aku ya?" tanya Claudia dalam hati. Rasa penasaran yang membara mengisi benaknya. Claudia keluar ruangan dengan membawa buku itu. Ditemuinya Ciandra di lantai 1. "Mama... Mama.. " panggil Claudia.
"Iya Sayang, Mama di sini!" jawab Ciandra dari dapur. Ia tengah sibuk memasak untuk makan siang. Claudia lari terbirit-birit guna menghampiri sang Mama sembari membawa buku tadi.
"Mama. Mama baca ini deh!" pinta Claudia menunjukkan sederet tulisan di buku yang dibawanya. Ciandra sontak terkejut akan hal itu. Ia menyadari kesalahannya. Ia salah telah meminta Claudia untuk masuk dan membersihkan ruang rahasianya sehingga membuat Claudia penasaran dan membuka buku yang ada. "Mama lihat kan? Mama pasti ingat waktu operasi pengangkatan rahim kan? Di sini Mama menulis bahwa dokter menyatakan Mama tidak bisa memiliki anak lagi setelahnya. Dan itu terjadi pada tahun 2009 sedangkan aku lahir pada tahun 2010. Bagaimana bisa Mama melahirkanku kalau Mama sudah tidak punya rahim?" tanya Claudia membuat jantung Ciandra berdetak lebih cepat. Wanita itu dilanda kebingungan lantaran tak dapat menjawab pertanyaan sang putri. "Ma. Mama kenapa diam saja? Ayo jawab Ma!" pinta Claudia dengan suara yang sedikit meninggi. Claudia curiga bahwa dirinya bukan anak kandung Ciandra dan Reyno. Maka dari itu, ia meminta penjelasannya.
"Claudia, ada yang mencarimu di depan!" ucap Reyno mengalihkan atensi dua insan itu. Claudia meletakkan buku di meja keluarga lalu menemui orang yang mencarinya.
"Apakah anda mencari saya?" tanya Claudia pada seorang wanita paruh baya yang berada di luar gerbang.
"Claudia! Mana orang tua kamu? saya ingin bertemu dengan mereka!"
"Silakan masuk dulu Bu!" pinta Clau menggeser gerbang dan mempersilakan wanita berpakaian lusuh itu masuk. Dialah wanita yang bertanya alamat rumah Claudia saat kemarin di telaga. Gadis itu mengingatnya.
"Mama, Papa, ada yang mencari Mama sama Papa!" teriak Claudia dari ambang pintu. Ia tak memasukkan wanita paruh baya yang belum dikenalnya itu ke rumah, melainkan hanya memintanya duduk di gazebo.
Ciandra dan Reyno pun menghampiri Claudia yang mengajak ke taman. "Wanita itu mencari Mama sama Papa!" ucap Claudia.
"Hishh.. Ini kan yang tadi mencarimu, Clau. Hishh ada apa ini?" Reyno merasa heran dengan wanita yang tak dikenalnya itu. Ia datang dengan tangan kosong dan berpakaian lusuh disertai rambut cokelat yang kusut. "Ada apa anda mencari kami? tanya Reyno mendatarkan suaranya.
"Apakah kalian orang yang telah merawat Claudia?" tanya wanita itu.
"Iya benar. Anda siapa ya?" Kini Ciandra yang berbicara.
"Perkenalkan saya, Diyati, orang tua kandung Claudia!" jawab Diyati di dengar Claudia yang duduk di gazebo sebelah.
Gadis itu melotot sembari melirik tiga insan di sana. Apakah ucapan Diyati itu benar? Rasanya itu tidak mungkin bagi Claudia. Ia lanjut mendengar obrolan mereka.
"Bagaimana anda bisa mengaku sebagai orang tua Claudia. Claudia itu anak kami, yang kami rawat dari kecil!" tanya Reyno disertai penjelasan.
"Saya lihat tanda lahir di lehernya depan. Anak terakhir saya lahir dengan tanda lahir yang sama! Ini buktinya!" Diyati menunjukkan foto bayi perempuan dengan semburat cokelat di lehernya seperti leher Claudia. Ciandra dan Reyno saling menatap tak percaya. Ia semakin yakin bahwa Diyati adalah Ibu kandung Claudia. "Saya ke sini mau mengambil anak kandung saya yang selama ini saya cari!" ucap Diyati menuai jawaban dari Claudia.
"Hei. Anda siapa? Saya tidak kenal anda. Orang tua saya yang saya kenal hanyalah Mama Ciandra dan Papa Reyno!" Claudia merasa kesal dengan Diyati yang tiba-tiba datang ke rumahnya dan berbicara dengan nada kurang sopan.
"Anda tidak bisa mengambil Claudia begitu saja! Dia sudah menjadi anak kami secara hukum, dan kami merawatnya sejak kecil!" jawab Reyno dengan tegas.
"Tapi dia anak kandung saya, yang saya lahirkan dengan susah payah!" Diyati menunjuk diri sendiri. Matanya melotot menatap Reyno.
"Hei! Bukankah anda telah membuang Claudia di semak-semak saat bayi?" Ciandra memberanikan diri untuk bertanya.
"Iya benar," jawab Diyati. Reyno menggelengkan kepala mendengar jawaban itu. Ia sangat terheran dengan Ibu satu ini. Begitupun dengan Claudia yang menutup mulut dengan mata melotot ke bawah. Gadis itu tak habis pikir dengan Diyati yang tega membuangnya ke semak-semak.
"Kalau dia beneran anak anda, lalu mengapa anda buang?" tanya Ciandra.
"Saya terpaksa membuangnya karena suami saya meninggal sejak bayi itu berusia 3 bulan dikandungan. Sehingga saat lahir, saya tidak punya biaya untuk mengurusnya dan kemudian saya buang!" jelas Diyati. Claudia dilanda emosi usai mendengar itu.
"Aku tidak akan menganggap orang tua kandungku yang telah tega membuangku.. Arrghhh!" teriak Claudia berlari masuk rumah. Ia menumpahkan air matanya di sofa. Sungguh, inilah kenyataan pahit yang menimpanya. Selama ini, ia sangat mencintai dan menyayangi Ciandra yang ia duga adalah Mama kandungnya. Namun, ternyata tidak. Ditambah Claudia mendengar obrolan mereka di gazebo. Sungguh, menyakitkan kala mengingat Diyati yang tega membuangnya saat bayi.
"Aarrrghhh.. Aku benci sama keadaan sekarang!" teriak Claudia didengar Falko yang langsung menghampirinya.
"Yang sabar Dik. Kakak juga dengar obrolan mereka kok. Tapi, mau kamu anak kandung Mama Ciandra atau tidak, kamu tetap adikku yang aku sayang. Karena kamu sudah dirawat sama Mama Ciandra dan Papa Reyno sejak kecil dan kita juga sudah bersama sejak kecil seperti keluarga kandung." Falko memeluk dan mengusap-usap bahu Claudia yang masih terisak dengan wajah tertutup tangan.
_o0o_
"Kalau anda tidak sanggup membiayai kebutuhan anak anda, anda bisa meninggalkannya di panti asuhan, bukan membuangnya! Beruntung saya menemukannya dan saya rawat sampai sekarang!" ucap Ciandra.
"Saya benar-benar khilaf dan bingung waktu itu!" jawab Diyati.
"Sekarang begini saja. Kami tidak tahu di mana asal dan tempat tinggal anda. Yang kami tahu hanyalah anda wanita yang aneh yang tiba-tiba datang ke sini mau mengambil orang yang udah kami rawat dari kecil, kami besarkan hingga sekarang. Anda tidak boleh mengambil anak itu sampai kapanpun, sekalipun anda adalah Ibu kandungnya! Karena anak itu sudah menjadi anak kami secara hukum. Saya akan membelikan anda tanah dan rumah di sekitar sini agar anda bisa dekat dengan anak kandung anda. Tapi, anak itu akan tetap tinggal bersama kami selamanya, kamu hanya boleh mengunjunginya beberapa kali dalam seminggu, tidak boleh mengambilnya. Bagaimana, anda setuju?" Reyno mengeluarkan pikiran bijaknya yang disetujui Diyati.
Ciandra masuk rumah guna menenangkan Claudia yang tak berhenti menangis. Gadis itu langsung tenang kala mendengar perkataan Ciandra bahwa ia akan tetap bersama keluarga Ardhitalko.
*******
Selang beberapa minggu, Diyati telah menetap di rumah yang tak jauh dari rumah Ardhitalko. Reyno telah membuktikan perkataannya guna membelikan tanah dan rumah untuk Diyati. Tentang Claudia, gadis itu akan terus tinggal bersama keluarga Ardhitalko di rumah mewahnya dan bisa bertemu Diyati beberapa kali dalam seminggu.