Di rumah megah Ardhitalko, tampak dua pemuda tengah mengobrol di ruang tamu dengan dua cangkir kopi dan semangkok cookies. "Tadi, gue nggak sengaja nabrak cewek cantik banget di depan perpustakaan!" ucap Ardian sebelum menggigit cookies.
"Ha? Siapa?" tanya Falko.
"Gue kagak tau namanya, yang gue tahu itu wajahnya, luar biasa cantik banget!" jawab Ardian.
"Bagaimana ciri-cirinya?"
"Kulitnya putih, hidung mancung bibir tipis dan punya rambut hitam lurus sepinggang!" jelas Ardian sembari mengunyah camilannya. Merasa ciri-ciri itu mirip sang adik, Falko pun berteriak memanggil Claudia yang berada di balkon.
"Iya kak?" jawab Claudia menghampiri Falko. Mendengar suara perempuan, Ardian pun menengok. Netranya menatap Claudia yang memakai celana jeans dan blouse pink beserta rambut tergerai berdiri di hadapannya. "Kamu!" Claudia terkejut mendapati keberadaan Ardian.
"Ka... mu.. Yang tadi saya tabrak kan?" tanya Ardian tak percaya.
"Iihh.. Kak Falko kenapa bawa dia ke sini sih? Aku kesel sama dia! Dia udah nabrak aku tadi sampai buku aku berjatuhan dan dia nggak mau bantu ngambilin! Hisshh!" gerutu Claudia menunjuk wajah Ardian.
"Eh maaf. Gue nggak bermaksud begitu tadinya!" elak Ardian.
"Halah alesan!"
"Aku nggak bawa dia ke sini, tapi dia sendiri yang mau ke sini!" jelas Falko memakan sisa cookies di mangkok.
"Hih.. Pokoknya aku kesel sama dia! Bawa dia keluar dari sini!" pinta Claudia berbalik badan lalu kembali ke balkon.
"Galak banget adik lo!" cibir Ardian seraya menghabiskan kopinya.
"Dia emang kayak gitu!" jawab Falko.
"Tapi dia cantik!"
"Lo suka sama dia?" Falko bertanya dengan lirikan tajam.
"Sebenarnya iya!" bisik Ardian.
"Permisi.... Claudia!" teriak seseorang dari luar mengalihkan atensi dua lelaki itu. Falko beranjak dari sofa untuk membuka pintu.
Cklek..
"Kelly," sambut Falko.
"Kak Falko!" balas Kelly. Mereka saling bertatapan sejenak.
"Silakan masuk!" Kelly dan Drena pun memasuki rumah megah Ardhitalko. "Claudia ada di balkon lantai tiga, kamu susul aja dia!"
"Oke, Terima kasih!" ucap Kelly. Ia dan Drena pun menaiki anak tangga. Saat di lantai 2, mereka dikejutkan oleh piala dan tropi milik Claudia yang memenuhi lemari kaca. Drena dan Kelly tak menyangka gadis yang baru mereka kenal ternyata telah memiliki banyak prestasi.
"Ssstt.. Jangan bicara, kita kagetin dia!" bisik Kelly pada Drena yang telah berada di balkon lantai 3. Kakinya melangkah sangat pelan menghampiri Claudia.. Tangannya melengkung ke depan, bersiap menepuk bahu Claudia guna mengejutkan dia.
"Hemm.. Apaan?" Rencana Kelly gagal seketika kala Claudia mengetahui keberadaannya.
"Ishhh. Kenapa kamu bisa tau kalau ada kita sih? Padahal kita mau ngagetin kamu loh!" ujar Kelly.
"Pendengaranku tajam!" jawab Claudia menyeruput es di tangannya. "Em.. Kalian silakan duduk!" Kelly dan Drena duduk di kursi balkon. Claudia menghampiri Bi Inah, asisten rumah Ardhitalko. "Bibi, tolong buatkan jus mangga 2 gelas, nanti antar ke balkon!"
"Siap Nona!" jawab Bi Inah. Gadis 13 tahun itu kembali menjumpai kedua temannya.
"Di ruang tamu tadi ada siapa?" tanya Drena.
"Temen Kakak aku yang ngeselin banget!" jawab Claudia.
"Hah? Emang kenapa?" tanya Kelly penasaran. Claudia menceritakan kekesalannya pada Ardian. Ceritanya sempat terjeda kala Bi Inah mengantarkan jus mangga untuk Kelly dan Drena.
"Terima kasih Bi!" ucap Claudia. "Silakan minum!" Ia melanjutkan ceritanya.
"Lo habis ngomongin gue ya?" Ardian berdiri di samping Claudia. Hal itu sontak mengalihkan atensinya.
"Kenapa lo ke sini sih? Sana sama Kakak gue!" jawab Claudia dengan tegas.
"Suka-suka gue lah!" jawab Ardian santai. Claudia beranjak dari kursi dengan tangan mengepal.
"Iiihhh.. Daritadi lo bikin kesel mulu sih. Lagian lo ngapain juga ke sini, sih?Padahal nggak ada yang nyuruh lo. Hisshh pergi sana!" Claudia mendorong tubuh Ardian. Namun, tidak bisa. Pemuda itu terlalu kuat menahan diri. "Pergiiii!"
"Tidak mau!" tolak Ardian.
"Terus lo mau apa?" tanya Claudia tegas.
"Gue ke sini mau minta maaf sama lo atas kelakuan gue tadi!" ucap Ardian tulus.
Claudia menepuk jidat. "Aiihh.. Kenapa harus sekarang... Hish? Gue udah maafin lo, tapi sekarang lo harus pergi dari sini jangan ganggu gue lagi, oke? Kalau lo nggak mau pergi, selamanya gue nggak bakalan maafin lo!" pinta Claudia disertai ancaman. Tanpa berkata apapun, Ardian pergi.
"Galak banget kamu, Clau! Dia kan jadi takut!" cibir Drena. Claudia kembali duduk dengan kedua temannya.
"Bodoh amat. Kesel gue sama dia!" Claudia memutar bola mata sembari melipat tangan di dada.
"Sudahlah. Jangan galak-galak!" Kini Falko yang berbicara. Ia baru saja datang tanpa permisi.
"Apakah dia sudah pulang?" tanya Claudia.
"Sudah!" jawab Falko. Claudia menghela napas lega.
"Huftt.. Syukurlah!" Di sela pembicaraan itu, ada dua insan yang saling tersenyum bertatapan. Siapa lagi jika buka Falko dan Kelly yang saling melirik tanpa sepengetahuan Claudia dan Drena. Mereka lebih memilih menatap pemandangan sekilas kota Jakarta dari balkon.
Di sana ada angin segar yang menerpa kulit. Membuat kenyamanan tersendiri bagi seorang Drena. Ia belum pernah berada di ketinggian seperti sekarang. Itulah yang membuatnya memilih bungkam sembari menikmati pemandangan. "Oy.. Permisi!" ucap Ardian kembali menghampiri mereka. Claudia yang mengtahui itu pun sontak memutar bola matanya.
"Lah, lo kan udah pulang, kenapa ke sini lagi?" tanya Falko.
"Maaf.. Maaf, gue lupa belum minta nomor hp adik lo!" jawab Ardian berbisik.
Claudia berdiri tegap siap berdebat dengan lelaki itu. "Lo.. Kenapa ke sini lagi sih.. Hisshh!" Ia melipat tangan di dada.
"Jangan marahlah. Gue ke sini cuma mau minta nomor hp lo! Bolehkan?"
"Gak. Nomor hp gue itu privasi!" jawab Claudia.
"Alah. Ayolah plis, kali ini aja gue minta sama lo habis ini gue pulang!" rengek Ardian. Semua yang melihatnya hanya bungkam.
Karena sudah sangat kesal, Claudia menyodorkan handphone-nya pada Ardian. "Nih, nomor hp gue, tulis cepat dan pergi dari sini!" Ardian menerima handphone Claudia. Dengan cepat ia memasukkan nomor whatsapp Claudia.
"Terima kasih!" ucap Ardian lalu pergi tanpa mengembalikan handphone Claudia.
"Woi hp gue dodol! Bawa sini!" Claudia berlari mengejar Ardian. Beruntung, pemuda itu tidak tuli. Jadi bisa mendengar teriakan Claudia yang menghentikan langkahnya.
"Nih handphone lo, maaf gue lupa tadi!" Ardian mengembalikan benda pipih itu pada Claudia.
"Lupa atau mau maling, lo ini? Ada-ada aja sih!" gerutu Claudia.
"Lupa!" jawab Ardian menyugar rambut sebelum pergi.
"Hish.. Dahlah pergi sana, jangan kembali lagi ye!" usir Claudia.
"Ih.. Bodoh amat," jawab Ardian sembari berjalan.
"Gimana, udah selesai belum masalahnya?" tanya Drena.
"Udah!" jawab Claudia. Ia memasukkan hpnya di saku. Netranya tak sengaja menangkap Falko yang menduduki kursinya dekat Kelly. Tampaknya dua insan itu telah banyak mengobrol tanpa sepengetahuan Claudia. "Woi Kak! Minggir, itu tempat gue! Kakak ambil kursi sendiri sana!" usir Claudia. Falko berdiri mempersilakan Claudia duduk kembali.
"Lo ganggu banget, sih!" bisik Kelly merasa terganggu dengan kedatangan Claudia. Pasalnya, sedari tadi Ia duduk berdekatan dengan Falko dan itu membuatnya nyaman. Namun, kenyamanan itu pudar kala Claudia mengusir sang Kakak.
"Lo mau berduaan sama Kakak gue? Ya udah sana ikutin dia!" ucap Claudia.
"Kagak deh."