SENJA YANG INDAH DI TANAH KAYA
Aku hidup dalam kesederhanaan, aku tinggal di salah satu kota besar, Yogyakarta. Aku tinggalkan kebisingan Kota Jakarta untuk hidup berdua dengan istri dan bidadari kecilku. Seni, pendidikan, serta keramahan di Kota ini membuatku jatuh cinta, seperti cintaku pada gadis Yogya yang mampu mengusik hidupku dan aku berani untuk memutuskan hidup bersama dengannya. Gendhis Nurmala. Gadis yang telah menjadi istriku, menjadi bunda dari peri kecilku. Namun, Tuhan lebih sayang dengannya. Dia memeluk Gendhisku dalam keabadian. Senja Nurmala Wibowo. Gadisku yang tumbuh dalam alunan merdu seni yang mengalir dalam darahnya. Aku Budisanto Wibowo. Tumbuh sebagai guru piano, aku menularkan hobi dan kecintaanku kepada Senja, aku berharap kelak Senjalah yang membawa music dan kecintaanku kepada piano ke dunia luar sana. Gadisku tumbuh dalam keistimewaan, aku mencintainya. Anakku sangat luar biasa, dia tumbuh dalam anugerah Tuhan, dalam keadaan “autisme”. Aku mencintainya, sangat amat mencintainya. Tidak ada yang mampu mengerti diriku seperti dirinya.
Ketika Senja memasuki usia sekolah, aku berharap dia bisa bersekolah seperti anak pada umumnya, namun aku salah. Banyak sekolah yang menolak anakku. Gajiku sebagai guru les panggilan mengajar piano tidak seberapa. Aku ambil keputusan, aku akan memberikan yang terbaik untuk peri kecilku walaupun aku tak tau apakah uangku akan cukup atau tidak. Aku yakin rezeki anakku akan selalu ada. Setiap hari aku dengarkan alunan piano dalam keseharian anakku, Senja tidak seperti anak Autisme pada umumnya, dia akan memusatkan perhatian pada orang yang memainkan instrument, terutama piano. Senja mengenal piano dari usia tiga tahun, ketika dokter mendiagnosa bahwa putriku menjadi anak yang istimewa. Aku mengajarkannya, mengenalkannya dan melatihnya setiap pagi dan sepulang dia bersekolah. Anakku akan senang ketika aku mengajaknya bermain piano ketika senja datang, ketika matahari memasuki peraduannya untuk terlelap. Senja sangat indah, seindah Senja-ku.
Senja bersekolah dari SD hingga SMA disekolah khusus, aku tidak menyembunyikannya dari dunia luar. Senjaku terlalu indah untuk ku sembunyikan. Satu ketika, aku menghadiri kelulusan putriku dari SMALB 01 Pagi Yogyakarta, dia mengisi pentas seni, dia dipilih karena bakatnya, bakat pianonya. Senjaku memainkan instrument piano, lagu Rindu kemudian Bunda, lagu yang akan dia mainkan ketika dia merindukan Ibunya. Aku menangis dalam diam, ternyata putri kecilku masih menyimpan memori lagu itu dengan baik. Ayah bangga padamu Senjaku. Penampilan Senja ditutup dengan sangat apik, dia menuruni tangga panggung dan memelukku. Peri kecilku juga menangis, sambil berkata “A-ya-h.. a-ku me-rin-dukan I-bu. A-ku i-ngin I-bu ta-u bah-wa a-ku ber-la-tih ke-ras ha-nya un-tuk I-bu Yah”. Hati sekeras apapun akan luluh, dia sangat tidak bisa menyembunyikan apapun dalam hatinya. Anakku tidak akan berbohong, karena aku tau dia akan berkata sejujurnya padaku. Aku menangis, aku menangis haru. Aku menjawab “ayah bangga sama kamu nak, Ibu juga pasti senang melihat Senjanya begitu bersinar sekarang”.
Hari ini menambah ilmu untukku, ilmu yang sangat berharga. Aku belajar banyak dari Senja dan teman-temannya. Bahwa hidup tidaklah harus berpura-pura. Tuhan menciptakan kekurangan, disitulah kelebihan terlihat. Kelebihan yang hanya ada pada anak berkebutuhan khusus. Anakku, sangat amat berharga. Senyumnya, dentingan piano yang berasal dari setiap jarinya, langkahnya, semangatnya, cintanya. Oh Nak, aku sangat amat sayang kepadamu. Semenjak lulus dari bangku SMALB, Senja hanyalah menemaniku untuk mengajar les piano. Muridku sudah mengetahui bahwa anakku “istimewa” dan itu tidak membuat mereka takut. Bahkan terkadang mereka menciptkan instrument yang sangat indah. Membuat lagu anak-anak yang sekarang sudah sangat jarang.
Suatu hari, ketika Senja memainkan piano ditempatku mengajar. Mr. Larry kebetulan melihat dan mendengarnya, dia sangat terkagum akan bakat anakku. Mr. Larry merupakan WNA asal Inggris yang memutuskan untuk menjadi WNI dan tinggal di Yogya bersama keluarga kecilnya, seperti diriku. Mr. Larry berkata “San, bolehkan aku mengajak anakmu untuk mengikuti ajang Internasional Pianis terbesar di Inggris?”.
Aku : “Saya sangat bangga dan berterimakasih atas apresiasi anda Sir, tapi bolehkan aku menanyakannya dulu kepada Senja?”.
Mr. Larry : “Ya tanyankanlah. Panggil putrimu kesini, aku membutuhkan keputusan yang cepat, karena aku harus mengurus data peserta lain juga, yang akan mewakili Indonesia diajang tersebut San”
Aku : “Senja.. kemari sayang. Dengarkan ayah, Mr. Larry menawarkan kesempatan bagus. Kamu akan mengikuti Lomba Pianis Internasional di Inggris nak, mewakili Indonesia. Apakah kamu mau nak?”
Senja : “Iya-kah ay-ah? I-ya a-ku mau a-yah, ta-pi ay-ah ha-rus i-kut de-ngan-ku”
Mr. Larry : “:Iya tentu, Ayahmu juga akan ikut. Kita akan pergi bersama nak”
Aku : “Terimakasih banyak Sir”
Mr. Larry : “Tentu. Bakat anakmu sangat luar biasa. Berlatihlah, perisapanmu hanya 30 hari lagi.”
Aku : “Tentu Sir. Tak akan aku dan Senja sia-siakan”
Aku dan anakku berlatih sangat giat. Hari itupun tiba, aku dan anakku bersama dengan perwakilan Indonesia lainnya. Anakku mendapatkan nomor urut 14, tanggal pernikahanku dengan Ibunya. 14 Febuari. Ketika Senja akan tampil, banyak mata yang memandangnya remeh, dia tak akan mengerti tatapan apa itu. Senja hanya menggemgam tanganku dan tersenyum sambil berkata “A-yah, a-ku akan tam-pil yah. Doa-kan aku. Li-hat a-ku dan jangan ting-galkan a-ku”. Aku hanya menjawab dengan senyum dan kecupan di dahinya. Ketika Mc memanggil namanya “Mohon perhatiannya para tamu dan juri, sambutlah gadis istimewa dari Indonesia Senja Nurmala Wibowo, dengan lagu Senja yang Indah di Tanah Kaya”. Dia mengalunkan dentingan piano sangat indah, sangat teramat merdu, lagu klasik yang dapat membius siapapun yang mendengarnya. Ketika dia selesai memainkan lagunya, semua penonton berdiri dan bertepuk tangan dengan meriah. Mr. Larry sampai meneteskan air matanya sambil merangkul bahuku, dia berkata “She is your daughther San, aku bangga, dia begitu cantik dan memukau”. Aku hanya diam, diam tanpa berkata apapun, aku teramat senang, senang dan tak terungkapkan dengan kata-kata. Hanya ucapan syukur dan doa melantun dari mulutku.
Ketika Senja selesai dia menuruni panggung dengan dibantu oleh Mc dan panitia, dia menghampiriku dan memelukku. Anakku grogi, tangannya bergetar, dan tubuhnya berkeringat. Aku memberikannya minum dan pujian, dia sangat membuatku bangga. Pengumuman lomba tersebut datang, nama anakku menempati posisi kedua. Dalam sejarah perlombaan ini hanya anak-anak normalah yang akan jadi pemenangnya, tapi tidak pada malam ini. Senja-ku kembali bersinar, dia bersinar untukku, Ibunya, dan Negaranya. Penampilannya sangat dipuji-puji, banyak pihak yang terpukau akan Senjaku. Aku bangga, aku cinta akan anakku. Terimakasih Tuhan untuk semua Nikmat-Mu.
“Ketika kau dititipkan sesuatu oleh sang Pencipta, rawatlah, jagalah, berikan kesempatan yang sama, jangan batasi dia akan kreatifitasnya, akan bakatnya. Jangan atur dan sembunyikan dia dari indah dan luasnya dunia luar. Bimbinglah dia, arungi langkahnya dengan dukungan dan doamu.” (Budisanto Wibowo- seorang Ayah dengan SENJA-nya yang luar biasa).
-TAMAT-
-Neng Murani-