Senin pagi di tengah kepadatan ibu kota. Seorang pelajar laki-laki dan perempuan berseragam Sekolah Menengah Atas mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Terlihat bahwa mereka sedang terburu-buru.
Sesampainya mereka di SMA Nusa Bangsa sang gadis turun dari motor dengan wajah merah padam. Sedetik kemudian dia berteriak kepada laki-laki di hadapannya.
"KAK DANIEL GILA YA?" Teriak gadis itu, yang di panggil Daniel malah tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"KALO KETANGKEP POLISI GIMANA KAK? IYA KALO KETANGKEP, KALO MATI?" Teriak gadis itu lagi dengan suara cemprengnya
"Nyatanya kita selamat kan?" Ucap Daniel sambil tersenyum lebar
"Susah ya kalo ngomong sama orang gila!" Ucap gadis itu sambil berjalan pergi. Dia Adira Thalita, Siswi ajaran baru di SMA Nusa Bangsa. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, tapi karna kakaknya itu dia hampir saja terlambat ke sekolah.
Selama perjalanannya menuju kelas Dira tak henti-hentinya mengumpati kakaknya itu. Sebenarnya ia sudah siap dari jam 6 pagi, namun Daniel terlalu lama berada dikamar mandi sehingga mereka baru berangkat pada pukul 6 lebih 45 menit. Membuat Daniel mau tidak mau melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata agar mereka tidak terlambat.
Karena sibuk menggerutu tak terasa Dira sudah berdiri di depan kelasnya yaitu 10 MIPA 4. Dia masuk ke dalam kelasnya, lalu pandangannya bergerak untuk mencari tempat duduk, sampai detik berikutnya tanpa sengaja matanya tertuju pada gadis yang duduk sendirian di pojok kanan barisan kedua. Itu adalah sahabatnya Nasya. Tanpa pikir panjang ia segera menghampiri sahabatnya itu.
"Nasya!." Panggil Dira.
Gadis yang bernama Nasya tersenyum, "Kita satu kelas?." ia bertanya.
"Menurutmu?." Dira balik bertanya.
Nasya terkekeh, "Sini duduk sama gue." Titahnya. Dengan segera Dira duduk pada bangku kosong yang berada disebelah Nasya.
Tak beselang lama bell berbunyi, kemudian disusul dengan suara pengumuman yang ditunjukkan untuk siswa baru agar segera menuju ke lapangan sekolah.
"Ayo ke lapangan." Ajak Nasya.
Kedua perempuan itu bergegas menuju ke lapangan yang memang hanya berjarak beberapa meter dari kelas Dira. Sesampainya disana sudah banyak siswa-siswi ajaran baru yang sedang berbaris. Adira dan Nasya berdiri dibarisan tengah namun tidak terlalu ke belakang sehingga masih bisa melihat arah depan. Ia bisa melihat para osis yang berdiri di depan, bahkan Daniel pun ada di sana. Kemudian terdengar sebuah suara yang mengalihkan perhatian mereka semua.
"Selamat pagi adik-adik." Sapa seorang laki-laki yang berdiri dipodium.
"Dia siapa?." Tanya Nasya penasaran.
"Kak Arion." Jawab Adira, karena memang ia mengenal lelaki itu. Dira ingat pernah bertemu Arion beberapa kali, meskipun tidak pernah saling bicara.
Nasya ber-oh ria, "Oh dia ketua osis, ganteng ya?." Adira mengangguk, karena memang kenyataannya Arion itu tampan walaupun ia memakai kaca mata. Namun bukan itu yang menjadi perhatiannya, Dira malah salah fokus pada laki-laki yang baru saja datang dan bergabung di barisan osis.
"Ternyata ada yang lebih parah dari kak Daniel." Gumamnya.
"Hah? Apa?." Nasya tiba-tiba menyahut.
Mata Dira mengarah pada laki-laki itu, "Dia siapa ya?." Tanyanya.
Nasya mengangkat bahu, "Mana gue tau."
"Gue tau." Sahut teman Dira yang berdiri dibelakang mereka, membuat kedua perempuan itu refleks menoleh ke belakang.
"Ah iya, kenalin gue Dara." Ia memperkenalkan diri.
Dira tersenyum, "Hai, aku Dira dan dia Nasya."
"Oke, nice to meet you." Ujar Dara.
"Jadi apa yang lo tau, Dar?." Tanya Nasya.
"Kalian pengen tau tentang laki-laki yang tinggi itu kan? Gue kenal dia, dia sepupu gue." Ucap Dara.
"Siapa namanya? Dia emang biasa telat gitu ya?." Tanya Dira.
Dara terkekeh, "Iya, itu kak–"
"Ssst.. Jangan berisik." Entah datang dari mana tiba-tiba ada seorang anggota osis yang menyuruh mereka diam. Akhirnya ketiga orang itu memilih diam.
Setelah sesi apel selesai semua siswa diminta untuk menuju ke kelas masing-masing. Setiap kelas akan di dampingi oleh dua osis. Kelas Dira diisi oleh kak Ryan dan kak Audy. Hari pertama Dira disini sangat menyenangkan. Dia sangat menikmati masa pengenalan sekolah di SMA. Hingga tanpa terasa bell pulang telah berbunyi.
"Lo pulang sama siapa, ra?." Tanya Nasya.
"Kak Daniel." Jawab Dira.
"Ya udah gue pulang dulu ya." Pamit Nasya kemudian ia keluar dari dalam kelas.
Dira bergegas memasukkan bukunya ke dalam tas. Kemudian ia keluar kelas untuk menghampiri kakaknya. Sesampainya didepan kelas ia tidak melihat keberadaan kakak tercintanya itu. Kelasnya terlihat sudah kosong, hanya ada beberapa kakak kelas perempuan. Dengan segenap jiwa dan raga Dira memberanikan diri untuk bertanya pada salah satu kakak kelasnya.
"Permisi, mau nanya kak Danielnya apa udah pulang ya?." Tanya Dira pada kakak kelas yang bertubuh sedikit berisi.
"Dia kan osis dek, mungkin aja masih di ruang osis." Jawab kakak kelas perempuan itu.
"Gitu ya, makasih kak." Ucap Dira, setelah itu ia berbalik dan berjalan menuju ruang osis. Untung saja dia tau dimana ruang osis. Setelah berjalan beberapa menit kini Dira sampai di depan ruang osis. Dia mengirim pesan pada Daniel tetapi tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Mau tidak mau Dira memilih menunggu hingga kakaknya keluar. Namun hampir satu jam ia berdiri disini kakaknya tak kunjung keluar. Akhirnya Dira memutuskan untuk mengetuk pintu ruangan itu.
Tok...tok...tok...
"Masuk." Setelah mendengar jawaban itu dia segera masuk ke dalam. Saat Dira masuk, dia terdiam karna di dalam kakaknya itu malah bermain game bersama lima orang temannya.
Dengan perasaan kesal dia menghampiri kakaknya, "KAK DANIEL." Panggilnya, semua orang diruangan itu menoleh pada Dira. "Aku nunggu di luar satu jam loh." Ucap gadis itu geram.
"Bentar-bentar nanggung." Jawab Daniel dengan mata masih fokus pada gamenya.
"Kata kak Daniel ada rapat osis, ini yang namanya rapat osis ya?." Dira bertanya dengan nada menyindir.
"Rapatnya udah selesai dari tadi dek." Jawab Arion.
"Biasalah anak-anak yang males pulang, jadi sengaja dilama-lamain disini." Imbuh Ryan.
"Ya udah, ayo pulang." Ajak Dira pada Daniel.
"Tunggu bentarlah, nanggung ini." Pinta Daniel. Mendengar itu Adira mendengus.
"Sini duduk dulu dek." Suruh laki-laki yang duduk disebelah Daniel.
"Atau mau duduk di pangkuan abang?." Tawar Ryan yang disambut jitakan dari Arion.
"Gak usah ngaco." Ryan menunjukkan deretan giginya. "Duduk aja dek gapapa" Titah Arion. Akhirnya mau tidak mau Dira duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan seorang laki-laki yang menurut Dira wajahnya terlihat sangat familiar. Seolah menyadari ditatap lama oleh Dira orang itu balik menatapnya. Ia terlihat menaikkan satu alisnya seolah tanda bertanya apa?.
Dengan cepat Dira mengalihkan pandangannya. Ia berusaha sebaik mungkin agar tidak terlihat terang-terangan menatap lelaki itu. Matanya bergerak menjelajahi seisi ruangan ini.
Tiba-tiba lelaki itu berdiri. "Gue mau balik." Ucapnya. Adira kembali menatap laki-laki itu dalam diam.
"Tumben amat?." Tanya Ryan.
"Mama gue udah nyariin." Setelah mengatakan itu dia melakukan tos dengan teman-temannya, kemudian ia keluar dari ruangan itu. Mata Dira tidak pernah lepas dari laki-laki itu hingga sang empu benar-benar hilang dari pandangannya. Entah kenapa ada perasaan ingin tau di dalam benak Adira tentang lelaki itu.