There is so much thing that i’m trying to do
There is so much word that i’m trying to say.
—The Overtunes, So Much
• • •
"CARI Sephia?"
Satu hal yang paling Zoe tidak suka dari Adit, lelaki itu memiliki tatapan yang sulit Zoe terjemahkan namun sedikit membuatnya takut. Manik mata biru itu menyorot tegas, tajam, nelangsa, hangat, pokoknya perpaduan yang mampu siapapun yang baru melihatnya merasa terintimidasi dan bingung di waktu bersamaan. Tapi, hanya sekejap mata, beberapa detik kemudian akan menggiring sosok Adit seperti orang Eropa yang ramah.
"Bukan, tadi saya baru mau mengetuk pintumu."
Hari ini harusnya Sephia dan Zoe tidak ada kelas pagi, jadi pagi ini Zoe sedang guling-guling santai dan menyicil tugasnya. Tapi tidak berlaku bagi Sephia, sahabat Zoe yang satu itu termasuk salah satu aktivis kampus semenjak putus dari pacarnya dari sebulan yang lalu. Kini Sephia senang berorganisasi, mengikuti unit kemahasiswaan, dan apapun yang dapat membuatnya sibuk. Sepertinya Adit pasti mengetahui hal itu.
"Kenapa?"
"Waktu saya memberimu buket bunga–"
Zoe segera menyergah. Ia takut Adit merasa salah paham karena semalam ia langsung menerima dan tidak memberikan sepatah kata pun. Maksud Zoe, saat Adit memberikan itu, rasanya sangat mengantuk dan ingin segera tidur. "Aku tau, titipan dari Alfred ya? Sephia yang bilang."
"Al ... Al? Siapa?"
"Alfred, pacarku. Cuma dia yang tau kalo aku suka bunga daisy."
Adit berdeham, dari gelagatnya cowok itu sedang merangkai kalimat untuk dijelaskan secara hati-hati. "Gini Zoe, kayaknya saya salah kasih. Memang sama-sama bunga daisy, sama jenis, tapi beda warna."
Bunga daisy memang banyak jenisnya. Zoe tahu itu, karena Alfred selalu memberi jenis bunga daisy berbeda untuk Zoe. Ada english daisy, gerbera daisy, marguerite daisy, oxeye daisy, painted daisy, swan river daisy, dan shasta daisy. Tentu dengan warna-warna yang menarik.
"White oxeye daisy untuk Sia, Aloysia, pacar saya." Lalu Adit menyodorkan paper bag berwarna cokelat yang sedari tadi dia genggam. "Pink oxeye daisy, untukmu."
Zoe malu. Perlahan rona merah muncul ke pipi sampai menjalar ke telinga. Rasanya, ingin cepat menghilang dari hadapan Adit. "Maaf, ya."
Ah, jangan lupakan instastory Zoe, sepertinya ia harus berterima kasih kepada filter Instagram dramatic B&W yang dapat menyelamatkan kesalahpahaman hubungan Zoe dengan Alfred.
Apa yang akan Alfred pikirkan jika ternyata ia memposting instastory potret bunga daisy bukan pemberian darinya, melainkan dari Adit?
"Saya yang seharusnya minta maaf. Ini kesalahan saya, waktu itu juga saya lagi buru-buru," ujar Adit.
Belum sempat Zoe membuka mulut ingin merespons Adit, denting notifikasi dari ponsel Adit langsung menjadi atensi di antara keduanya. Mereka, Adit dan Zoe saling bersitatap, sebelum akhirnya Adit memberikan kode pada Zoe dengan gestur seolah berbicara, "Sebentar ya, mau angkat telepon dulu."
Zoe mengangguk, membiarkan Adit menjauh untuk mengangkat telepon. Meski dalam posisinya, Zoe masih bisa mengamati ekspresi Adit dengan jelas dari arah samping. Seperti kebanyakan orang ketika dilanda penasaran, Zoe mengamati ekspresi Adit dengan saksama. Tanpa diduga, suara Adit terdengar berseliweran dihempas udara, meski terdengar kecil tapi telinga keledai Zoe menangkap dengan jelas.
Adit sedang menerima telepon dari Sia, yang beberapa menit lalu Adit mendeklarasikan nama tersebut merupakan nama pacarnya. Meski Adit berbicara dengan menggunakan Bahasa Jerman, satu hal yang bisa Zoe tangkap bahwa Adit kini sedang memaklumi kesibukan Sia.
Adit memasukkan ponsel ke saku jeans hitam yang dia kenakan, kemudian lelaki itu melipat lengan kemeja abu-abu tua sampai siku. Adit mendekati Zoe dengan senyum kecil. "Sorry, ya. Saya curi waktunya bentar buat angkat telepon."
Tidak masalah. Zoe mengangguk paham. "White oxeye daisy-nya aku ambil dulu ya."
"Tidak usah, untukmu saja."
Padahal ini bukan pertama kalinya Zoe berbicara dengan Adit. Namun lelaki itu masih berbicara kaku terhadap Zoe. Entah memang zona nyaman Adit, atau belum akrab saja? Ya meski sebetulnya Adit lebih tua empat tahun darinya, harusnya wajar, ya? Tetap saja kurang nyaman untuk Zoe.
"Makasih, Dit!"
"Tapi ada syaratnya, sore ini saya culik sebentar."
Culik? Kenapa mesti bilang-bilang!
Zoe tahu itu gurauan, dengan senang hati ia membalas, "Tapi jangan biarin yang di perut kelaparan ya!"