Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lupa Rasa Malu
MENU
About Us  

    Siang itu langit begitu cerah. Begitupula suasana hatiku yang sangat bahagia karena memiliki dua orang sahabat yang sangat menyayangiku. Walaupun seringkali bertengkar gara-gara hal sepele tetapi karena hal itu persahabatan kami sangat berwarna. Tasha adalah sahabatku sejak kecil, dia sangat mengenalku. Maka dari itu dia tahu apapun yang aku rasakan walau aku menyembunyikan apa yang dianggap tidak penting. Selanjutnya Wulan, dia adalah sahabat sejak aku duduk di bangku kelas 1 SMA. Dia bagaikan ibu-ibu yang sangat cerewet, itu karena ia ingin yang terbaik untukku. Kedua sahabatku tersebut memiliki sifat yang berbeda Tasha adalah seseorang yang kalem jika kalian tidak mengenalnya, berbeda dengan Wulan yang mudah akrab dengan orang lain. aku beruntung dapat mengenal mereka.

“aduuuhh mana sih yang katanya mau jemput kita? Kok lama? aku kan pegel nungguinnya.” aku menggerutu.
“Yaelah sabar kali dek. Kakak aku masih dijalan nih.” Tasha menenangkan.
“Mana ada seorang Kania sabar.” Wulan meledek.
“Oke aku akan mencoba untuk sabar.”
    Beberapa menit kemudian seseorang yang kami tunggu pun akhirnya datang. akhirnya kami bergegas untuk pulang.
“Kita mau kemana nih?” Tanya kak Reza.
“Ke rumah dulu deh kak. aku mau ngambil sesuatu.” Jawab Tasha.
“Tungguu, tungguuu, tungguuu.” Wulan heran.
“ada apa lagi sih des?” aku ikut bingung.
“Kenapa gak anterin kita pulang dulu Sha? aku sama Kania kan disini nebeng.” Tanya Wulan.
“Oh iya aku baru sadar. Kenapa Sha?” aku penasaran.
“Loh kalian lupa hari ini mau anterin aku ke Bandung sekalian kita main?”
“Ehhh iya bener pantesan tas berat banget, aku kan bawa baju niatnya mau nganterin kamu.” Kata Wulan.
“Ohhh kita mau ke universitas yang kamu daftar itu ya? Kok aku lupa ya.” aku heran.
“Kalian pelupa deeh. Jadi kan?” 
“Okeee caaawww.” Ucapku dan Wulan. 
    Di sepanjang perjalanan kami tak henti-hentinya bercerita sampai membuat kak Reza sakit telinga. Hehe, maafkan kami kak. Kakak kan tahu kalau kita sudah bersama suasana tidak akan tenang karena kami berisik. Kanianya kota Bandung membuatku terkagum-kagum dan rasanya aku tak ingin cepat pulang. Saking kagumnya kami kepada kota Bandung membuat kami lupa satu hal, kami masih pakai seragam SMa.
“Heeeyyyy! Tungguuuuu!” aku mengagetkan.
“astaga kamu ngagetin tau! ada apa sih?” tanya Wulan.
“Kita masih pake seragam guys!!!” Ucapku.
“Ya ampun kita lupa berhenti di rest area buat ganti baju gimana doooong?” Tasha panik.
“Udahlah kalian jangan panik gitu deh.” Kak Reza menenangkan.
“Oh iya. Kakak punya solusi gak?” Tanyaku.
“Kalian tinggal ganti baju di kamar mandi kampus apa susahnya.” Kak Reza selalu tenang.
“astaga kak! Gimana kita bisa tenang kalau kakak nyaranin hal yang memalukan kita?” Tasha semakin panik.
“aduuuhhh kakak mah gak bener terus nyaraninnya. Kakak bisa baca kan? Liat tulisan itu ‘Dilarang masuk kecuali Mahasiswa dan Karyawan’ Kalau kita dandanannya gini. Kita bakal ketahuan banget dan ditendang -_-” Jelasku.
“Yaudah lah guys kita turutin aja Kak Reza. Kita udah gak punya pilihan lain.” Ucap Wulan yang selalu kagum terhadap kak Reza.
“aku tahu gimana cara buat masuk ke dalam.” Ucap Tasha meyakinkan.
“Gimana?” tanyaku dan Wulan.
“Liat aja.”
    awalnya aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Tasha dan memang tak terbayangkan. Dia akhirnya memberitahu kakak kelas kami dulu. Kamipun melangkah sampai gerbang karena diberhentikan oleh satpam.
“Maaf dek. Kalian tidak bisa masuk kare….” Ucapan pak satpam pun terpotong.
“Tasha, Kania, Wulan sini masuk!” Teriak kak Putra.
“Oh itu kakaknya ya dek? Silahkan ikuti saja kakaknya.” Ucap pak satpam.
“Terimakasih pak.” Kata kami bertiga.
“Hey kak.” Sapa kami setelah sampai di hadapan kak Putra.
“Kalian bertiga kesini?” Tanya kak Putra.
“Enggak kak. Itu kita dianter kakaknya Tasha.” Jawabku.
“Oh baguslah. Kakak khawatir kalau kalian cuma bertiga kesini.”
“Ya ampun kak kita bertiga kan udah gede.” Tasha menyangkal.
“Haha yakin? Gak keliatan sih.”
“Serah deh.” Kami jutek.
“Oh iya kakak mau pindahin motor dulu nih. Tasha ikut, kalian berdua tunggu disini kita gak akan lama.”
“Loh kita ditinggalin nih? Tahu gak? Kita takut kak (” ucapku.
“Udah jangan takut. Gak aka nada apa-apa. Kita sebentar kok.” kak Putra menenangkan.
    Mereka berdua pun pergi meninggalkan 2 gadis imut yang tak bersalah. Sambil mencari kamar mandi dimana aku dan Wulan tertunduk takut melihat banyak gerombolan pria menyeramkan. Oh ya ampun ini bukan Kania dan Wulan yang biasanya.
“aduh lan aku takut.” Bisikku.
“Tenang dek tenang kita gak akan kenapa-napa. Tapi sebenarnya aku juga takut.” Wulan labil.
“Tapi kenapa kita takut? Padahal biasanya kita cuek-cuek aja lewat depan siapapun.”
“Entahlah mungkin kita lelah.” Wulan ngawur.
    Entahlah apa yang Tasha dan kak Putra lakukan setelah memindahkan motor, mereka lama sekaliiii. Beberapa menit terlewati jika kita menghadapinya dengan perasaan tak tenang maka akan terasa berjalan lambat. 
“Hey kalian ayo ikut.” Panggil kak Putra.
“Oh ya ampun kemana aja? Kok lama? Kita takut.” Tanyaku.
“Lah kan udah bilang mau pindahin motor. Gak lama kok. Kalian aja yang gak tenang jadi terasa lama. Udah tenang ada kakak.” kak Putra menenangkan lagi.
    Sambil bejalan menuju ruang Tata Usaha kami berempat bernostalgia tentang apa yang telah kami lalui bersama-sama selama menjadi adik kelas dan kakak kelas. Ya, kami memang cukup akrab saat SMA dulu. Kami pun sering bermain bersama dengan kakak kelas lainnya. Sedang asyiknya kami berbincang…
“Hey adik-adik SMA yang tasnya sama. Sini dong kenalan.” Ucap seorang mahasiswa.
“Ngapain anak kecil ke kampus?” ucap temannya.
“Hahahahaaa…?” mereka tertawa puas.
“Ya ampun kak aku takut.” Ucapku.
“Iya kak kita takut banget.” Lanjut Wulan dan Tasha.
“Udah tenang anak-anakku kalian bersama Papa kok. Bentar deh, bukannya ngegodain orang-orang yang lewat itu kerjaan kalian di SMA ya? ” kak Putra selalu menenangkan, tetapi kali ini sekaligus mengingatkan kelakuan kami di SMA.
"Ahh, iya bener juga. Kita kan suka gitu ke orang." akupun mengingatnya. 
"Mungkinkah ini yang disebut karma?" Tanya Wulan. 
"Iya, sepertinya begitu." Ucap Tasha sambil mengingat. 
"Hahaha, makanya jangan usil. Jadi kena karma kan." Kak Putra mengingatkan. 
    Begitulah pengalaman pertama di universitas yang takkan pernah kami lupakan. Tapi sungguh aneh kita merasa malu gara-gara hal sepele seperti itu, karena biasanya kami tak pernah merasa malu walau dalam keadaan sangat memalukan seperti apapun itu. Bahkan biasanya kami selalu bahagia jika orang lain tertawa karena tingkah kami.
    Setelah selesai urusan di universitas dan berganti pakaian, kami mulai mengelilingi kota Bandung yang sangat tentram ini. Pada awalnya kami bingung akan pergi kemana dan hanya berada dalam mobil berkeliling tak tentu arah. Tetapi pada akhirnya, kamipun mengunjungi salah satu mall. 
"Mau kemana kitaaa?" Ucapku mengikuti Dora The Explorer.
"Cari makan.. Cari makaaan." Jawab Tasha dengan lantang. 
"Woy.. Ini mall jangan malu-maluin dong duuuhh." Wulan mengingatkan dengan wajah tertunduk malu. 
"Oh my god, dia jujur banget. Tanyakan pada peta, tanyakan pada peta." Ucapku melanjutkan gaya Dora The Explorer. 
"Mimpi apa aku ngajak bocah-bocah ini ke Bandung?" Ucap kak Reza pucat dan tak sanggup melihat sekeliling.
Belum sempat kami menemukan tempat makan. Hal yang tak pernah terbayangkan pun terjadi.
"Hey kalian mau kemana?" Tanya Tasha sambil menahan tawa. 
"Kan kita mau ke atas, ini kita mau naik eskalator." Ucapku kebingungan. 
"Iya kenapa sih? Ada apa? Ribet amat, mau kemana lagi? Kita laper banget." Wulan protes. 
"Bukan masalah aku mau belok dulu atau apa-apa yang salah dari aku, tapi coba kalian liat eskalator yang mau kalian naikin. Pfftt." Ucap Tasha semakin mencurigakan. 
Aku dan Wulan pun melihat ke arah eskalator,  betapa terkejut dan malunya aku. Kami salah menuju eskalator. Eskalator yang kami lihat mengarah untuk turun ke tempat kami. Dan di eskalator tersebut penuh dengan orang. 
"Oh my god" Ucapku sambil terdiam sejenak. 
"A.. Kuu ma.. Luu" Ucap Wulan terbata-bata. Akhirnya kami pun berlari ke arah Tasha dan Kak Reza. 
"Laper sih laper tapi fokus neng. Hahaha" Kak Reza puas. 
"Please kak jangan ketawain, kita udah maluuuu. Aaa gimana dooong :(" Ucapku. 
"Malu? Tumben punya malu, biasanya enggak. Tar dulu, ini yang satu kenapa? Shock banget kayaknya. Wkwk" Goda Tasha
"Sssttt, jangan berisik. Aku mau jadi pendiem aja" Ucap Wulan. 
"Hahaha" Tawapun memecahkan keheningan yang ada. 
Dari perjalanan hari ini, kami mendapatkan pengalaman baru yang takkan pernah kami lupakan. Tak pernah kami sia-siakan moment berharga saat mengelilingi kota Bandung. Tak lupa kamipun melakukan hal yang wajib untuk dilakukan, hal itu adalah mengabadikan setiap moment.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Trip
955      481     1     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?
Smitten With You
13454      2335     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.