Read More >>"> Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO) (26. Jaladara ing Kalbu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

(Mendung di Hati)


"Berhenti! Kalian jangan main hakim sendiri! Semua bisa dibicarakan dengan kepala dingin," seruku, mengalihkan atensi warga yang kemudian mendelik kepadaku.

"Siapa kau?! Aku akan menghukum pemuda ini karena dengan beraninya mencuri kudaku!" balas pria jangkung dengan pakaian kebesaran khas patih. Tokoh yang memegang jabatan itu adalah Gajah Mada. Aku tak menyangka bisa melihat sendiri bagaimana sosok patih hebat yang amat dielu-elukan itu. Parasnya amat berbeda dari gambaran yang ada di patung maupun buku sejarah. Tubuhnya tidak tambun, tetapi tinggi kekar. Perutnya rata, pipinya tirus, memiliki cambang yang cukup lebat. Namun, tatapan merendahkan darinya membuatku makan hati.

"Saya rakyat jelata yang menjunjung tinggi kemanusiaan. Memangnya ada bukti dia mencuri kuda milik Anda?" Aku berkacak pinggang. Patih itu terlihat menahan gejolak amarah mendapati sikapku.

"Berani-beraninya kau! Sudah jelas dia menunggangi kudaku lalu membawanya pergi. Untung aku berhasil menemukannya." Patih itu mengatakannya dengan berapi-api.

"Aku tidak mencuri. Aku hanya penasaran bagaimana rasanya naik kuda. Pas aku naik, eh kuda itu malah jingkrak-jingkrak tak keruan. Lagi pula kuda itu tak diikat, jadi kupikir itu kuda liar," jelas Pranaja.

"Aku tak mengerti ucapanmu. Kau tetap harus bertanggung jawab! Kau membuat kuda kesayanganku terluka." Sang Patih bergolak.

"Bapak tidak lihat badanku yang berlumur darah ini? Salahkan kudamu yang loncat gak jelas itu sampai jatuh ke jurang," balas Pranaja tanpa rasa takut.

"Viva, sudahlah! Kau tak perlu ikut campur masalah mereka," tegur Arya sembari menyeret lenganku.

"Tidak, Arya! Pranaja tidak boleh dihukum.” Aku menepis tangannya.

"Aku akan memberi keringanan apabila pemuda ini meminta maaf padaku," ujar Patih Gajah Mada dengan tegas.

Aku memberi kode pada Pranaja supaya ia meminta maaf, tapi si kepala batu itu malah memutar bola mata meremehkan. Dasar kekanakan, cari mati.

Aku mendesaknya sampai ia berlutut di depan Patih Gajah Mada yang tampak sangat dongkol. "Lekas minta maaf!" perintahku yang juga berlutut di dekatnya. "Kalau tidak, kamu bisa kena hukum mati."

"Mahapatih yang hamba hormati, hamba memohon ampun, sebab hamba telah membuat kuda Mahapatih terluka," ucap Pranaja dengan mengatupkan kedua tangannya di depan hidung atas himbauanku.

"Baiklah, Anak Muda. Lain kali berhati-hatilah." Pria kekar itu berlalu sembari menuntun kudanya yang lecet pada sekujur tubuhnya.

Warga yang tadinya berbondong-bondong menyaksikan maupun menghakimi Pranaja mulai angkat kaki satu persatu.

Aku bernapas plong kemudian berkata, "Menyusahkan."

"Kalaupun detik itu juga kena hukuman mati, aku berkenan. Siapa tahu dengan mati di sini, aku bisa balik ke masa depan," jelas Pranaja. Aku segera menoleh ke arah suami dan ibu mertuaku yang menatap kami dengan tatapan horor.

"Viva, kau kenal dia?" tanya Biyung.

"Dia ... kawanku."

Arya bersedekap sambil memandangku lekat. Aku tahu dia mencurigaiku.

"Kalau begitu, mari istirahat di rumah kami biar luka-lukamu kuobati" cetus Biyung dengan semringah.

Kulirik Pranaja yang tersenyum lebar hendak membuka mulut mengiakan, tetapi urung ketika beradu tatap dengan Arya yang menatapnya sinis.

"Ah, lain kali saja. Saya bisa membuat ramuan sendiri kok." Pranaja berlalu dengan langkah dingklang.

“Dia kawanku dari Mleccha baru-baru ini. Makanya ia belum bisa bahasa Jawa.”

Biyung tak terlalu memikirkannya, sementara Arya kerap menatapku dalam-dalam, layaknya mencari rahasia sekecil apa pun yang ada pada diriku.

Malamnya aku duduk di pelataran bersama Arya, memandang rembulan yang amat benderang di antara ratri yang pekat. Tak puas aku mengamatinya, ingin kuabadikan memori ini supaya terkenang.

“Di masa depan sudah ada kamera yang bisa mengabadikan setiap peristiwa secara cepat. Bahkan manusia tak perlu dibuatkan arca untuk mengenangnya, melainkan cukup menekan tombol sekali jadi. Aku kepingin dikenang, tetapi aku bukan manusia yang berpengaruh.”

🌼

Berserinya cakrawala berbanding terbalik dengan kegundahanku. Aku tengah bersandar di dada bidang Arya sembari menahan tangis. Sebab, Arya akan pergi berguru kepada seseorang di Gunung Ijen. Ia akan mempelajari ilmu melukis serta mendalami ilmu kanuragan-nya.

"Sudah-sudah, Arya tidak akan lama," ucap Biyung di sampingku sembari menepuk pelan punggungku.

"Iya, Nimas. Tunggulah aku. Jaga diri baik-baik dan jangan pernah berbuat nakal!" ucap Arya, menghapus anak sungai yang membasahi pipiku.

“Tak perlulah belajar melukis segala. Kau sudah menguasai banyak pekerjaan yang membuatmu tak bisa fokus pada satu bidang.”

“Aku bakal mencoba hal baru karena bosan menuangkan karya pada ukiran yang lama rampungnya. Jika ideku langsung dituangkan dalam lukisan, itu bakal cepat selesai dan takkan keburu hilang. Kalau aku berhasil menjadi anglukis, aku akan mengabadikanmu lewat lukisan agar semua orang bisa mengenangmu suatu saat.”

Dengan berat hati, aku melepas rengkuhanku pada tubuh kekarnya. Ia mencium keningku dengan penuh kasih sementara aku memejamkan mata meresapi.

"Jaga diri baik-baik, Kangmas! Aku menantimu," pesanku. Pandanganku buram terhalang air mata yang lagi-lagi hendak mengalir.

Aku dan Biyung memandang kepergiannya dengan sekantong bekal yang dipikulnya. Ia menoleh dan melambai sebelum sosoknya hilang tertutup pepohonan rindang. Aku memeluk Biyung sembari meneteskan air mata lagi.

Bagaimana pun, Arya adalah orang yang amat kucintai. Seseorang yang sering bergurau denganku di sawah, menghiburku yang tengah dilanda kebingungan akan peradaban. Arya yang selalu mengusiliku. Arya yang selalu memberiku kehangatan, tak akan kujumpai selama tujuh purnama mendatang.

🌼

Biyung bertolak ke pasar untuk membeli kain yang katanya sedang turun harga. Sedangkan aku hendak mencuci pakaian di sungai, sekalian bertandang ke tempat tinggal Pranaja yang cukup layak berkat sentuhan tangan Arya.

"Viva, mampir dulu sini!" seru Pranaja saat aku berjalan di depan rumahnya.

Aku yang memang niat bertamu pun mengiakan seruannya.

"Kenapa matanya sembab begitu? Habis nangis?" tanyanya.

Aku yang semula tersenyum ramah berubah menjadi lesu dan menyahut, "Ditinggal suami berguru."

"Kasihan. Belum isi?"

Mataku membola dengan pertanyaan ambigu itu.

"Isi apa maksudnya?" tanyaku ketus.

"Ya perut kamu," balasnya dengan enteng.

"Belum lah! Umurku saja masih ijo begini, belum siap jadi emak-emak!" ucapku bersungut-sungut. Malu sekali membahasnya.

"Hahaha. Mau mencuci? Aku bantu ya." Aku mengangguk, tak baik menolak bantuan.

Selepas mencuci, kami beriringan melewati jalan setapak yang tandus untuk kembali ke pondoknya. Di sepanjang jalan, beberapa mawar merah unjuk diri dengan keharuman.

Seandainya aku memiliki ponsel, sudah pasti Pranaja akan kusuruhi memotretku di tempat indah ini.

"Bagus sekali, ya. Di kota tidak ada suasana tenang seperti ini," celetuk Pranaja yang membawakan bakul beserta pakaian milikku.

"Iya. Minusnya, kemistikan masih kental di sini. Lihat saja di bawah pohon-pohon. Pasti ada dupa, bunga, kemenyan, atau sejenisnya," sahutku sembari melihat sesajen atau apa pun itu sebutannya di bawah pohon beringin. Pranaja mengiakan, mengikuti arah pandangku.

"Kita jalan berdua begini gak apa-apa? Nanti kalau suamimu tahu?" celetuk Pranaja setelah terjadi kesenyapan sekian detik.

"Gak apa-apa. Pondokmu jauh dari pemukiman dan takkan ada warga yang gosip atau mengadu ke Arya soal kita."

"Kata-katamu kayak kita lagi menyeleweng saja." Kemudian kami tergelak.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
3640      1442     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
EPHEMERAL
99      90     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
The Maze Of Madness
3776      1537     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Langit Indah Sore Hari
98      84     0     
Inspirational
Masa lalu dan masa depan saling terhubung. Alka seorang remaja berusia 16 tahun, hubungannya dengan orang sekitar semakin merenggang. Suatu hari ia menemukan sebuah buku yang berisikan catatan harian dari seseorang yang pernah dekat dengannya. Karena penasaran Alka membacanya. Ia terkejut, tanpa sadar air mata perlahan mengalir melewati pipi. Seusai membaca buku itu sampai selesai, Alka ber...
Rembulan
768      428     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Just For You
4120      1620     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
Premium
SHADOW
4072      1330     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
2350      908     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...
Kisah Kemarin
4098      1344     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
A Freedom
102      88     1     
Inspirational
Kebebasan adalah hal yang diinginkan setiap orang. Bebas dalam menentukan pilihan pun dalam menjalani kehidupan. Namun sayang kebebasan itu begitu sulit bagi Bestari. Seolah mendapat karma dari dosa sang Ayah dia harus memikul beban yang tak semestinya dia pikul. Mampukah Bestari mendapatkan kebebasan hidup seperti yang diinginkannya?