Sudah hampir seminggu, Arkan tidak pernah ke toko bunga lagi, setelah dia menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dan Chelsea. Dia menjelaskan bahwa Chelsea hanya rekan bisnisnya saja. Namun Arkan masih terus mengabarinya setiap hari, ada beberapa pekerjaan yang mengharuskan Arkan pergi ke Surabaya selama dua minggu.
Sembari menunggu pembeli datang, Arina mengecek hpnya dan saat dia melihat notifikasi pemberitahuan dari kalender bahwa ibunya hari ini berulang tahun. Namun seketika itu pula sedih melandanya, Arina ingin sekali bertemu dengan ibunya dan memberi sebuah kue coklat dan bunga tulip kesukaannya. Namun Arina sadar bahwa ibunya sudah memiliki keluarga baru dan pasti ibunya merayakan hari ulang tahu itu bersama keluarga barunya.
Suara pintu terbuka menandakan seorang pembeli datang, Arina cukup semangat menyambut pembeli ini, Salim yang ternyata yang datang, Arina menjadi agak canggung melihat Salim di depannya.
“Pagi kak selamat datang di toko kami.” Sapa Arina,
“Pagi juga cantik.” Jawab Salim dengan nada gombalnya itu, membuat teman-teman Arina lainnya sadar dan tertawa melihat tingkah Salim.
“Na, aslinya aku mau culik kamu lagi kaya pertama kali kesini, minta temenin beli kue coklat. Tapi kamu pasti nolak.” Ucap Salim dengan frontalnya,
“Salim, Aku lagi kerja.” Tolak Arina,
“Iya, Na. Makanya aku kesini mau beli bunga tulip aja gak minta temenin beli kue coklat juga.”
“Emang siapa yang ulang tahun, Lim?” Tanya Arina penasaran,
“Mama, my step mother, Na.”
Baru saja Arina sedang memikirkan ibunya, bahwa ini hari ulang tahunnya, sekarang Salim mengingatkannya.
“Kenapa pas gitu ya, Mama aku juga ulang tahun hari ini.” Ucap Arina,
“Wah pas banget, Na. Kita jodoh kali ya,” Salim terkekeh dan Lagi-lagi Salim membuat gombalan itu,
“Bungkusin bunga tulip ya, Na. Kata papa, mama suka bunga tulip.”
Lagi-lagi Arina dibuat kaget dengan kemiripan ibunya dan ibu Salim. Namun Arina tetap berpikir kalau ini hanya sebuah kebetulan saja. Arina mengambil beberapa tangkai bunga tulip lalu dia bungkus dengan indah.
“Di kasih kartu ucapannya sekalian ya, Na."
Arina mengangguk, seketika dia berpikir bahwa Salim adalah laki-laki baik, bahkan dia memperlakukan ibunya meskipun ibu tiri dengan sangat baik layaknya ibu kandungnya sendiri, Arina mengakui itu.
“Oh iya, Na. Bungkusin satu lagi ya.” Imbuh Salim,
Arina mengangguk setuju, Setelah semua selesai dan Salim pun sudah membayar semua bunga, sebelum dia pergi dia menghampiri Arina dahulu.
“Ini satu bunganya buat mama kamu ya, Na. Salam dari aku ya,”
Salim memberikan bunga itu, kemudian pergi dan dirinya harus ke tempat toko kue setelah ini. Arina terdiam, dia memandangi bunga tulip pemberian Salim barusan.
“Na, kenapa sedih gitu baru di kasih bunga.” Ucap Hana setelah melihat perubahan wajah Arina,
“Gapapa, Han. Aku cuma terharu aja sama Salim.”
Arina menatap bunga tulip itu dengan tatapan nanar.
“Arina juga pengen kasih bunga ini ke mama, mau peluk mama dan ngasih tau mama kalau dapat salam dari Salim, tapi Arina bisa apa, Ma.” Batin Arina.
Tiba-tiba air mata Arina jatuh dengan gerakan cepat dia langsung hapus air matanya agar teman- temannnya tidak menyadari bahwa dirinya menangis.