Seperti permintaan Arina waktu itu, bahwa dia ingin menghabiskan waktu bersama Arkan, Namun kini keduanya harus profesional dulu untuk menyelesaikan kerjaan mereka. Terlihat Arina sedang merapihkan bunga-bunga yang sedikit berantakan, Arkan tidak ingin momen bersama Arina menjadi kacau jika Arina tau apa yang dilakukan Arkan kala itu, Arkan memilih untuk memendam apa yang dia lakukan bersama Chelsea.
Waktu istirahat ini Arkan mengajak Arina untuk makan siang bersama di rumah makan masi padang yang dekat dengan toko bunga, Arina memesan nasi dengan lauk rendang dan beberapa pelengkap lainnya seperti tempe, sayur dan sambal. Sedangkan Arkan memesan nasi dengan lauk ayam bakar. Arina memakan makanan miliknya dengan lahap namun ketika dia melihat ke arah Arkan, dia tampak sedang memandangnya tanpa memakan nasinya.
“Kok ga di makan, Ar?”
"Ini mau aku makan, Na. Tapi sebelumnya ada yang aku pikirin tau,"
Arina mengerutkan alisnya mendengar ucapan Arkan barusan,
“Apa yang lagi kamu pikirin?”
“Kenapa namanya nasi padang ya, padahal kita kan di Jakarta.” Ucap Arkan dengan polosnya dan seperti bocah yang tidak berdosa.
Arina tertawa dan hampir dibuat tersedak oleh Arkan. Mendengar candaan Arkan yang begitu garing itu. Arina pun mendaratkan cubitan cukup keras ke perut Arkan, dia merasa begitu gemas dengan tingkah dan ucapan Arkan barusan.
“Aww sakit, Na.”
“Biarin, biar kamu tau waktu kalo becanda.”
“Iya iya, yang penting kamu senang, Na.”
Sebelum kembali ke toko bunga, Arina tiba-tiba ingin membeli es teh yang berada di depan rumah makan padang, Arkan pun mengiyakan permintaan pacarnya itu.
“Padahal kamu udah minum es teh tadi,”
Sindir Arkan, Arina tidak menghiraukan sindiran itu, kini es teh itu sudah dia minumnya, seperti orang yang sedang berpuasa.
“Kamu minumnya kaya orang baru buka puasa.” Celetuk Arkan,
“Emang kamu pernah puasa?”
Arkan tersenyum mendengar pertanyaan itu, iya benar, dirinya tidak pernah berpuasa. Dari situ Arkan berpikir tentang perbedaan mereka, dia seketika memikirkan ujung cerita ini, akankah ada yang mengalah atau tidak.
“Eh, Na. Itu kan teh jawa ya, kalau misal kita minumnya di Sumatra jadi teh Sumatra ga ya?" Tanya Arkan mengalihkan pembicaraan.
Lagi-lagi Arkan memberikan guyonan yang tampak garing namun cukup renyah untuk ditertawakan. Arina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sekaligus gemas dengan tingkah Arkan.
Setelah drama kenapa nasi padang namanya tetap nasi padang padahal ini di Jakarta dan drama es teh berakhir, Mereka berdua kembali ke toko bunga untuk segera melanjutkan perkerjaan masing-masing.
Arina kembali melayani pembeli yang datang, suasana toko hari ini tidak terlalu ramai, terlihat dari pintu masuk terlihat seorang wanita yang memakai pakaian casual serta rambut curly yang menambah penampilannya menjadi sempurna, Perawakan yang tinggi juga menambah dirinya terlihat cantik.
“Selamat datang di toko bunga kami kak,” Sapa Arina pada gadis itu, gadis itu pun tersenyum lalu berbalik menanyai Arina.
“Mbak, Arkan nya ada di sini?”
“Ada mbak, di ruangannya.” Jawab Arina, dia sebisa mungkin profesional dalam bekerja, Arina tetap positif thinking bahwa perempuan ini adalah teman atau engga rekan bisnis Arkan.
“Chelsea, ngapain kamu kesini lagi?”
Arkan tidak habis pikir, kenapa Chelsea suka ke toko bunga akhir-akhir ini, dirinya takut jika Arina mengetahui bahwa Arkan sudah dijodohkan dengan Chelsea. Arkan tidak ingin ada masalah baru setelah masalah kemarin baru saja selesai, namun suatu saat pasti Arina akan tahu siapaa Chelsea dan hubungannya dengan Arkan. Untuk saat ini Arkan ingin egois sebentar dan mengesampingkan tentang masalah itu.
“Aku udah pernah bilang, jangan temui aku di toko bunga.” Tegas Arkan,
“Emang kenapa aku nemuin calon tunangan aku sendiri ke tempat kerja.” Ucapan Chelsea yang cukup keras dan pastinya cukup terdengar sampai depan.
Arkan semakin frustasi dengan pernyataan Chelsea itu, Arkan takut Arina mendengar percakapan itu. Tanpa basa basi Arkan menarik tangan Chelsea lalu keluar toko dan masuk ke dalam mobil milik Chelsea. Dari dalam toko terlihat Arina cukup penasaran dengan hubungan mereka berdua. Hati nya cukup sakit mendengar perkataan Chelsea seketika matanya memanas dan tanpa sengaja air matanya jatuh begitu saja. Teman-temannya pun paham akan situasi ini, Hani dan teman-teman lainnya mencoba menenangkan Arina.
“Sabar, Na. Mungkin ucapan tadi gak bener,” Ucap Hani sambil memeluk Arina,
“Pak Arkan pasti gak se tega itu sama kamu, Na.” Tambah Mirna menenangkan Arina,
“Aku gatau harus percaya apa gak sama percakapan tadi, tapi semoga aja engga benar." Ujar Arina.
Kini Arkan dan Chelsea sudah sampai di rumah Arkan, mereka masuk ke dalam rumah yang bernuansa bangunan perancis itu, terlihat tidak ada penghuni selain pelayan- pelayan di rumah ini.
“Kenapa kamu begitu takut kalau aku ke toko bunga?” Tanya Chelsea langsung pada intinya,
Arkan mengacak rambutnya frustasi, dia harus menjawab apa, Chelsea juga belum mengetahui bahwa Arkan sudah mempunyai pacar di saat posisinya adalah calon tunangan Chelsea.
Penolakannya terhadap perjodohan ini sudah dia tolak dan sudah berbicara dengan orang tua Arkan serta Arkan sudah memberi tau bahwa gadis pilihannya adalah Arina. Orang tua Arkan sudah mengenal gadis itu, namun mengetahui keadaan keluarga Arina seperti apa serta perbedaan mereka membuat orang tua Arkan tetap bersikukuh menjodohkannya dengan Chelsea.
“Di sana ada pacar aku, Chel. Aku gamau nyakitin perasaannya.” Jujur Arkan,
“Tapi kamu secara gak langsung juga nyakitin perasaan aku, Ar. Kamu dari awal gak pernah bilang kalau posisi kamu punya pacar, kamu gak nolak juga tentang perjodohan ini."
“Aku udah nolak perjodohan ini, Chel. Tapi mama papa tetap lanjutin perjodohan ini. Aku gak bilang sama kamu karena aku gatau harus jelasin gimana.”
“Kamu cinta sama dia, Ar?"
“Iya aku cinta.” Tegas Arkan,
Air mata Chelsea tiba-tiba menetes jatuh membasahi pipi Chelsea setelah mendengarnya,
“Terus mau kamu apa Ar? Mau kita batalkan semua ini?”
“Aku gatau harus gimana, Chel.”
“Kamu egois, Ar. Aku gamau dijadiin opsi cadangan di hubungan kalian, Aku mau jadi satu-satunya bukan salah satunya." Tegas Chelsea.
“Kasih aku waktu, Chel. Aku sadar bahwa hubungan aku dengan Arina tidak akan berjalan mudah perihal perbedaan aku dan dia, aku udah mikir bahwa hubunganku dengan Arina juga tidak bisa di bawa ke ikatan serius, karena diantara kita pasti tidak ada yang akan mengalah.”
Chelsea mencoba mencerna ucapan Arkan, Chelsea memahaminya, meskipun Arkan sudah mengecewakannya namun dia paham bahwa Arkan adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Arkan memeluk Chelsea, Arkan bisa merasakan isakan tangis Chelsea, mendengar isakan itu, Arkan semakin mengeratkan pelukannya itu, mencoba menenangkan Chelsea.
Arkan melepaskan pelukannya lalu memandangi sebentar perempuan di depannya, merapihkan helai rambut yang menutupi wajah cantik miliknya.
“Maafin aku ya, Chel.”
Chelsea tersenyum lalu mengangguk lemah. Arkan mendekat ke arah Chelsea, tangannya memegang lembut pipi milik Chelsea, semakin dia dekatkan wajahnya sampai sebuah bibir miliknya mendarat di bibir indah milik Chelsea.