Read More >>"> I love you & I lost you (Bagian 8 | Tulus dan hujan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - I love you & I lost you
MENU 0
About Us  

“Ayah, Arina rindu, rindu bercanda sama ayah sama Panama, rindu keluarga kita utuh bukan rapuh seperti ini. Tapi ayah harus tahu kalau sekarang sudah ada yang jagain aku Yah, ayah gausah khawatir, ayah harus sembuh ya.” 

Air matanya mengalir mengajak bicara ayahnya walaupun ayahnya hanya diam dengan tatapan kosong. Selalu seperti itu belum ada perubahan setiap Arina datang ayahnya tidak merespon ceritanya tapi Arina masih bersyukur ayahnya masih ada bersamanya, cukup di dengar saja tak apa. 

Arkan juga mencoba mengajak om Hans berbicara tepatnya cerita nostalgia yang mengingatkannya pada masa kecil dirinya dan Arina yang dulu suka meminta izin om Hans untuk mengajak Arina bermain sepeda ataupun mengajak Arina menemaninya saat bermain bola. Walaupun tanpa respon tetapi Arina senang melihat Arkan dan papanya seperti ini, dirinya bersyukur dipertemukan lagi dengan Arkan yang kini mencintainya dengan tulus dan menerima Arina dengan tulus pula. Tidak terasa waktu kunjungan sudah berakhir dengan pelukan perpisahan dengan Papanya, kini Arina dan Arkan sudah berada di dalam mobil civic milik Arkan. 

Suasana di dalam mobil masih hening belum ada percakapan keduanya, Arina tampak sedang melihat ke arah jendela dengan tatapan sayu, Arkan menoleh lantas tangannya menggenggam perlahan tangan mungil milik Arina yang sontak membuat Arina kaget dengan genggaman tiba-tiba Arkan. 

“Tuhan Maha Baik, Na. Tuhan pasti sayang sama orang seperti kamu.” Ucap Arkan dengan tatapan meneduhkan, genggaman tangannya semakin erat, seakan genggaman tangan ini sebagai isyarat untuk Arina tetap kuat.

Senyum Arina mengembang, seakan memang perkataan Arkan tadi memang sebuah pengingat kepada dirinya kalau Tuhan itu memang Maha Baik. Dirinya bersyukur dipertemukan lagi dengan Arkan atau mungkin kehadirannya memang sebagai penguat dirinya dikala seperti ini. Saat dunia terasa tidak adil, saat semua keadaan yang seakan menyuruhnya untuk menyerah, namun kehadiran Arkan membuatnya memiliki sudut pandang lain tentang kehidupan bahwa kita tidak selamanya bersedih ataupun selamanya kita senang, semua sudah ada porsi sedih dan senangnya masing-masing. 

Mobil civic klasik sudah berhenti di depan rumah sederhana dengan cat berwarna kuning, seperti bunga matahari. Warna kuning yang menyimbolkan kebahagiaan dan di rumah sederhana ini tempat yang membuatnya bisa merasakan bahagia. Mereka berdua turun dari mobil, sebelum Arina masuk kedalam rumah, Arkan mengelus kepala Arina dengan sangat lembut. 

“Selamat istirahat, Arina Naladhipa. Besok kita beli bunga matahari ya.” 

“Kamu kan punya toko bunga,”

“Ya kita beli bunga matahari di toko aku dan beli di toko bunga lainnya yang ada di Jakarta,”

“Biar apa, Ar?”

“Biar bisa lama sama kamu.” 

Arina terkekeh dengan jawaban Arkan, daripada Arkan semakin menggombal Arina menyuruhnya untuk segera pulang dengan mendorong tubuh Arkan yang dari tadi mematung tidak mau pulang, Arkan semakin gemas dengan tingkah Arina yang seperti ini. Dia pun akhirnya mengalah untuk pulang. 

Setelah membersihkan badannya dan makan Arina mengecek hp di atas meja riasnya, pandangannya tertuju pada satu notifikasi yang namanya tidak asing baginya. Bukan Arkan yang mengirim pesan melainkan Salim yang mengirim sebuah pesan bertuliskan,

Selamat istirahat, Tuan putri pecinta bunga matahari.

Seulas senyum terukir saat Arina membaca sebuah pesan yang dikirim oleh Salim, Arina hanya membalas dengan menuliskan hehe saja karena Arina menjaga perasaan Arkan. Di lain sisi Salim yang telah menerima pesan yang dikirim Arina jelas sudah paham isi pesan yang begitu cuek ditampilkan. Namun Salim tetap tersenyum ketika Arina membalas pesannya.

Suara jam dinding mengurangi keheningan malam ini, menunjukkan pukul tiga pagi dan Arina terbangun dari tidurnya, setelah tadi mendapat pesan dari Salim, Arina terlihat begitu gusar terlebih hatinya. Dia merasa bimbang dengan kehadiran Salim di hidupnya, meskipun Arina memilih Arkan untuk saat ini, namun tetap Salim mau tidak mau kini sering ada di pikirannya. dirinya seolah meminta agar Salim tetap dengan dengannya meskipun itu sebatas teman. Terlihat egois memang, disaat dirinya sudah memilih Arkan namun dilain sisi ada bagian dari dirinya yang juga masih menginginkan Salim tetap disini. 

Kebimbangannya dengan Arkan semakin hari semakin besar, kegalauan yang sering muncul akhir-akhir ini tentang kelanjutan hubungan mereka berdua yang akan berujung bagaimana. Meskipun mereka tau akhir dari sebuah kisah itu cuman ada dua, kalau ga kisah bahagia ya kisah sedih. 
****
Suasana kampus terlihat sudah tidak terlalu ramai hanya beberapa mahasiswa yang sedang beraktifitas, di gedung fakultas tempatnya kuliah pun sudah terlihat tidak seramai tadi saat dirinya berangkat, namanya juga sudah waktu pulang di tambah sore menjelang malam dengan cuaca yang terasa mendung. Kini Arina sudah bergegas untuk segera pulang sebelum dirinya kedahuluan dengan datangnya hujan. Baru beberapa menit Arina berjalan kaki, tetesan air hujan kini mulai membasahi jalanan yang dia lewati, Kini dia sudah berteduh di sebuah toko buku yang terletak di dekat kampusnya. 

Arina merapihkan rambutnya yang sedikit lepek karena air hujan. Dari dalam toko buku terlihat seseorang dengan mata sayunya melihat ke arah Arina yang sedang berteduh di depan toko buku. Seseorang yang kini memakai kemeja polos dengan kaos di dalamnya dan topi yang menempel di kepalanya. Seseorang itu tersenyum melihat Arina, senyum yang manis dengan mata sayu yang membuat siapa saja yang ditatap pasti malu-malu. 

Sebelum keluar menemui Arina, seseorang itu mengambil satu buku untuk dibelinya. Tidak menunggu lama kini seseorang itu sudah ke depan dengan membawa satu buku yang baru saja di belinya. 

“Ini buku buat kamu, biar ga bosen sambil nunggu hujan reda.” Ucap seseorang itu dengan menyodorkan satu buku berjudul Hujan karya Tere liye.

Arina sontak kaget lalu menoleh ke samping dan yang membuatnya lebih kaget adalah kehadiran Salim yang begitu tiba-tiba. 

“Salim, Aku kira siapa. Buku nya dibaca Kamu aja kan sayang baru beli.” 

“Ini buat kamu, Arina. Aku udah punya buku ini di rumah.”

“Kenapa beli lagi?”

“Biar kita punya buku yang sama sebelum nanti buku nikah kita.” 

Ucapan Salim barusan membuat Arina tersedak, padahal dirinya tidak sedang minum ataupun makan. Salim tertawa kecil lalu mengusap lembut rambut Arina. 

“Kamu lucu ya, baru aku bilang begitu sudah tersedak.” Ledek Salim kepada Arina yang entah dari kapan pipinya sudah memerah. 

“Daripada nunggu hujan reda, aku antar kamu saja, ya.”

Awalnya Arina ingin menolak Salim, namun bajunya sudah sedikit basah dan hari semakin larut, akhirnya Arina pun mengiyakan ajakan Salim. 

Kini mereka sudah berada di mobil jazz putih milik Salim, suasana di dalam mobil masih sunyi belum ada percakapan diantara keduanya, Salim pun kini menyalakan sebuah lagu untuk memecah keheningan diantara mereka.

Terdengar lagu Tulus Hati-hati di jalan  yang terdengar. Arina menoleh kearah Salim, terlihat dia sedang bernyanyi namun tidak sampai terdengar suaranya, hanya mulutnya yang bergerak. Arina kembali menatap ke depan lalu ikut bernyanyi,

Ku kira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku
Ku kira takkan ada kendala
Ku kira ini kan mudah kau aku  jadi kita

​​Salim menoleh ke arah Arina dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Lalu kembali bernyanyi kali ini benar-benar mengeluarkan suara tidak seperti tadi.

Setelah suasana di dalam mobil sudah terbangun diawali dengan lagu Tulus, kini Arina berani menyampaikan tentang dirinya yang suka dengan lagu-lagunya Tulus, tentang dulu dirinya yang pernah menonton konser Tulus sebelum keadaannya seperti ini, tentang dirinya yang setiap hari ulang tahunnya selalu memutar lagu Tulus berjudul “Monokrom” setiap pukul 00.00 dini hari.

Salim sangat senang mendengar Arina yang bercerita panjang lebar tentang dirinya, sedari tadi Salim hanya fokus mendengarkan cerita Arina dengan senyum yang terus mengembang. Setelah Arina terdiam kemudian Salim menanggapinya.

“Aku seneng, Na. Aku seneng denger cerita kamu, Aku seneng malam ini kita ga sengaja ketemu. Dari lagu Tulus tadi cukup sedih dengernya, kayak pas aja gitu, Aku kira kita akan bersama tapi nyatanya berbeda. Tapi gapapa, Na. Aku masih punya jalur khusus buat dapetin kamu.” Ucap Salim kemudian tertawa kecil.

Arina hanya menggeleng-geleng kepalanya, pasalnya Salim memang begitu awalnya bicaranya terkesan serius namun diakhiri dengan tawa kecil yang membuat pendengarnya sedikit lega kalau itu Cuma bercanda. 

“Ada-ada saja kamu, Salim. Bercanda mulu.”

Salim hanya tersenyum tipis mendengar jawaban dari Arina, dalam hatinya Salim tidak bercanda dengan semua yang dia katakan adalah serius bukan bercanda, dia hanya menghargai Arkan sebagai pacarnya Arina. 

“Aku serius, Na. Aku bilang semua itu terkesan bercanda hanya karena Aku ingin tetap di sampingmu, walaupun hanya sebatas teman.” Batin Salim 

Tak terasa kini sudah sampai di depan rumah Arina, perjalanan tadi begitu menyenangkan bagi mereka sehingga waktu terasa sebentar sampai-sampai sudah di rumah Arina. Namun Arina menautkan alisnya pasalnya kini di depan rumahnya terparkir juga sebuah motor yang sangat dia kenali, motor milik Arkan.

Kenapa disaat situasi seperti ini harus bertemu Arkan ketika dirinya sedang bersama Salim. Terlihat Arkan dan Panama keluar ke depan rumah untuk memastikan kalau yang barusan datang adalah Arina. Dari dalam mobil Arina menghela napas berat, Salim pun tau yang dirasakan Arina saat ini pasti merasa bersalah kepada Arkan. 

“Nanti aku yang jelasin semuanya ke Arkan, Na.” Ucap Salim mencoba menenangkan Arina. 

Kemudian mereka berdua turun dari mobil. Tangan Arkan sudah mengepal dari tadi rasanya amarahnya saat ini sulit ditahan. Yang benar saja kini sebuah pukulan cukup keras mendarat di pipi milik Salim. Arina, Panama terkejut dengan pukulan Arkan yang tiba-tiba ini. Salim tidak mencoba membalas karena memang dirinya merasa bersalah sudah mengajak Arina.

“ARKAN! kamu keterlaluan. Aku sama Salim tadi ketemu gak sengaja dan dia hanya mengantar aku pulang.” Ucap Arina yang kini sudah marah kepada Arkan,

Dia merasa Arkan sekarang berbeda tidak seperti ini yang gampang marah tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu. 

“Aku bisa jemput Kamu, Na. Aku marah begini bukan soal ini saja tapi karena kamu dari kemarin gak ada kabar sama sekali, aku bingung kamu kenapa.” Ucap Arkan mengeluarkan semua yang dia rasakan saat ini. 

Memang benar akhir-akhir ini Arina jarang mengabarinya, jarang membalas pesannya, di tempat kerja pun Arina selalu menjaga jarak dengan Arkan. Bukan tanpa alasan tapi kebimbangannya tentang kelanjutan hubungannya dengan Arkan masih dia pikirkan. 

“Aku capek, Ar. Aku masih butuh waktu buat ini semua. Tolong kamu paham.” Jawab Arina dan kemudian masuk begitu saja kedalam rumahnya tanpa pamit. 

Arkan menghela napas berat, kini dia hanya bisa berharap semuanya akan baik-baik saja. Sebelum dia mengendarai motornya, terdengar ucapan maaf dari bibir Arkan kepada Salim. Dia pun mengangguk, setelah itu Arkan melaju menjauhi rumah Arina, dirinya tidak mau memaksakan Arina, dia mencoba menerima kalau Arina saat ini butuh waktu, dan Arkan harus paham. 

Salim disini juga merasa bersalah, atas semua kejadian yang baru saja terjadi. Arkan dan Arina bertengkar akibat dirinya. Salim kemudian pamit pulang lalu menyalakan mobilnya menjauhi pekarangan rumah Arina. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dear N
4070      1570     18     
Romance
Dia bukan bad boy, tapi juga bukan good boy. Dia hanya Naufal, laki-laki biasa saja yang mampu mengacak-acak isi hati dan pikiran Adira. Dari cara bicaranya yang khas, hingga senyumannya yang manis mampu membuat dunia Adira hanya terpaku padanya. Dia mungkin tidak setampan most wanted di buku-buku, ataupun setampan dewa yunani. Dia jauh dari kata itu. Dia Naufal Aditya Saputra yang berhasil m...
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
3166      1396     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
Pria Malam
928      583     0     
Mystery
Semenjak aku memiliki sebuah café. Ada seorang Pria yang menarik perhatianku. Ia selalu pergi pada pukul 07.50 malam. Tepat sepuluh menit sebelum café tutup. Ia menghabiskan kopinya dalam tiga kali tegak. Melemparkan pertanyaan ringan padaku lalu pergi menghilang ditelan malam. Tapi sehari, dua hari, oh tidak nyaris seminggi pria yang selalu datang itu tidak terlihat. Tiba-tiba ia muncul dan be...
Claudia
5193      1482     1     
Fan Fiction
Claudia Renase Ardhitalko, anak angkat dari pasangan Ciandra Louise Ardhitalko dan Reyno Andika Ardhitalko. Berawal dari Ciandra yang menemukan bayi dari semak-semak lalu ia bawa pulang. Atas persetujuan sang suami, Reyno Ardhitalko bayi tersebut diberi nama Claudia Renase Ardhitalko dan diangkat menjadi anaknya. Claudia tumbuh besar menjadi anak yang cantik dan berprestasi dibidang akade...
House with No Mirror
394      295     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
Archery Lovers
4007      1860     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
Seharap
6107      2344     1     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Acropolis Athens
4476      1835     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.
The Sunset is Beautiful Isn't It?
999      606     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Kisah Kemarin
5232      1509     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...