Loading...
Logo TinLit
Read Story - I love you & I lost you
MENU
About Us  

“Ayah, Arina rindu, rindu bercanda sama ayah sama Panama, rindu keluarga kita utuh bukan rapuh seperti ini. Tapi ayah harus tahu kalau sekarang sudah ada yang jagain aku Yah, ayah gausah khawatir, ayah harus sembuh ya.” 

Air matanya mengalir mengajak bicara ayahnya walaupun ayahnya hanya diam dengan tatapan kosong. Selalu seperti itu belum ada perubahan setiap Arina datang ayahnya tidak merespon ceritanya tapi Arina masih bersyukur ayahnya masih ada bersamanya, cukup di dengar saja tak apa. 

Arkan juga mencoba mengajak om Hans berbicara tepatnya cerita nostalgia yang mengingatkannya pada masa kecil dirinya dan Arina yang dulu suka meminta izin om Hans untuk mengajak Arina bermain sepeda ataupun mengajak Arina menemaninya saat bermain bola. Walaupun tanpa respon tetapi Arina senang melihat Arkan dan papanya seperti ini, dirinya bersyukur dipertemukan lagi dengan Arkan yang kini mencintainya dengan tulus dan menerima Arina dengan tulus pula. Tidak terasa waktu kunjungan sudah berakhir dengan pelukan perpisahan dengan Papanya, kini Arina dan Arkan sudah berada di dalam mobil civic milik Arkan. 

Suasana di dalam mobil masih hening belum ada percakapan keduanya, Arina tampak sedang melihat ke arah jendela dengan tatapan sayu, Arkan menoleh lantas tangannya menggenggam perlahan tangan mungil milik Arina yang sontak membuat Arina kaget dengan genggaman tiba-tiba Arkan. 

“Tuhan Maha Baik, Na. Tuhan pasti sayang sama orang seperti kamu.” Ucap Arkan dengan tatapan meneduhkan, genggaman tangannya semakin erat, seakan genggaman tangan ini sebagai isyarat untuk Arina tetap kuat.

Senyum Arina mengembang, seakan memang perkataan Arkan tadi memang sebuah pengingat kepada dirinya kalau Tuhan itu memang Maha Baik. Dirinya bersyukur dipertemukan lagi dengan Arkan atau mungkin kehadirannya memang sebagai penguat dirinya dikala seperti ini. Saat dunia terasa tidak adil, saat semua keadaan yang seakan menyuruhnya untuk menyerah, namun kehadiran Arkan membuatnya memiliki sudut pandang lain tentang kehidupan bahwa kita tidak selamanya bersedih ataupun selamanya kita senang, semua sudah ada porsi sedih dan senangnya masing-masing. 

Mobil civic klasik sudah berhenti di depan rumah sederhana dengan cat berwarna kuning, seperti bunga matahari. Warna kuning yang menyimbolkan kebahagiaan dan di rumah sederhana ini tempat yang membuatnya bisa merasakan bahagia. Mereka berdua turun dari mobil, sebelum Arina masuk kedalam rumah, Arkan mengelus kepala Arina dengan sangat lembut. 

“Selamat istirahat, Arina Naladhipa. Besok kita beli bunga matahari ya.” 

“Kamu kan punya toko bunga,”

“Ya kita beli bunga matahari di toko aku dan beli di toko bunga lainnya yang ada di Jakarta,”

“Biar apa, Ar?”

“Biar bisa lama sama kamu.” 

Arina terkekeh dengan jawaban Arkan, daripada Arkan semakin menggombal Arina menyuruhnya untuk segera pulang dengan mendorong tubuh Arkan yang dari tadi mematung tidak mau pulang, Arkan semakin gemas dengan tingkah Arina yang seperti ini. Dia pun akhirnya mengalah untuk pulang. 

Setelah membersihkan badannya dan makan Arina mengecek hp di atas meja riasnya, pandangannya tertuju pada satu notifikasi yang namanya tidak asing baginya. Bukan Arkan yang mengirim pesan melainkan Salim yang mengirim sebuah pesan bertuliskan,

Selamat istirahat, Tuan putri pecinta bunga matahari.

Seulas senyum terukir saat Arina membaca sebuah pesan yang dikirim oleh Salim, Arina hanya membalas dengan menuliskan hehe saja karena Arina menjaga perasaan Arkan. Di lain sisi Salim yang telah menerima pesan yang dikirim Arina jelas sudah paham isi pesan yang begitu cuek ditampilkan. Namun Salim tetap tersenyum ketika Arina membalas pesannya.

Suara jam dinding mengurangi keheningan malam ini, menunjukkan pukul tiga pagi dan Arina terbangun dari tidurnya, setelah tadi mendapat pesan dari Salim, Arina terlihat begitu gusar terlebih hatinya. Dia merasa bimbang dengan kehadiran Salim di hidupnya, meskipun Arina memilih Arkan untuk saat ini, namun tetap Salim mau tidak mau kini sering ada di pikirannya. dirinya seolah meminta agar Salim tetap dengan dengannya meskipun itu sebatas teman. Terlihat egois memang, disaat dirinya sudah memilih Arkan namun dilain sisi ada bagian dari dirinya yang juga masih menginginkan Salim tetap disini. 

Kebimbangannya dengan Arkan semakin hari semakin besar, kegalauan yang sering muncul akhir-akhir ini tentang kelanjutan hubungan mereka berdua yang akan berujung bagaimana. Meskipun mereka tau akhir dari sebuah kisah itu cuman ada dua, kalau ga kisah bahagia ya kisah sedih. 
****
Suasana kampus terlihat sudah tidak terlalu ramai hanya beberapa mahasiswa yang sedang beraktifitas, di gedung fakultas tempatnya kuliah pun sudah terlihat tidak seramai tadi saat dirinya berangkat, namanya juga sudah waktu pulang di tambah sore menjelang malam dengan cuaca yang terasa mendung. Kini Arina sudah bergegas untuk segera pulang sebelum dirinya kedahuluan dengan datangnya hujan. Baru beberapa menit Arina berjalan kaki, tetesan air hujan kini mulai membasahi jalanan yang dia lewati, Kini dia sudah berteduh di sebuah toko buku yang terletak di dekat kampusnya. 

Arina merapihkan rambutnya yang sedikit lepek karena air hujan. Dari dalam toko buku terlihat seseorang dengan mata sayunya melihat ke arah Arina yang sedang berteduh di depan toko buku. Seseorang yang kini memakai kemeja polos dengan kaos di dalamnya dan topi yang menempel di kepalanya. Seseorang itu tersenyum melihat Arina, senyum yang manis dengan mata sayu yang membuat siapa saja yang ditatap pasti malu-malu. 

Sebelum keluar menemui Arina, seseorang itu mengambil satu buku untuk dibelinya. Tidak menunggu lama kini seseorang itu sudah ke depan dengan membawa satu buku yang baru saja di belinya. 

“Ini buku buat kamu, biar ga bosen sambil nunggu hujan reda.” Ucap seseorang itu dengan menyodorkan satu buku berjudul Hujan karya Tere liye.

Arina sontak kaget lalu menoleh ke samping dan yang membuatnya lebih kaget adalah kehadiran Salim yang begitu tiba-tiba. 

“Salim, Aku kira siapa. Buku nya dibaca Kamu aja kan sayang baru beli.” 

“Ini buat kamu, Arina. Aku udah punya buku ini di rumah.”

“Kenapa beli lagi?”

“Biar kita punya buku yang sama sebelum nanti buku nikah kita.” 

Ucapan Salim barusan membuat Arina tersedak, padahal dirinya tidak sedang minum ataupun makan. Salim tertawa kecil lalu mengusap lembut rambut Arina. 

“Kamu lucu ya, baru aku bilang begitu sudah tersedak.” Ledek Salim kepada Arina yang entah dari kapan pipinya sudah memerah. 

“Daripada nunggu hujan reda, aku antar kamu saja, ya.”

Awalnya Arina ingin menolak Salim, namun bajunya sudah sedikit basah dan hari semakin larut, akhirnya Arina pun mengiyakan ajakan Salim. 

Kini mereka sudah berada di mobil jazz putih milik Salim, suasana di dalam mobil masih sunyi belum ada percakapan diantara keduanya, Salim pun kini menyalakan sebuah lagu untuk memecah keheningan diantara mereka.

Terdengar lagu Tulus Hati-hati di jalan  yang terdengar. Arina menoleh kearah Salim, terlihat dia sedang bernyanyi namun tidak sampai terdengar suaranya, hanya mulutnya yang bergerak. Arina kembali menatap ke depan lalu ikut bernyanyi,

Ku kira kita akan bersama
Begitu banyak yang sama
Latarmu dan latarku
Ku kira takkan ada kendala
Ku kira ini kan mudah kau aku  jadi kita

​​Salim menoleh ke arah Arina dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Lalu kembali bernyanyi kali ini benar-benar mengeluarkan suara tidak seperti tadi.

Setelah suasana di dalam mobil sudah terbangun diawali dengan lagu Tulus, kini Arina berani menyampaikan tentang dirinya yang suka dengan lagu-lagunya Tulus, tentang dulu dirinya yang pernah menonton konser Tulus sebelum keadaannya seperti ini, tentang dirinya yang setiap hari ulang tahunnya selalu memutar lagu Tulus berjudul “Monokrom” setiap pukul 00.00 dini hari.

Salim sangat senang mendengar Arina yang bercerita panjang lebar tentang dirinya, sedari tadi Salim hanya fokus mendengarkan cerita Arina dengan senyum yang terus mengembang. Setelah Arina terdiam kemudian Salim menanggapinya.

“Aku seneng, Na. Aku seneng denger cerita kamu, Aku seneng malam ini kita ga sengaja ketemu. Dari lagu Tulus tadi cukup sedih dengernya, kayak pas aja gitu, Aku kira kita akan bersama tapi nyatanya berbeda. Tapi gapapa, Na. Aku masih punya jalur khusus buat dapetin kamu.” Ucap Salim kemudian tertawa kecil.

Arina hanya menggeleng-geleng kepalanya, pasalnya Salim memang begitu awalnya bicaranya terkesan serius namun diakhiri dengan tawa kecil yang membuat pendengarnya sedikit lega kalau itu Cuma bercanda. 

“Ada-ada saja kamu, Salim. Bercanda mulu.”

Salim hanya tersenyum tipis mendengar jawaban dari Arina, dalam hatinya Salim tidak bercanda dengan semua yang dia katakan adalah serius bukan bercanda, dia hanya menghargai Arkan sebagai pacarnya Arina. 

“Aku serius, Na. Aku bilang semua itu terkesan bercanda hanya karena Aku ingin tetap di sampingmu, walaupun hanya sebatas teman.” Batin Salim 

Tak terasa kini sudah sampai di depan rumah Arina, perjalanan tadi begitu menyenangkan bagi mereka sehingga waktu terasa sebentar sampai-sampai sudah di rumah Arina. Namun Arina menautkan alisnya pasalnya kini di depan rumahnya terparkir juga sebuah motor yang sangat dia kenali, motor milik Arkan.

Kenapa disaat situasi seperti ini harus bertemu Arkan ketika dirinya sedang bersama Salim. Terlihat Arkan dan Panama keluar ke depan rumah untuk memastikan kalau yang barusan datang adalah Arina. Dari dalam mobil Arina menghela napas berat, Salim pun tau yang dirasakan Arina saat ini pasti merasa bersalah kepada Arkan. 

“Nanti aku yang jelasin semuanya ke Arkan, Na.” Ucap Salim mencoba menenangkan Arina. 

Kemudian mereka berdua turun dari mobil. Tangan Arkan sudah mengepal dari tadi rasanya amarahnya saat ini sulit ditahan. Yang benar saja kini sebuah pukulan cukup keras mendarat di pipi milik Salim. Arina, Panama terkejut dengan pukulan Arkan yang tiba-tiba ini. Salim tidak mencoba membalas karena memang dirinya merasa bersalah sudah mengajak Arina.

“ARKAN! kamu keterlaluan. Aku sama Salim tadi ketemu gak sengaja dan dia hanya mengantar aku pulang.” Ucap Arina yang kini sudah marah kepada Arkan,

Dia merasa Arkan sekarang berbeda tidak seperti ini yang gampang marah tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu. 

“Aku bisa jemput Kamu, Na. Aku marah begini bukan soal ini saja tapi karena kamu dari kemarin gak ada kabar sama sekali, aku bingung kamu kenapa.” Ucap Arkan mengeluarkan semua yang dia rasakan saat ini. 

Memang benar akhir-akhir ini Arina jarang mengabarinya, jarang membalas pesannya, di tempat kerja pun Arina selalu menjaga jarak dengan Arkan. Bukan tanpa alasan tapi kebimbangannya tentang kelanjutan hubungannya dengan Arkan masih dia pikirkan. 

“Aku capek, Ar. Aku masih butuh waktu buat ini semua. Tolong kamu paham.” Jawab Arina dan kemudian masuk begitu saja kedalam rumahnya tanpa pamit. 

Arkan menghela napas berat, kini dia hanya bisa berharap semuanya akan baik-baik saja. Sebelum dia mengendarai motornya, terdengar ucapan maaf dari bibir Arkan kepada Salim. Dia pun mengangguk, setelah itu Arkan melaju menjauhi rumah Arina, dirinya tidak mau memaksakan Arina, dia mencoba menerima kalau Arina saat ini butuh waktu, dan Arkan harus paham. 

Salim disini juga merasa bersalah, atas semua kejadian yang baru saja terjadi. Arkan dan Arina bertengkar akibat dirinya. Salim kemudian pamit pulang lalu menyalakan mobilnya menjauhi pekarangan rumah Arina. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hyeong!
187      162     1     
Fan Fiction
Seok Matthew X Sung Han Bin | Bromance/Brothership | Zerobaseone "Hyeong!" "Aku bukan hyeongmu!" "Tapi—" "Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!" ____ Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di sekolah, padahal mereka tinggal satu rumah. Matthew mulai berpikir, apakah H...
Aku Menunggu Kamu
162      143     0     
Romance
sebuah kisah cinta yang terpisahkan oleh jarak dan kabar , walaupun tanpa saling kabar, ceweknya selalu mendo'akan cowoknya dimana pun dia berada, dan akhirnya mereka berjumpa dengan terpisah masing-masing
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
5551      1882     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
Tulus Paling Serius
9733      1054     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
1'
4272      1421     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
Acropolis Athens
5335      2018     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.
Premium
Take My Heart, Mr. Doctor!
6624      1947     2     
Romance
Devana Putri Aryan, seorang gadis remaja pelajar kelas 3 SMA. Ia suka sekali membaca novel. Terkadang ia berharap kisah cintanya bisa seindah kisah di novel-novel yang ia baca. Takdir hidupnya mempertemukan Deva dengan seorang lelaki yang senantiasa menjaganya dan selalu jadi obat untuk kesakitannya. Seorang dokter muda tampan bernama Aditya Iqbal Maulana. Dokter Iqbal berusaha keras agar s...
The Arcana : Ace of Wands
164      143     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Edelweiss: The One That Stays
2213      900     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
Violet, Gadis yang Ingin Mati
6086      1799     1     
Romance
Violet cuma remaja biasa yang ingin menikmati hidupnya dengan normal. Namun, dunianya mulai runtuh saat orang tuanya bercerai dan orang-orang di sekolah mulai menindasnya. Violet merasa sendirian dan kesepian. Rasanya, dia ingin mati saja.