Sea bernapas lega ketika daftar tamu undangan selesai ia buat. Tak banyak pihak yang dia undang, hanya beberapa tetangga sekitar perumahan, teman dekat ketika sekolah dan kuliah, serta kerabat yang masih tinggal satu kota dengannya. Setelah itu, Sea fokus kembali pada buku harian Nolan. Ia membuka lembar kedua buku tersebut.
'Apa sekarang bapak sudah ada di surga bertemu Tuhan? Kalau sudah, tolong bilang pada Tuhan, bantu ibu berhenti menangis dan berteriak sendiri di kamar. Nolan takut mendengarnya.'
Meski tulisan Nolan tak bagus, tetapi masih bisa terbaca oleh Sea. Tepat di bawah tulisan itu, Nolan menggambar jantung yang di sampingnya juga ada tulisan kenapa kamu merusak kehidupan bapak?
Sea memukul-mukul dadanya yang sesak, meski ia tak sepenuhnya bisa membayangkan keadaan Nolan saat itu. Namun, wanita yang tengah memakai kaus kuning tersebut bisa rasakan sakitnya ditinggalkan seorang ayah itu seperti apa.
Sea menutup kembali buku harian Nolan sebab ia mendengar suara An yang merengek. Saat Sea tengok, gadis kecil itu sudah duduk sambil mengucek hidungnya. Sea gegas mendekat ke arah An yang mulai menangis. Ketika Sea hendak memberi ASI, An menggeleng dan malah menunjuk botol minumnya yang tergeletak di tengah kasur.
"Oh, princess Mommy mau mimi, ya?" tanya Sea dengan sangat lembut lalu mengambil botol itu.
An riang gembira menerima botol minum berwarna biru muda dengan gambar snow white itu. Sea membantu membuka tutup benda tersebut hingga An mudah menyesap minumannya menggunakan sedotan. Sebelumnya, Sea sudah konsultasi dengan dokter Ivon apa boleh An menggunakan botol tersebut untuk minum. Dokter Ivon bilang boleh saja selama An sudah mampu menyesap tanpa tersedak.
Selesai minum, An tersenyum lebar menampakkan dua gigi kecilnya yang menambah gemas rupa anak itu. Sea tak kuasa menahan diri untuk tak memegang pipi An dan menciuminya. An jelas tertawa saat Sea menciumi pipinya hingga ke leher. Di saat seperti itu, pintu kamar diketuk menyusul suara Yeti memanggil Sea.
"Ada dokter Bellin," kata Dita ketika Sea membuka pintu.
Sea gegas keluar kamar dengan An dalam gendongan. Bellin ngapain, ya, ke sini?
Di ruang tamu, Bellin tengah duduk menunggu Sea. Keduanya lalu bersalaman dan saling berpelukan.
"Nolan minta menu sarapannya juga pesan dari kamu, Sea" ucap Bellin setelah basa-basi menanyakan kabar Sea. "Makan malamnya juga, jadi nggak cuma makan siang aja," kata Bellin lagi.
"Iya, nanti aku usahain," sahut Sea.
"Suami kamu itu sinting, punya anak istri secantik ini malah milih hidup susah dalam kepura-puraan." Bellin menggerutu sambil menggoda An yang perlahan turun dari pangkuan Sea.
"Mas Nolan pasti punya alasan tersendiri dan aku akan berusaha membuka jalan pikirannya agar lebih waras," ujar Sea sambil memegangi tubuh An yang kini berdiri di lantai menghadap meja. Gadis kecil itu sedang berusaha meraih cangkir minuman Bellin, tetapi tak kunjung ia dapatkan.
"Dia keras kepala, Sea. Kamu yakin bisa menghancurkannya?" Bellin melempar pandang pada An, jemari mungil anak itu sedang berupaya mengambil cangkir. "Duh, lucu banget, sih, anakmu ini!" Bellin memekik sambil mengelus gemas pipi An.
"Bisa, aku yakin bisa kalau kami sering bertemu. Aku harap Mas Nolan pulang saat ulang tahun An dan aku akan berusaha membuatnya selalu ingin pulang," ungkap Sea dengan wajah memerah memikirkan apa yang akan ia lakukan nanti.
"Caranya gimana?" Bellin jadi penasaran.
"Cara yang dilakukan wanita dewasa pada pria dewasa, dan sepertinya Mas Nolan harus benar-benar disentuh menggunakan hati." Sea tersenyum miring membuat Bellin tertawa.
"Sea, aku suka gayamu. Jerat dia, Sea. Bikin dia semangat berobat. Kalau butuh lingerie, aku siap menyiapkan! Dijamin Nolan susah nolak kamu lagi." Bellin ikut antusias.
Sea tertawa, An jadi ikut melakukan hal sama padahal ia jelas tak mengerti apa yang dibicarakan dua wanita dewasa itu. Sea sebenarnya malu mengungkap hal itu pada Bellin, tetapi ia yakin bahwa sahabat suaminya itu bisa dipercaya. Bahkan setelah itu, Bellin bilang akan membantu Sea bila memang peranannya dibutuhkan.
Setelah satu jam berkunjung, Bellin pamit pulang. Wanita itu pun berjanji akan datang saat pesta ulang tahun An nanti. Sea hanya mengantar kepulangan Bellin hingga bibir pintu, tak sampai gerbang rumah. Bellin berjalan sendiri menuju car port untuk mengambil mobilnya. Baru akan membuka pintu kendaraannya, suara seseorang menyapa Bellin.
Bellin menengok, dan mendapati Rasi ada di hadapannya. Wanita itu tersenyum masygul, entah kenapa selalu malas bertemu dengan Rasi.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Rasi tanpa basa-basi.
"Bukan urusan kamu," jawab Bellin kembali menghadap mobil dan membuka pintunya.
"Jangan ganggu pernikahan kakak gue." Rasi bicara penuh penekanan sebelum Bellin masuk ke mobilnya.
"Jangan pura-pura baik, atau lo mau Mas Nolan membenci lo selamanya?" kata Rasi lagi, tetapi Bellin tak menanggapi. Wanita itu lekas masuk ke mobil, membanting keras pintunya dan segera tancap gas.
Rasi menggeleng-geleng melihat tingkah Bellin. Entah mengapa, ia tak suka dengan wanita itu. Rasi kira, ketika dulu Nolan mengajak Bellin untuk pertama kalinya ke rumah, mereka adalah sepasang kekasih. Keduanya tampak akrab dan perhatian satu sama lain. Namun, Nolan bilang dia sudah menganggap Bellin layaknya adik sendiri.
Rasi segera masuk ke rumah, ia mendapati An tengah duduk bersama boneka-bonekanya di ruang tamu. Rasi segera mendekat ke arah ponakannya itu, ia mencium pucuk kepala An dan mengacak rambut gadis kecil itu.
"Mommy An, mana?" tanya Rasi sambil celingukan.
"Eh ada Om Rasi." Tiba-tiba suara Dita mengagetkan Rasi. Rasi langsung berdiri dan menyapa Dita.
"Saya ke sini mau nanyain daftar tamu yang mau Sea undang," ucap Rasi pada Yeti yang kini tengah duduk hendak menyuapi An makan siang.
"Oh, mau bertemu Sea, ya?" tanya Dita, memandang Rasi yang tengah berdiri. "Silakan ke dapur aja, Sea lagi masak," ucap wanita yang melahirkan Sea itu.
"Ok, makasih Tante. Saya izin ke dapur menemui Sea, ya." Rasi kemudian pergi ke ruangan yang ditujunya.
Di dapur, Sea yang menggunakan celemek nampak sedang berdiri di depan bak cuci piring. Rasi mengangetkan Sea dengan menepuk kedua bahu wanita itu.
"Ya ampun, Rasi!" Sea berteriak begitu menengok ke arah Rasi. "Bikin kaget aja," ucap Sea sambil mengelus dadanya.
"Maaf, abis serius banget. Biasanya juga jarang masak," kata Rasi sambil menengok ke arah bak cuci. Rupanya Sea sedang mencuci sayuran. Ada brokoli, kentang, dan wortel di sana.
"Aku masak buat Mas Nolan, Ras," kata Sea sambil menaruh sayuran pada keranjang kecil agar air yang tersisa segera turun.
"Mas Nolannya tahu, enggak kamu yang masak buat dia?" tanya Rasi, mengekor langkah Sea yang membawa sayuran menuju meja makan yang ada di ruangan tersebut.
"Enggak tahu, Mas Nolan tahunya Bellin pesan makanan ini dari tempat langganannya," tutur Sea sambil duduk menghadap meja, lalu mengambil wortel yang akan dia potong.
"Kenapa kamu enggak ngaku aja kalau ini masakan kamu?" ucap Rasi sambil menarik kursi dan duduk di sebelah Sea.
"Nanti aku bilang," sahut Sea tanpa menoleh pada Rasi. Ia fokus memotong wortel sambil menunduk, sampai tak peduli beberapa helai rambut yang tak ikut terikat menempel pada pipinya.
"Kapan bilangnya?" Rasi risi melihat rambut Sea yang menghalangi wajah wanita itu. Tangan Rasi bergerak meraih rambut itu, dan menyelipkannya ke balik telinga Sea. Tanpa sengaja, jari Rasi menyentuh sekilas pipi Sea. Membuat wanita itu menghentikan memotong wortel lalu menegakkan kepala dan memandang ke arah Rasi.
"Maaf, tapi barusan rambutnya ganggu pemandangan banget," kata Rasi ketika ditatap sangat dalam oleh Sea.
Rasi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jangan sampai Sea sadar kalau gue suka sama dia. Ini tangan gatel banget, sih, ah! Pengen aja nyentuh milik orang lain.
"Kamu mau ngapain ke sini?" tanya Sea, awalnya ingin marah atas tindakan Rasi barusan, tetapi ia tahan sebab tak ingin diomeli Yeti nantinya.
"Aku mau tanya daftar tamu, soalnya besok mau dicetak undangannya," jawab Rasi berusaha bicara setenang mungkin. Ia juga merasa heran, Sea tak marah-marah seperti biasanya.
"Tunggu bentar, ya, aku selesaikan masak dulu. Enggak apa-apa, kan?" Sea kemudian kembali fokus memotong sayuran.
"Tadi Bellin ngapain ke sini?" tanya Rasi yang masih penasaran dengan kedatangan Bellin. Setahu Rasi, Sea tidak begitu akrab dengan Bellin.
"Ada urusan sedikit," jawab Sea sambil teliti memotong brokoli. Ia pastikan tak ada binatang pada sayuran tersebut.
"Menyangkut Mas Nolan?" Rasi menebak keadaan.
Sea hanya mengangguk sebagai jawaban. Membuat Rasi paham sepertinya wanita itu memang sedang tak ingin diganggu.
"Ya udah, aku nunggu di depan aja sama An," ucap Rasi sambil beranjak dan mengusap pucuk kepala Sea sebelum pergi.
Sea menghentikan memotong brokoli, ia tatap punggung Rasi yang terbungkus kaus putih hingga hilang dari pandangannya. "Semoga kamu mendapatkan wanita yang baik untuk dijadikan istri, ya, Ras." Sea bicara sendiri, kemudian kembali fokus memotong sayuran.
Semangat sea
Comment on chapter Bab 1