Read More >>"> Dialog Tanpa Kata (Bab 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dialog Tanpa Kata
MENU
About Us  

“Mama, rasanya kok sakit banget!” teriak Sea, meringis tiada ampun sembari memeluk erat lengan mamanya, Dita.

 

“Sea, berisik. Mending kumpulin tenaganya buat nanti mengejan di rumah sakit,” saran Rasi yang sedang mengemudi.

 

“Diem! nggak ada yang nyuruh kamu ngomong.” Sea tetap judes pada Rasi meski sedang kontraksi.

 

Dita terus mengelus pinggang Sea sambil mulut bergumam doa. Di kursi depan mama mertua Sea --Yeti pun tak luput berdoa agar menantunya diberi kelancaran saat melahirkan.

 

“Masih mending aku mau nganter,” timpal Rasi.

 

“Siapa juga yang mau, aaa ... sakiiit!”

 

Rasa panas dari pinggang merambat ke perut kembali dirasakan Sea. Dita tak menjawab, rasanya percuma saja banyak kata, sedangkan sang putri sedari tadi tak mau ditenangkan.

 

Hingga tiba ke rumah sakit, Sea segera ditangani oleh dokter sementara Rasi menunggu saja di luar. Pria itu adalah satu-satunya orang yang tak pernah akur dengan Sea sedari mereka kecil. Padahal keduanya hidup bertetangga, selalu satu sekolah sedari SD hingga SMA. Rasi sendiri adalah adik dari Nolan meski lain ayah. Pernikahan Sea dan Nolan, tak lantas membuat  hubungan Sea dan Rasi membaik. Lebih tepatnya, Sea yang memang selalu ketus pada Rasi.

 

Sea menikah dengan Nolan satu tahun yang lalu karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Sea pikir, hidup bersama Nolan akan membahagiakan. Dia diam-diam sudah mengagumi Nolan sejak masih memakai seragam putih biru. Begitu tahu dijodohkan dengannya, jelas Sea bahagia bukan main.

 

Sea kira, Nolan si dokter yang wajahnya tampan serta dikenal pintar itu akan membuat hatinya lekas terpaut. Namun, semua tak semudah membalikan telapak tangan. Seminggu usia pernikahan mereka, bahkan Nolan jarang pulang ke rumah. Berdalih banyak kegiatan di rumah sakit, membiarkan Sea sendiri di rumah besar mereka.

 

Sea berusaha mengambil sisi positifnya saja, ia yang memang memilih tak bekerja setelah lulus kuliah merasa nyaman bisa leha-leha di rumah dengan fasilitas yang diberikan Nolan. Hingga Sea larut dalam dunia sendiri sebagai seseorang yang hobi menulis dan membaca.

 

Bahkan Sea memberanikan diri menulis novel pada salah satu platform, meski tak banyak orang yang membacanya. Pernikahan Sea dan Nolan lambat laun malah seperti sandiwara saja, saat ditanyai kapan akan memiliki momongan? Saat itulah Nolan bilang pada Sea agar istrinya itu lekas ikut program hamil.

 

Sea pikir Nolan akan berubah, satu bulan di waktu itu ia rutin pulang. Mereka bergaul layaknya suami istri hingga Sea hamil. Setelah tahu istrinya berbadan dua, Nolan kembali jarang pulang. Apalagi saat ia ditunjuk rumah sakit tempatnya bekerja untuk bertugas ke luar negeri, sepertinya kesempatan itu dimanfaatkan oleh Nolan. Bahkan ia bilang, itu impiannya. Sea jelas tak dapat menahan kepergian sang suami.

 

Di bulan keenam kehamilannya, Sea memilih pindah kembali ke rumah orang tua. Hebatnya Sea, ia tak pernah menceritakan keburukan Nolan. Orang tuanya hanya tahu Nolan sibuk. Jauh di dasar hati perempuan itu, berharap Nolan bisa berubah. Mereka dapat berumah tangga layaknya pasangan lain.

 

Suara tangis bayi membuat Dita dan Yeti bernapas lega. Menyusul kabar dari dokter bahwa Sea melahirkan seorang putri yang sehat dan tak kurang satu apapun. Sea sendiri dalam kondisi baik, ibu dan bayi sama-sama hebat kata sang dokter.

 

Tangisan kecil dari bibir mungil sang putri meluruhkan sesak yang selama ini bersemayam di hati Sea. Melihat bayi merah yang selalu semangat menyesap ASI itu adalah pelipur lara yang nyata. Meski Nolan mengirim pesan baru akan pulang besok, itu juga lewat Dita. Sea bersyukur, akhirnya akan kembali jumpa dengan sosok lelaki pemilik tubuh tinggi itu.

 

Sea masih merasakan bagaimana pesona Nolan saat menguasai dirinya. Meski tiada kelembutan sedikit saja, bahkan tak ada keindahan seperti dalam novel yang dibacanya selama ini. Bagi Sea, hal itu justru terlalu menyakitkan. Mereka melewatkan semua itu seolah hanya sebagai ritual semata, ketika apa yang dicapai telah didapat Nolan bilang cukup sampai di situ. Sea merasa hanya jadi alat, bukan belahan jiwa dengan berjuta makna.

 

Nolan pulang ketika Sea dan putrinya sudah berada di rumah. Tak ada sapa ramah apalagi kecup hangat sebagai tanda rindu. Nolan hanya menatap sekilas bayi mereka, tanpa pendaran kebahagiaan dari kedua bola matanya. Ia bahkan melewatkan setengah hari dengan tidur saja, tak terusik meski buah hatinya menangis.

 

Sea merasa usahanya menarik perhatian Nolan sia-sia, ia bahkan mengutuk dalam hati kebodohannya yang berusaha mempercantik diri dengan melakukan perawatan tubuh sebelum Nolan tiba. Jangankan menyentuh Sea, melirik saja Nolan seolah-olah tak sudi. Bahkan keberadaan putri mereka juga seperti tak berharga di mata Nolan.

 

“Kamu udah siapkan nama untuk anak kita belum, Mas?”

 

Malam menjelang tidur Sea akhirnya memberanikan diri bertanya. Nolan tak lekas menjawab, ia yang sedang duduk pada sofa di dekat jendela seolah terlihat bingung.

 

“Kamu aja yang kasih nama. Aku pasti jarang pulang lagi. Urus dia dengan baik.”

 

Mata Nolan melirik laptop yang sedang menyala di pangkuan Sea. Kalimat Nolan laksana belati yang menyayat hati Sea, melukai tiada ampun seluruh sudutnya.

 

Keberadaan Nolan di rumah bahkan hanya sibuk di depan laptop dan berulang kali menerima telepon dari rekan kerjanya. Sungguh tak adil, ketika sedang bekerja pria itu tak pernah menelepon Sea. Namun, saat di rumah hanya raga saja yang Nolan bawa, hatinya tetap pada pekerjaan. Atau hal lain? Sea mulai curiga dan memikirkan hal yang tidak-tidak.

 

“Ini pasti yang jatuh cinta lebih dulu adalah Sea,” ucap Dita esoknya ketika berkumpul di ruang keluarga usai sarapan.

 

Nolan yang sedang fokus pada ponsel hanya melirik sekilas. Ia seolah-olah sedikit saja tak merasa bahagia dengan kehadiran sosok bayi menggemaskan itu.

 

“Wajah baby mirip sekali dengan Nolan!” pekik Dita membuat Nolan malah berdiri dan pamit ke kamar.

 

“Susul gih, mungkin dia lebih kangen ke mamanya baby!” bisik Dita pada Sea.

 

“Iya, kalian tenang aja. Nanti kalo baby nangis Mama kasih ASI pakai botol saja,” tambah Yeti mengerling penuh arti.

 

Demi membuat mama dan ibu mertuanya tak berprasangka buruk, Sea terpaksa ke kamar. Membiarkan dua wanita itu berpikir bahwa Sea dan Nolan hendak saling merayu mesra menumpahkan kerinduan. Padahal yang terjadi di dalam kamar justru suasana mencekam.

 

Ketika Sea mendekat pada Nolan yang tengah duduk di tepi ranjang, pria itu malah berdiri. Menggaruk lengan seraya berjalan ke arah meja rias mencari sesuatu di sana.

 

Sea kembali mendekat ke arah Nolan yang tengah mengacak seluruh botol berisi krim perawatan tubuh. Hingga akhirnya membuat Sea mengambil kayu putih di bagian laci dan menyerahkan pada Nolan. Pria itu menerimanya tanpa berkata apa-apa, kemudian kembali berjalan ke arah tempat tidur.

 

Sea menggeleng sembari merapikan benda yang letaknya tak beraturan di meja rias. Sanggupkah ia habiskan sisa hidupnya dengan lelaki seperti Nolan? Merelakan jiwanya digerogoti sepi dan nestapa setiap detik.

 

Komentar pembaca tentang tulisannya kembali muncul ke permukaan dalam benak Sea. Membuat panas tak hanya merambati hati, tetapi juga seluruh tubuh hingga ke pipi.

 

‘Penulisnya belum pernah jatuh cinta ya? Mendeskripsikan orang saling mencintai saja feel-nya nggak kerasa.’

 

Andai mereka tahu, bagaimana nasib percintaan Sea? Ia yang tak paham apakah pernah jatuh cinta pada Nolan? Selain merasa kagum saja akan rupawan dan prestasi pria itu.

 

“Besok pagi-pagi saya harus pergi lagi.”

 

Perkataan Nolan membuat lamunan Sea buyar, ia berbalik ke arah suaminya yang sedang duduk di tepi ranjang. Sea hanya mengangguk, sambil berkata iya pelan sekali.

 

“Nanti biar Rasi yang antar kamu ke rumah sakit untuk periksa bayi itu."

 

Bayi itu? Sea meremat pinggiran roknya sekuat tenaga. Menahan tangis hingga bibir dan dagunya bergetar.

 

“Dia anak kita, Mas!” Suara Sea bergetar memecah keheningan. “Tega sekali kamu bilang dia dengan sebutan bayi itu?” lanjut Sea mendekat ke arah Nolan, berdiri di hadapan pria itu.

 

“Aku ini sebenarnya siapa kamu , Mas?” Sea menunjuk wajahnya sendiri. “Kenapa nggak dari awal aja kamu menolak perjodohan ini?” lanjut Sea seraya sengaja menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai.

 

“Saya sudah melakukan tugas suami dengan baik. Saya beri kamu rumah, tabungan, nafkah, bahkan anak. Saya kerja dengan sebagian gaji masuk ke rekening kamu. Masih kurang?” tuding Nolan kemudian beranjak meninggalkan kamar.

 

Sea berpindah menyandarkan punggung pada badan tempat tidur. Ia sengaja menutupi kelakuan Nolan dari keluarga sebab tak ingin membuat mama dan papa yang kini sudah ada di surga khawatir dan menyesal dengan perjodohan ini. Bagi Sea, ia ingin rumah tangganya kekal, apalagi kini sudah ada buah hati yang menggemaskan.

 

Sea pikir, jika dirinya dan Nolan berpisah maka akan ada banyak pihak yang tersakiti. Ia harus bertahan, berusaha baik-baik saja dan berharap Nolan bisa berubah seiring berjalannya waktu.

 

“Sepertinya saya harus berangkat sekarang. Mau ke rumah sakit tempat dulu bekerja, besok pagi-pagi langsung berangkat dari sana.”

 

Tiba-tiba Nolan kembali masuk dan meraih koper di atas lemari. Sea gegas berdiri, mendekat ke arah Nolan dan merebut koper dari tangan pria itu.

 

“Izinkan aku melakukan tugas istri dengan baik, jangan cuma bisa makan uang kamu doang!” ketus Sea mulai memasukkan pakaian Nolan.

 

Keesokan harinya, Rasi serta Dita dan Yeti sudah siap di dalam mobil hendak ke rumah sakit memeriksa keadaan baby. Rasi yang kesal karena Sea tak kunjung tiba, menggerutu sendiri sambil sesekali memukuli setir.

 

“Sabar, mungkin Sea masih beberes dulu kamar,” hibur Yeti.

 

“Maaf ya Om Rasi, Sea apa-apa memang suka lelet.” Dita menambahi.

 

Setelah 20 menit berlalu, barulah Sea keluar dari rumah. Wajah perempuan itu tampak segar dengan rambut tergerai indah, memakai rok warna mustard di bawah lutut dengan blus putih berkerah Sabrina ia berlari-lari kecil menuju mobil.

 

“Aku kira dandan lama banget mau jadi secantik Dian Sastro,” sindir Rasi sambil melirik Sea yang sedang mengenakan sabuk pengaman. Ekor matanya meneliti pergerakan Sea, saat perempuan itu sudah selesai dengan kegiatannya baru ia melajukan kendaraan.

 

“Apaan gorden rumah sakit dipake buat rok?” ledek Rasi melirik pada rok yang dipakai Sea.

 

“Ini namanya rok plisket, enak aja disamain gorden!” bentak Sea.

 

Rasi yang selalu berkata menyebalkan dan Sea yang mudah tersinggung menjadikan keduanya sulit terkoneksi dengan baik. Bila Nolan memilih menjadi dokter, maka Rasi terpaksa harus menjalankan bisnis keluarga sebagai pemilik konveksi sekaligus toko bahan pakaian terbesar di salah satu pusat perbelanjaan ternama di ibu kota.

 

“Eh model begitu tuh lebih mirip gorden.” Rasi tak puas hanya sekali menggoda Sea.

 

“Heh, Terasi!” seru Sea sambil memukul dashboard. “Kamu, kan tukang bahan, udah malang melintang deh di bisnis konveksi. Masa nggak tau rok plisket. Jangan nyari gara-gara, nanti aku ulek bareng cabe biar jadi sambel tau rasa, kamu!” ancam Sea.

 

Baru Rasi akan kembali bicara, Yeti lebih dulu menyela. “Rasi, sudah dong jangan diganggu terus kakaknya.”

 

Rasi tertawa, tawa yang dipaksakan. Hal paling menyedihkan dalam episode hidupnya adalah harus menerima Sea sebagai kakak ipar. Rasanya seperti harus menelan obat tanpa air, sudah pahit sakit pula.

 

“Ok, kakak ya,” gumam Rasi.

 

Sea yang tak mendengar apa yang diucap pria itu, meski sempat melihat bibirnya bergerak tak berselera bertanya ada apa? Ia memilih menyandarkan punggung ke kursi mobil kemudian memejamkan mata hingga tiba di rumah sakit barulah ia kembali terjaga.

 

“Bayinya makin mirip papanya, ya,” ucap sang dokter sambil menoleh ke arah Rasi.

 

Dita, Yeti, dan Rasi hanya tersenyum, sedangkan Sea sudah mengomel dalam hati, tak rela putrinya dikatai mirip Rasi. Namun, apa mau dikata dari awal kehamilan selalu Rasi yang mengantarnya ke rumah sakit. Dita dan Yeti memutuskan membawa lebih dulu sang cucu keluar dari rumah sakit sementara Sea belum selesai diperiksa. Ia ditemani Rasi menyusul kepergian sang mama dan mama mertua setelah selesai dengan kegiatannya. Sea awalnya menggerutu, ia tak suka ditunggu oleh Rasi. Namun pria itu hanya menanggapi dengan cengengesan khasnya.

 

“Eh tunggu!” Saat melintas di ruang UGD tiba-tiba Rasi menarik pinggang Sea yang berjalan di hadapannya.

 

Sontak punggung Sea menabrak dada liat Rasi yang terbungkus kemeja hitam. Ujung hidung Rasi bahkan bersentuhan dengan rambut hitam Sea. Untuk sepersekian detik, pria itu memejamkan mata. Ingin rasanya menenggelamkan wajah di antara lembut rambut Sea yang harum nan memikat. Menghirup dalam-dalam aroma vanila yang disuguhkan. Namun, sebelum itu hampir terjadi tangan Sea lebih dulu mencubit lengan Rasi yang melingkar di pinggangnya.

 

“Jangan kurang ajar, deh!” Sea menarik diri untuk kembali berjalan, tetapi Rasi kembali menahannya.

 

“Eh tunggu, liat dulu deh ke dalem UGD!”

 

Sea terpaksa melakukan apa yang disuruh Rasi.

 

“Tuh liat, warna gorden penyekatnya sama persis kaya rok yang kamu pake,” bisik Rasi diakhiri tawa lalu berlari menghindari amukan Sea.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 1 0
Submit A Comment
Comments (14)
  • rachma

    Namanya Rasi bagus ya ...

    Comment on chapter TAMAT
  • rachma

    Rasi nanti ma Lala aja ya

    Comment on chapter Bab 29
  • rachma

    Semoga papanya Rasi ga apa-apa...

    Comment on chapter Bab 23
  • rachma

    Rasi ma akuh aja mau ga 🀭🀭🀭🀭

    Comment on chapter Bab 22
  • rubi_adawiyah

    Hai Rasi & Sea

    Comment on chapter Bab 1
  • rachma

    😭😭😭😭😭😭😭

    Comment on chapter Bab 20
  • rachma

    Rasi ma akuh aja y πŸ€—πŸ€—πŸ€—πŸ€—

    Comment on chapter Bab 19
  • rachma

    Sakit banget ya Rasi ,,,, sabar ya

    Comment on chapter Bab 15
  • rachma

    Kasihan Rasi, cinta tak terucap ...

    Comment on chapter Bab 14
  • rachma

    Sabar y Rasi ...

    Comment on chapter Bab 13
Similar Tags
EFEMERAL
91      83     0     
Romance
kita semua berada di atas bentala yang sama. Mengisahkan tentang askara amertha dengan segala kehidupan nya yang cukup rumit, namun dia di pertemukan oleh lelaki bajingan dengan nama aksara nabastala yang membuat nya tergila gila setengah mati, padahal sebelumnya tertarik untuk melirik pun enggan. Namun semua nya menjadi semakin rumit saat terbongkar nya penyebab kematian Kakak kedua nya yang j...
Semu, Nawasena
5654      2465     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
HURT ANGEL
113      89     0     
True Story
Hanya kisah kecil tentang sebuah pengorbanan dan pengkhianatan, bagaimana sakitnya mempertahankan di tengah gonjang-ganjing perpisahan. Bukan sebuah kisah tentang devinisi cinta itu selalu indah. Melainkan tentang mempertahankan sebuah perjalanan rumah tangga yang dihiasi rahasia.
SOSOK
84      75     1     
Horror
Dunia ini memang luas begitu pula seisinya. Kita hidup saat sendiri namun bersama sosok lain yang tak terlihat. SOSOK adalah sebuah cerita yang akan menunjukkan sisi lain dunia ini. Sebuah sisi yang tak terduga dan tak pernah dipikirkan oleh orang-orang
Warisan Kekasih
620      437     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...
Coneflower
2682      1358     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." β€” β€” β€” Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...