CINTA DAN KETUHANAN
Yang merupakan manifestasi dari adanya karunia Tuhan dan cinta-Nya kepada manusia. Dalam pandangan para filsuf idealis di mana di antara yang termasuk kategori para filsuf idealis ini adalah para teolog dan para filsuf yang melandaskan pikirannya pada ajaran agama tertentu, cinta lebih banyak dikaitkan dengan Tuhan atau hal lain yang ‘Tak Terjangkau’, ‘Maha Sempurna’, dan sering juga disifati sebagai ‘Yang Meliputi Segala Sesuatu’. Pemikiran cinta dalam agama-agama tersebut berhulu dan bermuara kepada cinta yang tulus dan tanpa pamrih kepada Tuhan atau ‘sesuatu yang lain yang bersifat’ atau ‘disifati seperti Tuhan’.
Di antara term-term yang pernah dipakai untuk menyebut cinta dalam kondisi ini adalah:
Ø Agape (Yunani):
Kasih agape adalah kasih yang tulus, kasih tertinggi tanpa pamrih – misalnya kasih Tuhan kepada
manusia.
Dalam kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani asli mengenai ‘kasih persahabatan’ disebut
dengan kata ‘philia’. Kata itu, dengan kata agape yang lebih terkenal, seringkali diterjemahkan
menjadi ‘kasih’. Kesimpulannya, setiap orang memerlukan yang lain untuk dicintai dan setiap
orang memerlukan dicintai oleh yang lain itu. Kita dipanggil bukan untuk melakukan apa yang
cemar, melainkan apa yang kudus, memberikan teladan bagi orang-orang yang percaya dalam
perkataan, dalam kehidupan, dalam kasih, dalam iman, dan dalam kemurnian”
Ø Caritas (Latin)
Ø Confusius:
Memperkenalkan konsep cinta yang berawalkan pada ‘kesalehan anak-anak”. (Uraian dan
senandung-senandung terdapat dalam naskah buku kami yang berjudul ‘Ujar-Ujar Klasik Kuno’.)
Ø Hesed (Yahudi)
Ø Karuna (Buddhis):
Cinta berwujud peniadaan diri dalam Udana yang merupakan salah satu teks Pali Canon yang paling indah dan memajukan pikiran. Udana adalah delapan puluh Sutta yang walaupun pendek, tetapi sangat mengesankan dan perlu untuk dikemukakan sebagai ‘kebangkitan tiba-tiba’ yang kebanyakan diambil terjemahannya dari ‘Udana Commentary’: