Read More >>"> Dunia Sasha (Aran Dinata) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dunia Sasha
MENU
About Us  

Tepat hari ini dan di detik ini pula, Aran Dinata resmi berusia 20 tahun. Tanpa adanya tiupan lilin dan kue tar seperti orang-orang pada umumnya yang merayakan ulang tahun, lelaki itu hanya melahap siomay lima ribuan di meja makannya yang sederhana.

            Lampu rumahnya semakin lama semakin remang. Bukan karena ia menyukai kondisi minim cahaya, melainkan lampu tersebut sudah dipastikan sebentar lagi tewas dan harus diganti dengan yang baru.

            Aran mengunyah siomay yang biasanya memberikan sensasi bumbu kacang yang enak. Namun entah kenapa, hari ini rasanya hambar. Tidak ada yang salah dengan makanannya. Semua karena suasana hatinya yang tiba-tiba kesepian.

            Ayahnya mengucapkan selamat ulang tahun via telepon. Mereka hanya berbincang 5 menit, sebelum akhirnya lelaki 52 tahun itu harus memutus panggilan karena bertugas menjadi hakim di persidangan kasus pembunuhan. Ayahnya di pindah tugaskan di Banjarmasin. Sedangkan dirinya harus tetap kuliah di Depok, menempati rumah masa kecilnya.

            Ia melirik ponsel untuk kesekian kalinya. Albert, kakak lelakinya, sama sekali tidak memberikannya pesan. Sudah diduga, bedebah itu pasti lupa hari kelahiran adiknya. Namun, satu pesan mencuri perhatiannya.

            Selamat Ulang Tahun, Aran Dinata! Semoga semua urusan kamu lancar, ya. Dan semoga kita bisa sama-sama terus. Oh ya, sebentar lagi aku pulang ke Indonesia. Salam sayang—Keisha Amanda Westring.

            Aran tersenyum tipis, sebelum akhirnya benar-benar mematikan ponselnya. Ia bangkit dan menaruh piring kotor di atas tempat cuci piring tanpa berniat untuk mencucinya. Lelaki itu melangkah menuju suatu tempat yang selalu ia datangi acap kali usianya bertambah.

            Tempat itu terisolasi sejak ia masih berusia 5 tahun. Kematian ibunya menyebabkan kamar pribadi wanita itu tidak pernah ditempati lagi. Namun hingga kini, barang-barang pribadi ibunya masih terpatri di ruangan itu tanpa pernah disingkirkan sama sekali.

            Ruangan itu gelap gulita. Kasur besar dengan seprai putih dan bantal lengkap masih bertengger disana. Debu-debu halus menyulap ranjang itu menjadi sedikit kumuh, tidak lagi seputih kapas seperti sedia kala. Lemari pakaian, piano, meja hias—yang semuanya terbuat dari kayu jati kecoklatan—kini diselimuti debu berlapis-lapis. Tak jarang, Aran harus bersin-bersin kerap ia memasuki tempat ini.

            Wati—pengasuh Aran dari sejak lelaki itu masih SD—masih setia mengasuhnya sampai sekarang. Setiap pagi jam 8 hingga 4 sore, perempuan 50 tahunan itu masih tetap datang setiap hari, bersih-bersih, memasak, dan menyiram tanaman. Aran hampir lupa seluruh kenangan bersama Ibunya yang telah tutup usia di saat ia masih balita. Namun, Wati selalu setia menceritakan setiap detail kenangannya.

            Aran memencet sakelar lampu. Sontak ruangan menjadi terang benderang. Jauh lebih terang daripada lampu ruang makannya. Pandangan matanya langsung tertuju ke sebuah foto besar dengan figura yang berbentuk seperti akar pohon berwarna keemasan. Foto itu memuat seorang wanita muda yang tengah menggendong bayi perempuan. Wanita itu tersenyum lebar, sedangkan bayi perempuan di pangkuannya menampakkan wajah kantuk yang terlihat lucu diantara pipi tembamnya yang memerah.

            Di bawahnya memuat dua nama perempuan yang persis. Ibu dan anak itu memiliki nama yang sama.

            “Kemana adikku sekarang, Bu?” Aran Dinata yang saat itu berusia 10 tahun, mengajukan pertanyaan kepada Wati yang sedang menyapu halaman rumah.

            “Meninggal,” jawabnya singkat.

            Namun entah kenapa, seluruh anggota keluarganya enggan menceritakan detail terkait ibunya dan juga adik perempuannya. Baik ayahnya maupun Wati, menyimpan rahasia besar yang sampai sekarang tidak Aran ketahui apa persisnya. Semuanya terasa janggal. Seakan-akan, teori konspirasi besar berputar-putar di kepalanya.

            Albert? Lelaki 23 tahun itu tidak tahu apapun. Ia sangat masa bodoh terhadap segala hal. Hanya satu hal yang membuatnya bergairah. Ekonomi. Lelaki itu terlalu sibuk belajar di Amerika Serikat sebagai penggemar fanatik David Ricardo.

***

            Raisa terkantuk-kantuk mendengar beberapa petinggi kampus, mulai dari Rektor hingga wakil-wakilnya berbicara di depan podium. Aula besar kampus menampung seluruh mahasiswa baru dari berbagai fakultas. Semuanya berpakaian seragam—kemeja putih, rok hitam bagi perempuan, dan celana hitam bagi laki-laki. Meskipun aula disesaki oleh ribuan manusia, air conditioner yang berhembus cukup membuat beku. Entah berapa daya mesin pendingin yang kini bertengger di bagian atas aula.

            Menghalau kantuk, Raisa bangkit berdiri dan izin ke toilet kepada salah satu senior perempuan betubuh gempal yang mengenakan kemeja merah maroon berlabel ‘Badan Eksekutif Mahasiswa Teknik Kimia’.

            Dengan sengaja, Raisa memelankan langkah. Perpohonan dan rumput-rumput hijau tertanam asri di area kampus. Udara siang hari yang terik berhembus segar mengayun-ayunkan rambut hitamnya yang kini tergerai. Setidaknya, kondisi beberapa menit perjalanannya menuju toilet jauh lebih baik dibandingkan diam di dalam aula.

            Beberapa langkah memasuki toilet, Raisa langsung jatuh terduduk. Dahinya menghantam keras dada bidang seorang lelaki yang baru saja keluar dari toilet. Lelaki yang mengenakan almamater kampusnya itu  menunduk, mencengkeram kedua lengan atas Raisa, kemudian membantunya berdiri.

            Raisa mengusap dahinya yang kini terasa sedikit nyeri. Ia mendongak, melirik lelaki dengan rambut hitam kering yang memiliki tinggi badan hampir 20 cm melampauinya.

            “Kamu nggakpapa?”

            Raisa menunduk, kemudian mengangguk. “Nggakpapa, Kak. Maaf ya....”

            Dengan raut wajah yang masih datar, lelaki itu menunjuk ke ruangan di sebelah mereka. “Toilet perempuan di sebelah.”

            Raisa langsung mengernyit menahan malu. Entah berapa kali ia harus manggut-manggut dengan sopan untuk meminta maaf, sebelum akhirnya gadis itu berbalik dan masuk ke ruangan yang semestinya.

            Raisa membasuh wajahnya menggunakan air mengalir di wastafel toilet perempuan. Gadis itu menghela napas lega menyaksikan bahwa ia sendirian di dalam toilet. Rasa malu berkali-kali lipat membuat seluruh bagian wajahnya bersemu merah. Ia cukup beruntung bertabrakan dengan seseorang sebelum akhirnya masuk ke toilet. Bagaimana jika ia sempat menyaksikan laki-laki itu sedang buang air kecil?

            Perempuan itu menghela napas panjang. Dari hati kecilnya, ia berharap tidak akan pernah bertemu lelaki yang tadi ia tabrak di toilet. Atau setidaknya, jika mereka bertemu lagi, mereka telah melupakan wajah satu sama lain.

            Meski saat ini—sepasang mata tajamnya, wajahnya tirusnya yang putih, kumis tipisnya, serta suaranya yang berat dan serak-serak basah—masih terpatri hangat dalam ingatannya.

***

            “Lo kemana aja, sih? Sebentar lagi lo kata sambutan!” Lily yang sedari tadi bolak-balik di ruang tunggu seketika langsung menyemprot Aran setelah lelaki itu tiba di ruangan.

            “Gue ke wc tadi.” Aran melirik lelaki bertubuh gemuk yang mengenakan seragam BEM kampusnya, “Lo nggak bilang ke Lily?”

            Lelaki itu mengangkat bahu. “Gue nggaktau kalo dari tadi Lily nyariin lo. Gue kira dia cuma gugup aja.”

            Lily hendak melemparkan botol minum ke arah Rio yang masih saja menampakkan wajah polos dibalik kedua pipinya yang tembam. Aran menepuk bahu Lily pelan. Hendak menenangkan.

            “Gue ngerti kalau jadi koordinator itu susah. Gue minta maaf udah bikin lo cemas.”

            Lily hanya mengangguk tanpa menampilkan senyum ramah. “Setelah MC manggil, lo langsung maju ke atas podium!”

***

            “Aku Fia.”

            Seseorang mengulurkan tangan di depan Raisa setelah beberapa menit ia kembali ke aula dan berdiam diri tanpa suara. Raisa melirik ke sebelah kanannya, kemudian tersenyum lebar.

            “Raisa. Raisa Kamila Putri.”

            “Anak tekim juga?” Pertanyaan retorik dari Fia hanya ditanggapi Raisa dengan anggukan. Sudah pasti aula di sisi timur semuanya diisi oleh mahasiswa baru teknik kimia.            Setelah berbincang-bincang panjang tentang asal SMA, pandangan Raisa kembali tertuju ke podium saat presiden mahasiswa kampusnya diumumkan akan memberikan kata sambutan oleh MC.

            Raisa ternganga melihat sosok lelaki jangkung yang maju ke atas podium. Lelaki itu mengusap rambutnya sejenak ke belakang, kemudian membenarkan mikrofon. Beberapa menit yang lalu, sosok itulah yang ditabrak Raisa hingga gadis itu jatuh terduduk.

            Fia menatap heran, “Kenapa, Ca?”

            Raisa menggeleng tanpa mengalihkan pandangan sama sekali, “Dia....”

            “Presiden mahasiswa. Anak semester lima teknik kimia.”

            Perempuan itu semakin terkejut lagi mendengar fakta berikutnya. Fakta yang membuat mereka mungkin akan bertemu lagi keesokan harinya. Gadis itu bingung setengah mati. Mengapa jantungnya berdebar begitu keras?

            “True knowledge exists in knowing that you know nothing.

Tidak seperti kata sambutan sebelum-sebelumnya, lelaki itu memulai narasinya menggunakan salah satu kutipan dari Socrates—seorang filsuf Yunani dan figur paling penting dalam tradisi filosofis barat. Raisa yang telah mengkonsumsi banyak buku bacaan sejak kecil, tidak asing lagi dengan kalimat yang diucapkan lelaki itu dengan lantang. Sebaris kutipan itu pula yang membuat Raisa suka belajar. Alasannya sederhana, perempuan itu mengkondisikan dirinya sebagai manusia yang tidak tahu apapun.

            “Sebaris kalimat pendek itulah yang memotivasi saya untuk mengenyam pendidikan ke perguruan tinggi.” Lelaki itu tersenyum tipis. Wajahnya tampak tenang. Perawakannya tegap. Raisa tebak, ia sangat berpengalaman bicara di depan umum.

            “Perkenalkan semuanya....” Raisa menggenggam sepasang tangannya  yang berkeringat. Penasaran siapa sebenarnya nama lelaki itu. “Saya Aran Dinata Putra.”

            Aran Dinata. Nama itu seketika terpatri hangat di ingatannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dua Warna
420      307     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Mahar Seribu Nadhom
4451      1486     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
My Teaser Devil Prince
5565      1337     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Hear Me
474      341     0     
Short Story
Kata orang, menjadi anak tunggal dan hidup berkecukupan itu membahagiakan. Terlebih kedua orangtua sangat perhatian, kebahagiaan itu pasti akan terasa berkali lipat. Dan aku yang hidup dengan latar belakang seperti itu seharusnya merasa bahagia bukan?
Semu, Nawasena
6160      2520     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
KAU, SUAMI TERSAYANG
612      416     3     
Short Story
Kaulah malaikat tertampan dan sangat memerhatikanku. Aku takut suatu saat nanti tidak melihatku berjuang menjadi perempuan yang sangat sempurna didunia yaitu, melahirkan seorang anak dari dunia ini. Akankah kamu ada disampingku wahai suamiku?
Rasa Cinta dan Sakit
426      215     1     
Short Story
Shely Arian Xanzani adalah siswa SMA yang sering menjadi sasaran bully. Meski dia bisa melawan, Shely memilih untuk diam saja karena tak mau menciptakan masalah baru. Suatu hari ketika Shely di bully dan ditinggalkan begitu saja di halaman belakan sekolah, tanpa di duga ada seorang lelaki yang datang tiba-tiba menemani Shely yang sedang berisitirahat. Sang gadis sangat terkejut dan merasa aneh...
Just For You
4148      1634     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
Kala Senja
31453      4512     8     
Romance
Tasya menyukai Davi, tapi ia selalu memendam semua rasanya sendirian. Banyak alasan yang membuatnya urung untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Sehingga, senja ingin mengatur setiap pertemuan Tasya dengan Davi meski hanya sesaat. "Kamu itu ajaib, selalu muncul ketika senja tiba. Kok bisa ya?" "Kamu itu cuma sesaat, tapi selalu buat aku merindu selamanya. Kok bisa ya...
When You're Here
1984      921     3     
Romance
Mose cinta Allona. Allona cinta Gamaliel yang kini menjadi kekasih Vanya. Ini kisah tentang Allona yang hanya bisa mengagumi dan berharap Gamaliel menyadari kehadirannya. Hingga suatu saat, Allona diberi kesempatan untuk kenal Gamaliel lebih lama dan saat itu juga Gamaliel memintanya untuk menjadi kekasihnya, walau statusnya baru saja putus dari Vanya. Apa yang membuat Gamaliel tiba-tiba mengin...