Loading...
Logo TinLit
Read Story - Call Kinna
MENU
About Us  

Kalla menghela napas panjang menatap ruang kerja di sekelilingnya. Hidupnya belakangan ini mendadak kosong. Jadi sangat sepi? Entahlah, Kalla juga tidak mengerti. Mengapa dirinya benar-benar tidak bergairah? Setiap kali melakukan suatu hal, rasanya tidak ada semangat sama sekali. Seperti sekarang ini. Gusar, dilemparkannya map dokumen di tangan. Kesal sendiri karena sejak tadi tidak fokus.

Thalia. Kinna. Siapa lagi yang kini berlomba-lomba kabur darinya?

Lama melamun, Kalla sampai tidak sadar bunyi ketukan pintu yang sejak tadi terdengar. Diliriknya sekilas melalui CCTV yang terhubung pada layar komputernya. Menampilkan sosok tinggi nan gagah berdiri di luar sana. Ah, Kalla jadi ingat beberapa hari lalu telah menyuruhnya pulang.

Kalla menghela napas panjang sambil bergumam lirih, “Masuk!”

Dan laki-laki itu berlarian masuk ke dalam ruangannya. Nyaris menerjangnya hidup-hidup kalau dia tidak segera bergerak mundur. Jordan berusaha mencekiknya.

“Oh, shit! Are you crazy?!” pekik Kalla emosi. “Mundur!”

Jordan menggebrak meja tak kalah emosi. “Where?!”

Kalla memicing.

“Where is Kinna?! What you did to her when Im gone?!”

Tawa Kalla sumbang. “What did I do to her?! You can ask yourself what she’s been doing behind your back?!”

Kalla hanya tertawa melihat ekspresi Jordan.

“Selama ini lo nggak tahu dia siapa? Lo ditipu, Jordansyah! She is—just a bitch!” Kalla menggeleng, “lo bisa cari tahu sendiri! Dan kalau lo tanya dia ke mana, I don’t know! And I don’t care!”

  “What are you talking about, Mr. Shakalla? Ck, gue nggak percaya apapun yang keluar dari mulut lo! Dan gue akan cari Kinna! She’s not in the kos! Her friend told me that Kinna was move!”

Setelahnya Jordan berbalik angkuh. Kalla menghela napas gusar.

“That’s fool!” umpatnya tidak tahan, nyaris melemparkan remote AC di atas meja. “Baguslah kalau bitch itu beneran pergi dari sini! Paling kabur sama tua bangka-nya yang lain!”

Tepat saat itu ponselnya bergetar. Dari sebuah nomor asing. Menyebalkan sekali. Kalla tidak suka ditelpon nomor yang tidak dikenalnya. Juga tidak suka dimodusi perempuan dengan cara murahan begini. Oh, tentu saja banyak yang sering melakukan itu padanya. Karena Niko dan Dipta kerap menjual nomernya pada gadis-gadis pemujanya di luar sana. Ini sangat mengganggu privasi. Kalla biasanya akan langsung memblokir nomer-nomer itu. Tapi hari ini dia sedang kesal. Butuh pelampiasan. Sepertinya memaki-maki orang tak dikenal boleh juga.

“Siapa?!”

Dan teriakan emosi Kalla malah dibalas dengan isak tangis. Ck, siapa, sih, ini?! Belum apa-apa, lawan bicaranya itu sudah menangis-nangis. Memang Kalla apakan dia? Ck, jangan bilang ada perempuan yang mengaku-ngaku sedang hamil anaknya?! Kalla akan langsung menelpon kepolisian jika ada penjebakan seperti itu! Enak saja! Meskipun brengsek, dia tidak pernah menebar benih sembarangan! Camkan, itu!

Shit! Malah nangis lagi! Halo?! Halo! Siapa, sih?! Heh, jangan ngerjain gue, ya—”

Tangisan di ujung telpon semakin terasa. “Ha... halo... Maaf—” suara itu terdengar ketakutan, “Apa... ini... benar... benar... nomornya Ma—Mas Kalla?”

  Mas Kalla? Siapa, sih? Kalla menjauhkan ponsel di tangannya sambil mengernyit. Hanya sedikit yang memanggilnya dengan sebutan Mas. Paling juga Reval atau Starla? Dan sejujurnya Kalla benci dipanggil begitu karena rasanya sangat annoying. Sekarang tiba-tiba ada perempuan menangis dan memanggilnya Mas Kalla? Siapa gerangan?

“Iya, ini gue! Ck, mau apa?!”

“Sa... Saya...”

“Ini siapa, sih?! Ngaku nggak lo! Kalau nggak penting, gue tutup! Gue sibuk!” potong Kalla kasar.

“Jangan!” isak tangis dari sana makin kencang. “Mas Kalla... Mas, ini saya... Saya, Rumi...”

Kalla memicing. “Hah, Rumi siapa, sih? Gue nggak kenal yang namanya Rum—”

“Rumi... Rumi adiknya Mbak Kinna, Mas.”

Sontak Kalla membeku. Pertama kali dirinya mendengar suara Rumi yang lembut. Tanpa sadar mulutnya kesulitan bicara. “Ta... Tarumi?” tebaknya kemudian.

“Iya, Tarumi! Adiknya Mbak Kinna!”

Kalla tidak pernah bertemu yang namanya Tarumi. Kinna juga tidak berminat mengenalkannya pada Rumi. Kalla hanya sering mendengar cerita dari Kinna selama bertahun-tahun tentang Rumi. Sampai Kalla sempat berpikir apakah Rumi hanya adik bohongan yang diawur Kinna saja untuk menutupi keluarganya. Karena Kinna paling malas jika ditanya soal keluarganya.

Sekarang, saat Kalla benar-benar mendengar suara Rumi, rasanya Kalla masih tidak percaya. Kinna benar jika sering bercerita bahwa dia dan Rumi sangat bertolak belakang. Dan mendengar suara lembut Rumi— yang jauh berbeda dari Kinna— membuat Kalla jadi percaya.

Ah, tapi, siapuh! Ck, Kalla tidak mau berurusan lagi dengan keluarga bitch itu!

“Oh, jadi lo Tarumi! Heh, denger, ya! Mau lo Tarumi kek, siapa, kek! Gue nggak peduli! Lo salah alamat! Gue udah nggak kenal yang namanya Kinnanthi! Selamat siang—”

Sontak tangisan di seberang sana mengencang. “Mas Kalla... Mas Kalla, jangan dulu! Tolong jangan ditutup... Mas,” isaknya, “Saya mau ngomong sesuatu...”

“Ck, oke, lima menit!”

“Mbak Kinna, Mas... Tolong... Mbak Kinna mau dinikahin paksa sama Kang Jamal... Mau dijadikan istri kedua... Kang Jamal itu juragan sekaligus rentenir di kampung kami... Saya... Saya nggak tahu lagi harus minta tolong sama siapa... Mas Kalla, keluarga kami nggak punya uang untuk membayar hutang... Jadi, Mbak Kinna harus diserahkan... Huhuuu... Mas, tolong kasihani keluarga kami... Tolong Mbak Kinna, Mas... Kebahagiaan Mbak Kinna selalu direnggut...”

Dan tangis di sana terus mengencang. Kalla bisa gila rasanya. Astaga, drama apa lagi ini?

“Rumi, atau siapapun lo yang ngaku-ngaku! Jangan ngarang drama, ya! Mana ada kayak gitu! Ayo jujur, lo sengaja disuruh Mbak lo yang bitch itu, kan, buat bikin drama ini? Biar gue kasihan, iya?!”

“Demi Allah, Mas Kalla.... Demi Allah... Saya berani bersumpah, Mas Kalla... Mbak Kinna mau dinikahkan, Mas... Besok lusa... Kami nggak punya uang untuk membayar semua hutang... Jadi, Mbak Kinna yang diminta Kang Jamal... Utang kami sebesar... dua ratus juta...”

Kalla nyaris menjatuhkan cengkraman ponsel di tangannya kalau tidak segera di tahan. Keseimbangannya nyaris hilang. Segera ditahannya tubuh bersender ke tembok.

Kalla menekan pelipisnya yang mulai berdenyut sakit. “Rumi?”

“Ya, Mas...?”

“Gue pegang kata-kata lo. Kalau sampe lo nipu gue, lo tahu apa yang akan terjadi! Gue nggak segan-segan seret lo ke polisi!”

“Iya, Mas... Demi Allah...”

Sambungan itu ditutup dengan kasar. Kalla menyimpan ponselnya secepat kilat, lalu berlarian keluar dari kantor. Melajukan maserati­-nya menuju kos Kinna.

***

Keadaan kos putri milik Kinna siang itu sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. Kecuali motor CBR milik Jordan yang terparkir di depan gerbang. Ah, Kalla buru-buru memacu maserati-nya ke gang depan, Bersembunyi dari sosok Jordan yang kini tampak keluar dari gerbang kos dengan raut kecewa. Setelahnya, tak lama kemudian CBR itu menghilang.

Kalla menerka-nerka, apakah mungkin Jordan tidak mendapat informasi apapun. Tapi memang kos itu sangat sepi. Akhirnya Kalla memutar maserati-nya kembali ke depan gerbang. Jordan mungkin tidak mengenal ibu pemilik kos ini. Tapi, Kalla lumayan akrab. Jadi, dia menyusup ke rumah yang beberapa blok di belakang area kos. Milik sang ibu kos. Dan jawaban yang didapat Kalla benar-benar membuatnya nyaris gila dan terpukul.

“Loh, memang Nak Kinna ndak bilang apa-apa? Nak Kinna mau menikah di Sukabumi. Makanya kemarin Nak Kinna pamit sekaligus minta doa restu pada ibu. Nak Kinna ndak akan kembali lagi ke Jakarta. Kosnya juga sudah dikosongi.”

Tubuh Kalla hampir limbung kalau tidak segera ditahan Niko yang berlarian keluar dari marcedes putihnya. “Ya udah, Bu, makasih atas informasinya,” jawabnya sambil menyeret Kalla keluar dari area kos.

“Are you okay, dude?”

“What... what the—” rintih Kalla gemetaran sekaligus ketakutan, “gue pasti salah... salah denger, kan, Nik?”

“Cause you always being egoism! Lo nggak mau denger omongan orang lain! Selalu bertindak atas kemauan dan pikiran lo sendiri! Sekarang lo nyesel baru tahu semuanya?!”

Tapi Kalla tidak peduli pada omelan Niko. Terus meremas rambutnya frustasi. Mengingat-ingat perkataan Rumi tadi siang. Rumi. Rumi benar. Rumi tidak berbohong. Bodohnya dia tidak bisa mempercayai Kinna. Pasti ada alasan kenapa sahabatnya itu mendadak membutuhkan uang. Seharusnya... Seharusnya Kalla mau mendengarkan. Setidaknya memberi kesempatan Kinna berbicara.

“Bodoh!” makinya pada diri sendiri.

“Yeah, you’re dude!” sindir Niko, menghela napas panjang. “Jadi, gimana? Cendol beneran bakal nikah sama juragan di kampungnya? Apa dia bahagia sama keputusan itu?”

Kalla hanya menggeram dingin.

“Hey, dude?” lirih Niko lagi. “Are you sad to hear that? Gue pikir, itu udah jadi keputusan dia, karena dia tulang punggung keluarganya maybe

“Kita ke Sukabumi sekarang!”

Tentu saja Niko melotot. “What?! Kita?! Ta—tapi buat apa?! Ini bukan urusan lo—” dan melihat air muka keras di wajah Kalla, Niko langsung tahu, “Oh, please, Kal! Are you serious?!”

Kalla menyalakan gasnya, bersiap meninggalkan Niko di tepi gerbang, “Gue packing dulu. Abis itu gue ke rumah lo, Nik.”

Tawa Niko menguar penuh ejekan. “Dude, I think you— loved her!”

Tapi terlambat, mobil di hadapan Niko sudah melaju kencang. Mau tak mau, menahan frustasi, Niko masuk juga ke mobilnya. Menyusul laju maserati itu.

***

“Biar Mama tebak. Kamu pasti mau susulin Thalia ke Aussie, ya?”

Godaan sumringah Donna adalah hal yang pertama dilihat Kalla saat dirinya melangkah turun sambil menyangking tas gunungnya. Pikiran Kalla carut-marut. Makin kacau saat mendengar nama Thalia. Tapi, bagaimana? Dirinya tidak bisa tenang jika belum menemui Kinna dan menyeretnya pulang.

“Heh, ditanya juga!”

“Nggak, aku mau ke Sukabumi, Ma!” Kalla mengirimkan kecupan singkat di kedua pipi Donna, “Aku mau jemput Cendol! Mama kalau mau ke Aussie, duluan aja! Nanti aku susul kalau udah pulang dari Sukabumi, ya?”

“Loh, emang Kinna di Sukabumi? Sejak kapan, Kal?”

“Panjang ceritanya, Ma! Ya udah, aku pergi dulu, ya! Nanti bilang sama Reval, aku nggak di rumah!”

“Loh, loh, loh, Kal! Tunggu—”

Dan Kalla sudah tidak peduli pada teriakan Donna di belakang sana. Satu jam setelahnya dia sudah berada di dalam mobil yang disetir Niko. Sambil sesekali sibuk menelpon-nelpon nomor Rumi.

“Rumi jaweb dong telpon gue!”

“Sabar, dong!” tenang Niko dari balik setirnya. “Yang penting kita udah pegang alamatnya si Tante Sukma itu! Nanti pasti ketemu!”

Kalla hanya bisa mendesah panjang, menyender kasar pada kursi mobil. Ditatapnya tanjakan lereng yang mulai miring di sekitarnya. Lalu hamparan pepohonan yang mulai bermunculan.

“Akadnya hari ini?”

“Gue nggak tahu! Gue nggak tahu apa-apa, Nik!” geram Kalla frustasi, “Rumi nggak bisa dihubungi lagi! Nomernya nggak aktif, setan!”

“Keep calm, dude! Kita pasti bisa sampe sana sebelum akad! Kalau udah terlanjur—Niko meringis, “What should we do?”

“I don’t know!” lirih Kalla putus asa. “I don’t...”

“Dan kalau sampe sana sebelum akad... What are you to do?”

Jawabannya masih sama. “I don’t know.”

Kalla tidak tahu harus berbuat apa. Tidak tahu sama sekali. Apa yang dia lakukan benar atau salah. Tapi, dia hanya ingin membawa Kinna kembali pulang bersamanya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hey, I Love You!
1206      519     7     
Romance
Daru kalau ketemu Sunny itu amit-amit. Tapi Sunny kalau ketemu Daru itu senang banget. Sunny menyukai Daru. Sedangkan Daru ogah banget dekat-dekat sama Sunny. Masalahnya Sunny itu cewek yang nggak tahu malu. Hobinya bilang 'I Love You' tanpa tahu tempat. Belum lagi gayanya nyentrik banget dengan aksesoris berwarna kuning. Terus Sunny juga nggak ada kapok-kapoknya dekatin Daru walaupun sudah d...
Because Love Un Expected
21      18     0     
Romance
Terkadang perpisahan datang bukan sebagai bentuk ujian dari Tuhan. Tetapi, perpisahan bisa jadi datang sebagai bentuk hadiah agar kamu lebih menghargai dirimu sendiri.
Hidup Lurus dengan Tulus
213      188     4     
Non Fiction
Kisah epik tentang penaklukan Gunung Everest, tertinggi di dunia, menjadi latar belakang untuk mengeksplorasi makna kepemimpinan yang tulus dan pengorbanan. Edmund Hillary dan Tenzing Norgay, dalam ekspedisi tahun 1953, berhasil mencapai puncak setelah banyak kegagalan sebelumnya. Meskipun Hillary mencatatkan dirinya sebagai orang pertama yang mencapai puncak, peran Tenzing sebagai pemandu dan pe...
Waiting
1735      1285     4     
Short Story
Maukah kamu menungguku? -Tobi
Selaras Yang Bertepi
797      472     0     
Romance
"Kita sengaja dipisahkan oleh waktu, tapi aku takut bilang rindu" Selaras yang bertepi, bermula pada persahabatan Rendra dan Elin. Masa remaja yang berlalu dengan tawa bersembunyi dibalik rasa, saling memperhatikan satu sama lain. Hingga salah satu dari mereka mulai jatuh cinta, Rendra berhasil menyembunyikan perasaan ini diam-diam. Sedangkan Elin jatuh cinta sama orang lain, mengagumi dalam ...
Percikan Semangat
920      511     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
Under a Falling Star
1100      636     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
The Spark Between Us
10223      2999     2     
Romance
Tika terlanjur patah hati untuk kembali merasakan percikan jatuh cinta Tapi ultimatum Ibunda untuk segera menikah membuatnya tidak bisa berlamalama menata hatinya yang sedang patah Akankah Tika kembali merasakan percikan cinta pada lelaki yang disodorkan oleh Sang Ibunda atau pada seorang duda yang sepaket dengan dua boneka orientalnya
Magelang, Je t`aime!
680      511     0     
Short Story
Magelang kota yang jauh itu adalah kota tua yang dingin dan tinggal orang-orang lebut. Kecuali orang-orang yang datang untuk jadi tentara. Jika kalian keluar rumah pada sore hari dan naik bus kota untuk berkeliling melihat senja dan siluet. Kalian akan sepakat denganku. bahwa Magelang adalah atlantis yang hilang. Ngomong-ngomong itu bukanlah omong kosong. Pernyatanku tadi dibuktikan dengan data-d...
KUROTAKE [SEGERA TERBIT]
6449      2209     3     
Romance
Jadi pacar ketua ekskul tapi hanya purapura Hal itu dialami oleh Chihaya Hamada Ia terpaksa jadi pacar Mamoru Azai setelah foto mereka berdua muncul di akun gosip SMA Sakura dan menimbulkan kehebohan Mamoru adalah cowok populer yang menjadi ketua klub Kurotake klub khusus bagi para otaku di SMA Sakura Setelah pertemuan kembali dengan Chihaya menjadi kacau ia membuat kesepakatan dengan Chih...