Loading...
Logo TinLit
Read Story - THE YOUTH CRIME
MENU
About Us  

T H E Y O U T H C R I M E

 

16

 

TEN ANGELS tidak mengenal belajar keras sebelum hari PTS tiba tetapi bermain untuk memperkuat mental diri sebelum menjawab puluhan soal. Intinya mereka sedikit lebih santai ketimbang siswa biasa yang tentunya harus menyiapkan segalanya dengan baik. 

 

Aksan melatih kekuatan tubuhnya dengan melakukan fitness di kamar pribadi yang sudah tersedia beragam alat olahraga yang ia inginkan. Tidak perlu repot-repot mendaftar sebagai pelanggan ke pusat kebugaran atau membeli alat olahraga, semuanya sudah tersedia. Apalagi sang ayah, Martinus, kerap kali memberinya kesempatan untuk melatih otot-ototnya agar selalu bugar dan mengajak bermain bulu sepak bola bersama tetapi sekarang tidak lagi. Alasannya yakni setahun lalu Aksan sempat bermain bola sendirian, karena bosan ia malah menendang bola sekuat-kuatnya ke arah langit dan bola itu melayang-layang di udara hingga berakhir di pohon mangga alias tersangkut. 

 

Aksan tidak lupa menyetel lagu girlband Korea Selatan yang sedang hits di tahun 2018 ini seraya mencoba mengikuti irama dan gerakan tarian yang khas. Pastinya sudah pada tahu bahwa salah satu personel BLACKPINK melakukan debut dengan judul 'SOLO'. Aksan sudah lama menyimpan rahasianya yakni seorang kpopers sejati yang akan selalu menantikan lagu terbaru dari girlband favoritnya. 

 

Laki-laki bertubuh tinggi itu sontak saja mengucap lirik sembari mengingat bagaimana gerakan selanjutnya. 

 

"Igeon amu gamdong eomneun love story! Eotteon seollemdo eotteon euimido! Ho, ho, ho! Negen mianhajiman, I'm not sorry, oneulbuteo nan nan nan, BICHI NANEUN SOLO!" 

 

Aksan berusaha menyesuaikan tempo musik dengan gerakan tubuh dan lengannya agar lemah gemulai layaknya penari Bali yang terkenal dengan ketajaman matanya yang memesona serta menghafalkan lirik yang selalu membuatnya ketagihan. 

 

Setelah menyelesaikan fitness selama hampir dua jam dan tarian modern yang melelahkan, Aksan pergi ke kolam renang untuk menyegarkan badan. Ia bertelanjang dada, hanya mengenakan celana berwarna keabu-abuan dan bermain air sepuasnya. Sesekali melakukan renang gaya kupu-kupu yang masih terbilang sulit. Cukup aneh dengan kolam renang seluas lapangan basket di SMANJA itu hanya digunakan oleh seorang anak laki-laki saja. Aksan bisa saja mengundang anak-anak Ten Angels untuk berenang bersama tetapi pada dasarnya ia introvert. Benci keramaian tetapi juga benci kesepian. 

 

"Meskipun aku punya harta lebih dari cukup tetapi aku tak merasa bahagia …." Lirih Aksan sembari menutup matanya, menyelam dalam relung hati yang tak bisa diucap lewat kata-kata.

 

"Kalau begitu Aksan, maukah membagi-bagi harta yang lebih dari cukup itu kepada orang yang membutuhkan? Supaya kamu bisa bahagia?" celetuk sang Ibu, Marissa yang baru datang dari bekerja. Omong-omong ia merupakan seorang desainer handal yang bekerja di perusahaan butik, salah satunya sebagai brand ambassador. 

 

"Ah, Ibu. Itu cuma omong kosong."

 

Marissa yang mengenakan topi jerami itu duduk bersebelahan dengan Aksan di pinggir kolam renang sambil bermain air. "Tapi Ibu tetap berkewajiban membuat kamu senang dan bahagia di rumah, Ayah juga. Kamu tidak marah lagi sama Ayah kan?"

 

Aksan terdiam sebentar lalu senyum lagi. "Tidak kok, Bu. Aku lapar!" 

 

Mereka berdua melangkah masuk menuju dapur, Aksan menunggu di meja makan sesekali memainkan ponsel genggamnya. Marissa menghangatkan soto ayam yang baru dibelinya tadi sore dengan seporsi nasi. Bagi kaum konglomerat seperti mereka makanan bukan yang utama tapi rasa dan aroma mewakili bagaimana kehidupan orang kaya. Sebab makanan yang biasa-biasa saja akan terlihat mewah ketika berada di atas piring seharga jutaan rupiah. 

 

Marissa menuangkan segelas teh tawar. "Minggu depan kamu PTS kan?"

 

"Ya. Nanti ayah akan mengantar Aksan ke tempat bimbel seperti biasa."

 

Bimbingan belajar, bagi Aksan sudah seperti guru sendiri. Ia tidak perlu lagi repot-repot dalam berlatih soal, mencatat poin-poin penting atau apa pun itu. Sebab bimbel akan memberikan semua yang dibutuhkan oleh siswa dengan finansial yang berkecukupan. Ada barang, ada harga.

 

***

 

Para siswa-siswi tidak henti-hentinya berdoa dalam hati agar selalu diberikan jalan dan harapan selama mengerjakan soal dan tidak ada halangan berarti selama PTS terlaksana. Kelas 11-A tampak berbeda dari kelas lain, mereka lebih santai dan pasrah kalau mendapat nilai dibawah KKM. Kenapa demikian? Sebab mereka lebih baik malas belajar daripada malas mengurusi pacar yang selalu minta kasih sayang dan uang, kalau tidak diberi maka ujung-ujungnya akan ditendang. Sebagai lelaki sejati, siapa yang mau melihat kekasihnya marah-marah padahal belum sampai ke kursi pelaminan? Ah, jangan diperpanjang deh kayak jalan tol. 

 

Aksan tampak sangat santai, sementara Adelia dengan keringat bercucuran membaca buku fisika berulang kali sampai kepalanya pusing, tidak mampu menyerap semua materi yang ada. Di hari pertama saja sudah dihajar dengan soal-soal fisika belum lagi matematika. 

 

07.30 AM

 

"Selamat mengerjakan!"

 

Mahendra mengawasi ruang kelas 11-A bersama Ibu Asih, selaku guru mata pelajaran IPA yang selalu memakai masker. Meski namanya 'Pengawas' tetapi mereka berdua tidak benar-benar mengawasi para siswa. Kadang hanya melihat-lihat lalat yang sedang beterbangan atau angin yang masuk lewat celah jendela. Setidaknya para guru bisa menikmati suasana kelas yang hening dan sunyi sebab semua siswa akan mengaktifkan mode bisu. 

 

Tatapan tajam dari Ibu Asih seketika membuat anak-anak sedikit ketakutan. Hanya terdengar suara pulpen dan kertas yang sedang digeser atau dibolak-balik. Mahendra bangkit dari duduknya, mengelilingi para siswa yang fokus dengan lembar jawabannya masing-masing. 

 

Ketika memandangi Aksan, Mahendra sedikit menaikkan alisnya. Di lembar jawaban itu dentitas sudah terisi tetapi pilihan ganda belum terisi sama sekali. Mungkin anak itu sedang asyik berpikir dulu, toh waktunya masih banyak. Mahendra mengelilingi area pojok kelas di mana Adelia sedang menulis simbol silang di lembar jawaban dengan perasaan penuh tegang dan tidak nyaman. 

 

Anak-anak lain mencoba menyontek dengan elegan, memberi jawaban lewat kode jari tangan ataupun lewat reaksi tertentu demi nilai tinggi dan tidak menyentuh nilai KKM. Ibu Asih merapatkan tangannya ketika menatap seorang laki-laki. "Hei, kamu! Iya, kamu! Membungkuk kayak begitu nggak ada gunanya, Ibu tahu kamu lagi nyontek!"

 

Mahendra diam saja melihat tingkah anak-anak di luar nalar yang masih berjuang ditengah PTS. Dia lantas melontarkan pertanyaan untuk menarik perhatian sebab ruang kelas seketika riuh. "Ada yang sudah selesai?"

 

Laki-laki yang berada di deretan bangku paling depan mengangkat tangan dan area belakang kelas. Total ada tiga orang yang sudah selesai dan mereka dipersilakan untuk keluar dari kelas agar tidak mengganggu siswa lain. Ibu Asih tersenyum sinis ketika melihat lembar jawaban yang ada diatas meja. "Pak Hendra, ketahuan. Ketiga anak itu rupanya punya kunci jawaban karena itulah semua pilihan ganda mereka sama dan selesai dalam waktu yang cepat. Tapi Anda mau tahu yang sebenarnya? Kunci jawaban itu banyak salahnya!" ujarnya sembari terkekeh. 

 

Mahendra menyembunyikan senyumnya dibalik tangan. "Usaha yang dilakukan tanpa doa ialah buta. Mereka benar-benar tidak bisa menggunakan logika dalam mengerjakan PTS dan menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai tinggi tanpa repot-repot berpikir. Kita tunggu saja hasil akhirnya, Bu."

 

"Sepuluh menit lagi!" pekik Ibu Asih menatap jam tangannya yang telah menyentuh pukul sembilan pagi. 

 

Di penghujung waktu ini para siswa kembali melihat lembar jawaban yang sudah terisi, membaca soal kembali ataupun melirik kiri-kanan untuk meminta jawaban itupun kalau diberi. Mahendra melipat tangannya sembari melihat Aksan yang mulai mengisi semua lembar jawabannya. Sepertinya ia lebih suka mengejar waktu disaat-saat kepepet seperti ini. 

 

 

Area pintu gerbang SMANJA dipadati oleh para siswa berseragam abu-abu yang berlalu-lalang membawa sepeda motor, dijemput oleh orang tuanya dengan menggunakan mobil bermerek APV atau Porche dan ada juga yang berjalan kaki melewati kerumunan siswa berseragam merah putih, anak-anak SD yang biasa mengerumuni pedagang cilok dan es potong. Karena jam pulang kedua sekolah berbarengan, maka tak heran bila kali ini jalanan penuh dengan anak sekolah, begitu padat seperti semut. Para guru dengan rendah hati memberi kesempatan bagi para siswa-siswi untuk pulang lebih dulu. 

 

Di area parkir motor, Mahendra tampak diam memandangi gerbang sekolah yang masih dipenuhi oleh sekumpulan laki-laki kelas 12. Mereka tampaknya lebih suka pulang bersama daripada sendiri-sendiri karena ada saja kisah yang dibicarakan ketika berada di sekolah maupun di perjalanan pulang menuju rumah. Daripada diam, bisa dibilang Mahendra sedang memantau pergerakan warga sekolah. Dia fokus menatap seorang satpam yang sedang mengarahkan anak-anak menyeberang jalan terutama siswa SD Permata Raya. 

 

"Hei, nanti pulangnya beli alkohol yuk!"

 

Samar-samar Mahendra mendengar percakapan ketiga lelaki yang saling merangkul bahu. Pramoedya, Egy dan Viki ialah siswa kelas 12-E yang sempat dihebohkan dengan berita hilangnya mereka bertiga selepas acara ulang tahun SMANJA. Entahlah, apa mereka benar-benar hilang atau hanya sekadar iseng agar mendapat perhatian. Intinya mereka baik-baik saja meski sedikit gila.

 

Ketiga lelaki itu berjalan melewati pintu gerbang SD. Mereka tampak mendekati seorang anak laki-laki kecil yang sedang menunggu jemputan orang tuanya dengan tatapan kosong. Pramoedya mengganggu anak itu, diikuti kedua temannya. Bukan hanya mengganggu, mereka juga membully dan memeras uang dari saku anak itu. Ia tak bisa berbuat banyak hanya mampu diam saja. 

 

Setelah ketiganya puas membully akhirnya memutuskan untuk pergi. Mahendra mendekati anak beragam SD yang ia kenali itu, Jayadi. "Jaya, bagaimana kabarmu hari ini?"

 

Jayadi tersenyum mendengar sosok pria yang pernah menyelamatkannya dari maut. "Pak Hendra! Kabar saya masih hidup! Hehehe."

 

"Jaya, kamu kehilangan uang ya?"

 

"Ah, kok Bapak bisa tahu? Jangan-jangan ...."

 

"Ya, Bapak melihat semuanya. Jayadi, jangan takut ya. Bapak yakin ketika kamu diganggu dan merasa tersakiti, tidak apa-apa. Itu malah membuatmu jadi lebih kuat daripada mereka!"

 

"Jadi lebih kuat? Seperti ... Superman?"

 

"Intinya sih begitu. Omong-omong, terimalah! Semoga besok kamu tidak sedih lagi, mana senyumnya?"

 

Jayadi menunjukkan deretan giginya yang putih dan memeluk Mahendra. "Terima kasih banyak Pak!"

 

"Apa warna hari ini, Jaya?"

 

Jayadi seketika tak mampu berkata-kata. Ia menatap sekilas ke arah wajah Mahendra yang dihantui rasa penasaran. Bibirnya bergerak kemudian. "Hitam. Pak, saya sudah dijemput! Dadah!"

 

Mahendra melambai-lambaikan tangannya, mengucap salam perpisahan. Dia tahu bahwasanya anak yang sedang tersenyum sejatinya sedang menyembunyikan lukanya yang teramat dalam. Tidak ada yang pernah tahu seberapa dalam luka itu, intinya benar-benar tidak diketahui. 

 

Hitam. Itu berarti ia masih merasakan sakit yang sama semenjak pertemuannya yang pertama kali. Semoga besok Mahendra bisa bertemu dengannya lagi, sekadar bertanya kabar atau apa saja yang sudah terjadi hari ini.

 

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Are We Friends?
4228      1269     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
The Last tears
955      542     0     
Romance
Berita kematian Rama di group whatsap alumni SMP 3 membuka semua masa lalu dari Tania. Laki- laki yang pernah di cintainya, namun laki- laki yang juga membawa derai air mata di sepanjang hidupnya.. Tania dan Rama adalah sepasang kekasih yang tidak pernah terpisahkan sejak mereka di bangku SMP. Namun kehidupan mengubahkan mereka, ketika Tania di nyatakan hamil dan Rama pindah sekolah bahkan...
My Doctor My Soulmate
123      110     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Our Different Way
5542      2118     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
AKSARA
6613      2238     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Story of April
2610      926     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Denganmu Berbeda
11442      2894     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
Allura dan Dua Mantan
4731      1367     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
ARMY or ENEMY?
15076      4225     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Bus dan Bekal
3349      1528     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...