Read More >>"> KataKu Dalam Hati Season 1 (Bab III - KITA PUTUS) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KataKu Dalam Hati Season 1
MENU
About Us  

Keesokan harinya aku sudah bangun pukul 4, aku segera menuju meja belajar dan mengulas kembali apa yang sudah ku pelajari tadi malam. Aku menulis berulang-ulang, karena aku berpikir usaha tidak menghianati hasil jadi aku melakukan yang terbaik di setiap segala sesuatu. Aku yakin hari ini aku akan menyukseskan ujian ku dan aku berharap hari ini aku mendapatkan keberuntungan, kata ku dengan diri ku sendiri. Setelah pukul 6 aku segera turun dan mandi, tidak lupa aku sarapan dan kembali naik ke kamar untuk mengambil tas dan turun kembali untuk berangkat ke sekolah. Tidak lupa aku berpamitan dengan Mama, setelah pukul 7 aku segera berangkat.

Dalam perjalanan yang sudah cerah, aku melihat angin yang hangat berhembus menandakan hari ini adalah hari baik dan penuh semangat. Aku juga melihat beberapa orang yang sedang berolahraga di jalanan. Aku juga berpapasan dengan anak sekolah lain yang sama-sama berangkat pada hari itu. Setelah beberapa menit aku segera sampai di sekolah dengan beberapa anak-anak lain yang masih ada di parkiran. Aku segera memarkirkan motorku dan bergegas menuju ke kelas. Ketika aku melewati kelas Mila pagi itu, aku sudah melihatnya yang sibuk dengan buku materi pada jam pertama ujian, aku juga melihat Alex yang sedang belajar dengan teman-teman yang lain, jadi aku memutuskan untuk melewatinya saja tanpa menyapa. Setelah itu aku menuju ke kelas dan melihat Yuna dan Tya yang juga fokus belajar. Melihat mereka belajar aku jadi bersemangat hari ini.

Ting . . . Ting . . ., bel pun berbunyi.

Semua anak-anak segera masuk untuk mengikuti ujian terakhir minggu ini. Semua terlihat hikmat dan tertib, namun setelah Guru pengawas keluar semua begitu gaduh. Ada yang mencari jawaban ke sana-sini, ada juga yang membagi-bagikan jawaban dengan kertas kecil. Aku hanya tertawa karena aku juga melakukan itu untuk membantu Yuna dan Tya, menanyakan nomor berapa yang belum di jawab dan memastikan untuk dapat selesai bersamaan. Setelah beberapa menit berlalu kami pun selesai sesuai dengan prediksi ku. Kami segera keluar dan menghampiri kelas Mila yang di mana Mila belum selesai mengerjakannya. Seperti biasa Tya selalu mencatat jawaban jadi kami membantu Mila dari luar.

Aku hanya bisa menatap laki-laki yang duduk di sebelah Mila walau terhalang satu sekat untuk di duduki Kakak Kelas, namun aku tetap melihatnya. Dia begitu bingung yang membuat ku merasa ingin membantunya,

“Lex, nomor berapa yang belum?” tanya ku pelan sambil berdiri di samping pintu.

“Nomor 11, 12 dan 13!” katanya dengan pura-pura tidak menghiraukan karena dia duduk di meja depan urutan ke 2 dari pintu keluar.

Aku pun segera memberinya jawaban dan membantunya lagi dan lagi bergantian dengan Mila. Tidak lama Tya memperingati ku,

“Han ada Kak Sarah, jangan bicara dulu sama Alex!” kata Tya dengan sangat pelan. Kak Sarah pun lewat dengan mengatakan

“Ohhh, jadi gitu ya caranya dapat perhatian?” kata Kak Sarah dengan keras.

Hingga Mila pun mendengarnya dan melihat ke arah ku. Perkataan Kak Sarah sangat menyinggung ku, dia tidak henti-hentinya mengatakan hal yang tidak di pikirkan terlebih dahulu. Aku merasa Kak Sarah mengawasiku. Tidak lama Mila pun keluar dan mempertanyakan apa yang sudah di ucapkan Kak Sarah pada ku.

 “Gue heran, sama si Sarah dia sensi banget sih jadi orang!” kata Mila.

“Iya, rasanya pengen gue tarik rambutnya lagi kayak kemarin!” kata Yuna.

“Bukannya lo yang di tarik rambutnya ya?” kata Tya meledek.

“Iya sih, tapi enggak papa lain kali akan gue tarik rambutnya kalau ada kesempatan,” kata Yuna.

“Apa sih kalian tuh, biarin aja enggak usah di urusin emang dia orangnya gitu!” kata ku.

“Hem, lo tuh sabar banget deh!” kata Mila.

“Terus gue harus gimana?” tanya ku.

“Kemarin waktu Kak Jerry ngobrol sama gue di parkiran, dia tanya tentang Alex!” imbuh ku.

“Hah, serius?” kata Mila.

“Iya,” jawabku singkat.

 “Terus lo ngomong apa Han?” tanya Tya.

“Gue enggak bilang apa-apa,” jawabku.

“Wahh, seharusnya Kak Jerry tuh yang jelasin apa maksudnya meluk Kak Sarah di depan lo, malah tanya Alex. Dasar aneh!” kata Yuna.

“Dia bilang enggak ngelihat gue,” kata ku.

“What? kayaknya matanya emang dah Buta deh!” kata Mila.

“Wahh . . .  bikin aku emosi aja!” kata Yuna.

“Keterlaluan banget sih Kak Jerry, bisa-bisanya lo bertahan sama orang kayak gitu!” kata Tya.

 “Sebenernya dia enggak gitu kok orangnya, tapi entah kenapa dia berubah sejak masuk SMA,” kata ku.

“Enggak usah di bela deh!” kata Mila sebal.

“Enggak sih Mil, gue enggak bela cuma kenyataannya aja,” kata ku.

“Yang sabar ya Han!” kata Tya.

Mereka pun segera menyemangati ku dan membuat ku bisa menerima kenyataan tentang Kak Jerry, walaupun aku tahu mereka tidak suka. Waktu pun cepat berlalu dan ujian untuk jam ke dua pun di mulai, semua murid kembali masuk setelah bel berbunyi dan menempatkan diri di meja masing-masing. Ujian berlangsung dengan sangat cepat dan seperti biasanya, tidak ada yang ketahuan mencontek, karena semua murid sudah ahli dalam melakukan itu. Tidak lama kami keluar dan ku lihat Mila sudah duduk di depan menunggu kami. Akupun menghampiri Mila dan kamipun mengobrol di depan kelas sebentar. Namun dari jauh aku melihat Cantika berlarian kearah ku dengan wajah yang sangat panik,

 “Ada apa Cantika?” tanya Mila dengan wajah ikutan panik.

“Hah, hah, pacar lo Han di parkiran datengin Alex!” kata Cantika dengan tubuh terengah-engah.

“APA?” kata Tya dan Yuna.

Tanpa berpikir panjang aku segera berlari ke parkiran, aku sudah tidak bisa memikirkan apa yang harus ku perbuat, aku hanya ingin menjaga diri ku untuk tidak menangis. Aku benar-benar panik, khawatir sekaligus marah dengan diriku sendiri. Aku memikirkan Alex orang yang ku sukai dan memikirkan Kak Jerry orang yang ku jagai selama ini. Aku berlari dengan pikiran yang kacau. Aku hanya mendengar derapan sepatu sahabat-sahabat ku yang berlari mengikuti ku. Suara sudah terdengar dari jauh,

 Gubrak . . ., suara jatuh seperti seseorang terdorong dan menabrak sesuatu. Ku mohon jangan Alex, kata ku dalam hati. Sesampainya di tempat kejadian semua orang sudah berkerumun dan ku lihat Alex sudah berada di bawah dan menabrak beberapa motor karena dorongan Kak Jerry, disisi lain ada Hugo dan beberapa teman Alex yang terpancing emosi, namun ada Hito dan Fadi yang memisahkan mereka. Tanpa pikir panjang aku segera masuk ke arah kerumunan dan berdiri di tengah-tengah dengan tangan gemetar, tanpa pikiran dan hanya dapat melihat Alex yang berdarah di bawah bibirnya. Aku tidak bisa mengatakan apapun, aku menghampirinya, melihatnya yang terluka membuat hati ku sakit dan lagi-lagi mata itu menatapku, mata yang tidak bisa ku hindari. Tatapan yang membuat ku bahagia, tatapan yang membuat ku ingin sekali melindunginya. Dia pun hanya berkata

“Enggak papa Han!” kata Alex dengan pelan karena sudah melihat ku yang hampir menangis menatapnya. Tidak lama Hugo pun membangunkan tubuh Alex yang berada di bawah dan membangkitkannya.

Di tengah kerumunan aku melihat Kak Jerry yang tersenyum puas,

“Apa-apaan kamu?” kata ku.

“Hei Han, aku tahu kamu suka kan sama Alex, kamu selingkuh kan sama dia?” kata Kak Jerry dengan keras.

 Aku pun mendekati Kak Jerry, menarik kerahnya dan berbisik

 “Aku memang menyukainya, tapi aku enggak selingkuh asal kamu tahu itu!” kata ku dengan tegas dan marah.

“Terus apa? kata Sarah kamu selingkuh sama dia!” kata Kak Jerry dengan nada emosi.

“Sarah? Buktinya mana? Kakak punya bukti aku selingkuh sama Alex, Hah? Seharusnya Kakak mikir! Kakak pelukan sama Kak Sarah di depan ku! Kakak yang ngasih jaket kakak ke Kak Sarah karena dia suka, atau aku yang tanpa bukti Kakak tuduh selingkuh? Mana yang salah?” kata ku di depan semua orang yang melihat kejadian itu.

Suasana semakin gaduh ketika teman-teman Kak Jerry memberikan provokasi. Aku melihat wajah Kak Jerry yang sudah sangat menyeramkan, aku sudah tidak bisa mengenalinya, bahkan aku serasa asing. Akhirnya aku diam sejenak dan berkata setelah mencerna semua yang terjadi,

“Sepertinya kita sudahi saja semua ini, keadaan yang membuatku semakin muak, mari . . ., kita putus!” kataku pelan sambil meneteskan air mata yang sudah meluap karena kesal.

“Hah, apa putus? Wahh, kamu bener-bener!” kata Kak Jerry yang sudah sangat emosi. Tiba-tiba tanpa aku sadari tangan Kak Jerry mengayun ke arah ku. Aku melihatnya dengan wajah yang sangat marah itu, tangan yang semakin lama- semakin dekat itu mengayun seakan waktu memperlambat dirinya.

Mungkin ini memang sudah takdir jika orang yang selama ini ku pertahankan ingin menyakiti ku dan mungkin sudah wajar aku menerimanya. Aku hanya terdiam dan menutup mataku, memasrahkan diri untuk menerima hantaman itu, sembari air mata ku menetes. Namun tiba-tiba tangan itu menarik ku dengan cepat dan membiarkan aku terbenam ke dekapannya, aku merasakan debaran jantung yang berlari cepat. Rasa yang begitu hangat, seakan waktu terhenti begitu saja dan dia menyelamatkan ku. Dia memelukku erat dan berjalan mundur membawaku ke tempat aman, yang dimana semua orang melindungi kami dari kemarahan Kak Jerry. Termasuk Mila yang ku dengar mengatakan

“Lex, bawa Hanna ke tempat aman, ini sudah tidak bisa di biarkan. Yuna, Tya panggil Guru BP!” kata Mila.

Masih dan masih dalam pelukannya, dia memelukku erat dan mengelus rambut ku sambil berkata,

“Sudah tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja, sudah jangan menangis,” kata Alex dengan suara yang lembut. Akupun membuka mata ku dan menatapnya dan lagi-lagi mata itu. Waktu benar-benar berhenti di tengah kegaduhan yang terjadi, jantung ku berdebar cepat, aku tidak bisa memikirkan apapun. Rasanya aku pasrah saja dengan keadaan yang begitu memaksa ku untuk menerima semua yang terjadi. Aku hanya bisa menanyakan apakah dia baik-baik saja. Dengan cepat aku membuka tas ku, ketika kami sudah berada di samping parkiran dan mengambil tisu basah untuk mengelap luka yang berada di sudut bibirnya dengan pelan.

“Aah, sudah Han gue enggak apa-apa kok!” kata Alex sambil tersenyum.

“Maaf ya gara-gara gue, kamu jadi kayak gini,” kata ku.

“Enggak apa-apa santai . . .,” kata Alex.

Tidak lama aku melihat Guru Bp keluar dan memanggil Kak Jerry dan teman-temannya. Aku berharap semuanya selesai dengan baik, baik untuk semuanya.

“Terimakasih . . .,” kata ku pada Alex yang duduk di sampingku.

“Iya, sama-sama,” kata Alex.

Tidak lama Mila, Yuna dan Tya pun menghampiri ku. Tidak hanya itu Hugo juga menghampiri Alex dan memintanya untuk pulang. Kamipun berjalan menuju motor masing-masing, dengan mata yang masih sembab karena menangis, aku menoleh ke belakang, ingin sesekali memastikan apakah dia baik-baik saja. Namun air mata ini menetes lagi ketika Alex melihat ku dan duduk di motornya dan berkata

“Sampai jumpa . . .,” katanya dengan pelan dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.

 Aku hanya membalasnya dengan senyuman dengan air mataku yang masih terus mengalir. Akhirnya kami semua pulang ke rumah masing-masing dengan pelukan hangat sahabat ku mengakhiri kejadian ini dan meminta ku untuk segera istirahat di rumah. Aku masih sangat syok dengan kejadian hari ini, aku memikirkan Alex dan hanya Alex.

Dalam perjalanan aku menatap langit yang begitu cerah, yang masih saja cerah dan membiarkan ku melaju dengan selamat. Sesampainya di rumah aku segera naik ke kamar, membuka jendela dan melihat pesan notifikasi dari sekolah.

Pengumuman, kepada semua siswa. Saya selaku Kepala Sekolah mengucapkan selamat, karena kalian sudah melakukan yang terbaik dalam ujian dan selamat kalian sudah dapat menyelesaikannya dengan semangat yang luar biasa. Dengan ini maka pihak sekolah akan membebaskan kalian dan mengumumkan bahwa libur semester akan di tambah menjadi 2 minggu 3 hari. Maka dari itu di mohon jaga kesehatan kalian. Salam semangat, kalimat pesan dari sekolah.

Waktu cepat berlalu, setiap kenangan yang ku buat itu bukanlah kesalahan. Setiap tindakan yang ku lakukan itu muncul sendiri dalam benak dan pikiran ku Aku termenung melihat pengumuman itu dengan jendela yang masih terbuka, angin yang berhembus, membuat ku membayangkan dirinya. Apakah aku bisa, tidak bertemu dengan mu? kata ku dalam hati sambil meneteskan air mata dan menghadap ke jendela. Mungkin aku akan kesulitan, mungkin aku akan merindukanmu sendirian dan akan meratapimu dalam kesepian.

Kita tidak akan bertemu dalam keadaan yang sama lagi, mungkin tidak akan sedekat kali ini atau malah sebaliknya kita menjauh pelan dan pergi, karena sadar diri. Namun aku berterimakasih padamu sudah memberiku kenangan yang membahagiakan dan sudah bersikap baik pada ku. Aku berharap jika semester depan bertemu, mari bertemu dalam keadaan yang lebih baik. Mari bertemu dengan senyuman ceria dan tatapan yang membuat ku tak bisa lupa. Aku akan menyimpan perasaan ini dengan baik karena itu Kamu, tanpa harus kamu tahu dan tanpa harus kamu mengerti.

Entah akan berakhir kapan, aku tidak pernah tahu, karena bagi ku mengagumi mu adalah aah aku tak bisa mengatakannya. Adakala dimana aku goyah karena jantung ku berdebar saat bersamamu, karena sikapmu, karena aku selalu bertemu dengan mu. Membuatku menyadari bahwa perasaan itu tumbuh dengan sendirinya dan aku mulai mengerti bahwa aku menyukaimu, namun aku berharap masih bisa melihat mu atau hanya sekedar bertemu.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Biru dan Kamu Abu
572      325     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Aku Benci Hujan
4934      1401     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Aku Istri Rahasia Suamiku
8206      1886     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Let's See!!
1492      727     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Under a Falling Star
707      434     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Love Al Nerd || hiatus
99      76     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
I'm not the main character afterall!
912      467     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
Rewrite
6481      2178     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Play Me Your Love Song
3079      1258     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Listen To My HeartBeat
416      254     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...