(Suara hening di kelas).
“Hanna?” teriaknya.
Seorang siswi memanggilku sambil melambaikan tangannya di depan mukaku yang sejujurnya aku sedang melamun ketika pelajaran di mulai. Tidak hanya itu 2 siswi yang duduk di depan ku bahkan memutar tubuh mereka, karena suara Mila yang begitu keras membuat mereka ingin tahu apa yang terjadi.
“Emm, yaa Mil kenapa?” kata ku dengan kaget dan baru saja tersadar dari lamunan itu.
“Lo ngelamun apa sih? Dari tadi diam saja? Apa yang lo lihat? Apa ada yang aneh di Tya?” kata Mila heran.
“Wah, emang ada yang aneh ya di rambut gue?” kata Tya yang duduk di depan ku dan mendengar obrolan ku dengan Mila.
“Coba sini gue lihatin!” kata Yuna yang duduk di sebelah Tya yang dari tadi juga memperhatikan apa yang terjadi.
“Wah, enggak-enggak, enggak ada apa-apa serius deh,” jawabku dengan santai.
Mereka bertiga adalah teman sekaligus sahabatku, karena kami sudah berteman sejak kelas 1 SMP. Bahkan kami sudah seperti keluarga dan kemana-mana pasti selalu bersama. Entah mengapa jika ku lihat-lihat adalah takdir yang mempertemukan kami, dengan berjuta perbedaan dan sikap yang dapat kami terima satu sama lain. Aku bahkan tidak sempat menulis apapun pada bukuku saat pelajaran pertama dimulai dan sedikit kaget hari ini begitu cepat berlalu, bahkan aku akan masuk ke pelajaran untuk jam ketiga.
Ting- Ting- Ting bel pun berbunyi pertanda pelajaran akan memasuki jam ke tiga.
“Tuhkan sampai selesai, sini coba gue lihat catatan lo Hanna,” kata Mila yang sedikit kecewa.
“Oke,” jawabku.
“Tuh kan lo enggak mencatat apapun,” kata Mila sambil cemberut karena buku tulisku yang benar-benar bersih.
Namun suara gembira terdengar dari meja depan,
“Yes . . .,” kata Yuna yang tersenyum puas karena jam pertama dan kedua selasai.
Yuna memang orang yang santai cocok di jodohkan dengan Tya yang hampir 11/ 12 dengan nya, namun Tya sedikit feminim dan suka berfoto untuk semua moment.
“Yuhu, asik nih selesai juga (kata Tya dengan wajah senang), tapi jam ketiga akan di mulai emmm capek (kata Tika dengan wajah lelah),” kata Tya dengan ekspresi muram.
Tidak lama kemudian tiba-tiba salah satu guru Biologi masuk ke kelas,
“Hallo, ini kelas I B kan ya?” kata Bu Laila.
“Iya Bu,” kata salah satu siswa.
“Oke semua, hari ini Ibu minta tolong untuk menuliskan nomor kalian di kertas ini ya, agar dapat menghubungi kalian jika ada pengumuman penting,” kata Bu Laila dengan senyuman hangat dan ceria.
Kami semua segera menuliskan nomor kami masing-masing dan setelah selesai Bu Laila segera pergi dan mengucapkan terimakasih. Jam pelajaran ke tiga pun dimulai dan kelas begitu hening, karena kami semua memperhatikan, hingga tidak terasa jam begitu cepat dan pelajaran hampir selesai. Suara bising sudah mulai terdengar dari kelas lain, karena mungkin mereka sudah di perbolehkan untuk istirahat terlebih dahulu. Tidak lama bel pun berbunyi (Ting-Ting-Ting) kelas menjadi ramai dan tidak terkendali. Aku masih terduduk dan melihat teman-teman keluar satu persatu dan ada yang bergerombol Yah, maklum lah masih kelas 1 semester 1, Kata ku dalam hati.
“Hanna, keluar yuk,” kata Yuna yang berbicara sambil merapikan meja.
“Buruan yuk gue udah suntuk nih,” kata Tya yang sudah menanti dan bersandar pada pintu.
Dengan cepat tangan ku ditarik oleh Mila yang begitu bersemangat untuk menghirup udara kebebasan.
“Mil, sabar dehh,” kata ku sambil terburu-buru merapikan meja.
Tya dan Yuna pun segera menuju kursi yang ada di depan kelas.
“Wah, mau ke kantin malas, mau ke koperasi jauh. Sepertinya kita benar-benar jauh dari peradapan makanan,” kata Yuna dengan muka yang serius.
Setelah kami duduk di kursi depan kelas.
“Ya, gue setuju, bahkan untuk membeli makanan membutuhkan perjalanan paling tidak 15 menit, bahkan 20 menit jika kita pergi ke kantin,” kata Mila yang begitu perhitungan.
“Emm . . . sepertinya kita harus menyewa pelari untuk membelikan kita makanan,” kata Tya sambil berdiri pada tiang penyangga dengan tangannya di letakkan di atas mata karena silau melihat ke arah halaman depan kelas yang begitu gersang.
“Emm . . . sepertinya begitu,” jawabku dengan singkat.
Serentak mereka melihat ku dengan pandangan heran, karena dari tadi aku benar-benar tidak semangat dan tidak fokus. Namun akhirnya kami saling menatap dan tertawa bersama , bahkan saling melempar candaan yang memecahkan suasana, serta karena melihat muka ku yang begitu menyedihkan hari itu.
Hari cepat berlalu dan semua mata pelajaran pada hari itu telah terlewati dengan baik. Kami pun akhirnya pulang dan menunggu dengan berjalan lambat karena halaman parkir masih ramai, setelah itu kami akhirnya pulang dengan sepeda motor masing-masing. Rumah paling dekat adalah rumah Tya kemudian rumah Yuna dan paling terakhir rumah Mila.
Sepanjang perjalanan kami harus melewati warung kopi yang banyak anak-anak laki-laki berkumpul tidak hanya itu, setelah Tya berbelok menuju jalan pulang ke rumahnya, kami melewati sebuah toko yang ramai dengan anak-anak laki-laki yang bukan hanya dari sekolah kami namun sekolah lain karena berdekatan dengan SMA lain ditambah lagi ada studio Band di samping toko itu. Dalam perjalanan aku berkata dalam hati Aku tidak akan menyia-nyiakan hari-hari ku dan akan membuat kenangan bahagia, kata ku dalam hati.
Malampun tiba, aku menyiapkan PR untuk besok dan tidak lupa aku memberi kabar memalui pesan kepada Kak Jerry. Kak Jerry adalah pacar ku dari SMP dia juga satu SMA dengan ku saat ini. Entah kenapa aku masih bertahan, padahal setiap hari Kak Jerry selalu ketiduran yang menyisakan aku sendirian, tanpa membalas pesan ku. Eem . . . pasti sudah tidur, kata ku dalam hati.
Aku merasa seakan hanya aku yang memperjuangkan hubungan ini, karena aku berpikir itu dapat berubah, namun apa semua hanya kata-kata yang tertulis pada pesan saja bahkan perhatian dan sikap yang lain berbeda jauh dari kenyataan. Entah hanya perasaan ku saja atau memang seperti ini adanya dan jika di pikirkan untuk terus memberikan pengertian bahkan setiap hari sejujurnya aku benar-benar tidak bisa. Yah, karena aku pintar dalam menyembunyikan sesuatu, bahkan lebih memikirkan perasaan orang lain dari pada perasaan ku sendiri, jadi mau bagaimana lagi. Aku hanya tinggal menanti hari yang tepat, kata ku dalam hati.
Tiba-tiba ada pesan masuk ketika aku menyiapkan buku untuk mata pelajaran besok.
“Hai . . .,” kalimat pesan yang ku terima dan aku balas karena aku berpikir siapa tahu penting.
“Hai . . .,” jawab ku singkat.
Tidak lama kemudian notifikasi pesan bergetar.
“Lo Hanna kan?” balas pesan tadi.
“Iya, ini siapa ya?” balas ku.
Aku pun keluar sebentar karena ingin mengambil segelas air dan hp ku bergetar lagi pada notifikasi pesan dengan kalimat,
“Gue teman sekelas lo, Alex.”
Alex, siapa ya? kata ku dalam hati,
Aku pun hanya membalas pesan itu dengan kalimat,
“Oh . . .,” balasku karena bingung.
Setelah itu Alex pun mengirimi pesan lagi dengan kalimat,
“Oke, selamat malam.”
Aku pun merasa penasaran dengan Alex, karena aku tidak begitu memperhatikan siswa lain kalau dikelas. Aku memutuskan untuk tidur dan akan menanyakan tentang Alex pada Mila esok hari.