Aku pun terdiam sejenak seakan tak percaya, melihat Dinda yang mulai pergi meinggalkanku yang termenung seakan bingung dengan apa yang barusan terjadi, lalu terdengar suara yang tidak asing dari bawah, “kuruncuk” suara perutku yang menandakan bahwa Aku yang kelaparan. Aku lalu pergi menuju tempat parkir Motor untuk segera pulang menuju apartemen, Aku pun menancap gas dan langsung pergi menuju apartemen, Aku melewati alun-alun kota yang ramai dan dipenuhi dengan aroma makanan yang membuatku semakin tak kuat manahan kuasa lapar, suasana kota Jogja ternyata sangat damai dan membuatku nyaman di sepanjang jalannya.
Aku merasa mungkin sebaiknya Aku mulai menabung untuk membeli sebuah motor, Aku pun sampai didepan Apartemen dan menuju ke arah basement, Aku memarkirkan motor dan langsung menuju ruang pak Broto. “pak Broto, saya ingin mengembalikan kunci motor.” Pak Broto yang terkejut pun langsung melihatku dan menyambutku masuk ke ruangannya, “ wahhh sudah pulang, tadi saya juga sudah usai menjemput Wawan, dia bertanya mengenai kepergianmu terus, Bagaimana rasanya keiling Jogja dengan motor ?” Aku pun tersenyum dan mulai menceritkan perasaanku saat menaiki motor tersebut “ seru sekali pak!!, Jogja rasanya sejuk dan banyak makanan yang jadinya ingin saya coba satu-satu.” Pak Broto lalu tersenyum dan sedikit tertawa, “ Pak Broto apakah punya kenalan yang menjual motor murah ?, sepertinya saya tertarik untuk membeli sebuah motor”, “ untuk itu saya masih belum kenal, cuman saya punya saran lebih baik.Daripada membeli motor mengapa adik tidak menaiki motor bapak yang sudah lama bapak tidak pakai dirumah, nanti adik tinggal membawanya ke bengkel dan memperbaikinya saja.” Aku pun tertarik dengan saran pak Broto dan setuju dengan pendapat beliau, “ oke, besok bapak antar ke rumah ya untuk melihat motornya” Aku pun tersenyum dan berterima kasih banyak kepada pak Broto, Aku pun menitipkan uang untuk membeli bensin dan terima kasih kepada Pak Broto.
“ aduh nak, tidak usah repot-repot, saya tidak masalah membantu adik tadi.” Ucap pak Broto sambil menolak uangku, Aku pun memaksa dan ahkirnya pak Broto mau menerima uangku, “ saya pamit dulu ya pak”, “ ya nak, sampai bertemu besok.” Aku pun meninggalkan ruangan pak Broto dan menuju lantai 5. Aku pun sampai didepan kamar dan mengentuk pintu yang terkunci, “ Wan!!, buka pintunya”, “ mager!, kau meninggalkan dengan pergi sendiri, kau tau aku hampir saja terlambat!” Wawan sepertinya terlihat kesal dengan perlakukanku tadi pagi “yakin?, ga mau mendengar ceritaku dengan gadis kemarin ?” Aku lalu mendengar suara kunci yang dibuka dan langsung dibuka oleh Wawan.
“apa saja yang terjadi tadi ?” Aku pun tersenyum dan mendorong Wawan untuk masuk, “minggir, Aku ingin masak dahulu Aku lapar sekali”, “gak perlu Aku sudah membelikanmu nasi padang” ucap Wawan sambil menujukan bungkusan nasi padang. Aku pun terkejut dan mulai menaruh curiga terhadap Wawan, “ tumben, angin apa yang mengubahmu hingga bisa berbuat baik ?”, “ kata pak Broto aku harus memberikan sesuatu untuk memaafkanku, jadinya aku membelikanmu nasi padang agar kau tak perlu capek-capek masak.
”Aku pun merasa lega dan mulai mengambil piring untuk menyantap nasi padang, Wawan lalu duduk di meja makan denganku sambil membuka nasi padang yang masih panas, “jadi bagaimana dengan Gadis tersebut ?”, “ya, Aku kenalan dengannya namanya Diana orangnya kritis banget” ucap Aku menjelaskan ciri-ciri Diana, “ tadi kami berbincang tentang pertanyaan yanng cukup berat dan saling beropini, bahkan tadi doktor sastrawan dibuat pucat olehnya.
”Wawan cukup terkejut dengan ucapanku mengenai dokter Sastrawan “wow, Dokter Sastrawan datang ke tempatmu dan dibuat pucat dengan pertanyaan seperti itu, gila sih sepertinya Diana bakal sulit untuk ditaklukan. Lalu kamu sudah mendapatkan nomornya ?”, Aku pun mengangguk dan langsung menuju wastafel, Aku pun mencuci tanganku dan mengambil ponsel yang berada dalam tasku. “ini nomornya, ternyata dia satu gugus denganku.” Wawan lalu menoleh ke arah layar ponselku sambil menganggukan kepala seperti mengerti kondisi yang baik untuk memulai percakapan.
“yasudah, sekarang mulailah mengetik dan berbincang dengannya!” Aku pun kebingungan untuk mencari topik yang ingin dibahas, “Aku harus ngetik apa ini ?”, “ ketik aja, haii ini aku Ari yang tadi ngobrol denganmu, btw kamju tau besok kita akan mos dimana ?”, “ lah, Aku kan tau besok bakal mos dimana, ngapain bertanya suatu pertanyaan yang bisa dibaca dipengumuman”, “ sudah tanya saja jangan banyak komplain !!” ucap Wawan yang geram. Aku pun menulis apa yang disuruh oleh Wawan dan menunggu balasan dari Diana, “terus kalo dijawab, Aku harus jawab apalagi”, “beri dia sedikit lalucon atau gombal gitu sambil membahas sesuatu” Aku pun ditambah kebingungan dengan saran Wawan yang cukup berat, “ hah ?, kamukan tau Aku paling gak bisa memberi lalucon apalagi gombalan, bahkan kalo misalnya aku harus pun pasti bakal garing dan terlihat aneh tau!” Wawan pun mengaruk-garuk kepalanya sambil menghela nafas, “nanti ketik saja apa yang Aku bilang.” Aku pun menangguk dan menunggu balasan dari Diana, sembari menunggu Aku pun memutar lagu Slank I Miss You But I Hate dan mulai mendengarkannya sambil tiduran dilantai.
Aku pun mulai menyanyikan lagu tersebut bersama Wawan yang terlihat cukup senang dengan lagu yang kuputar, Lalu muncul suara nonaktifikasi dari ponselku, Aku pun bergegas menyalakan dan tertampang jelas Nama Diana di layar ponselku. “Besok kita akan MOS di lapangan hari pertama, jangan lupa bawa topi pak tani ya” Aku pun terkeju dan langsung melaporkan balasan dari Diana ke Wawan, “ yaudah sekarang cari topik yang berhubungan dengannya”, “ lah, kau bilang harus mengikuti kata-katamu, kok malah harus aku sendiri yang nyari ?”, “Aku belum begitu mengenalnya jadinya Aku masih tidak begitu yakin, coba bilang terima kasih dan tanya bagaimana perasaanya saat MOS tadi!” Aku pun langsung mengerjakan instruksi Wawan dan mulai mengetik “ ohh begitu, terima kasih ya, dan tadi bagaimana perasaanmu saat MOS ?” Aku pun selesai mengetik dan menujukannya kepada Wawan, Wawan yang sedang minum lalu muncrat saat melihat teks yang kutulis. “ woiii!!, kaku banget ya mas bahasanya, dikira mau nulis pidatokah ?”, “Lah, kan bagus kata-kataku apanya yang salah ?” Wawan lalu mengeleng-gelengkan kepala sambil menatapku yang terlihat katrok, lalu Diana lanjut membalas pesanku dengan teks yang sangat panjang “ya lumayan melelahkan sih, cuman aku banyak banget dapet ilmu dari alumni dan dosen yang tadi didepan, kalo kamu bagaimana ?” Aku pun berusaha untuk tidak salah menjawab dan membuat Wawan ngamuk.
“sepertinya Aku sama denganmu, Aku juga kagum sih denganmu yang berani bertanya seperti itu kepada dokter Sastrawan” Aku lalu berusaha untuk memperbaiki kesalahanku dengan balasanku tadi, Diana lalu mengetik dan membalasku lagi “ ahh biasa saja, Aku memang suka kritis dari dulu mungkin didikan papaku.” Aku pun terdiam dan terkejut dengan isi pesan tersebut, hal itu mengingatkan tujuanku yang mulai terlena karena keasikan PDKT, Aku pun memberanikan diri untuk menyanyakan mengenai Ayahnya untuk mengorek informasi lain, “ hmm, Ayahmu memangnya seperti apa ?”, “yah, begitulah, dia suka sekali meresonansi masalah-masalah publik seperti kasus korupsi, kriminal, dan lain-lainnya, yah namanya juga polisi pasti seperti itu.” Aku pun terkejut dengan pesan yang tertampang dilayar ponselku, Ternyata banyak kemiripan dengan sosok ayah yang lama dan sejauh ini tidak memberikan perbedaan yang mencolok. “ dia pasti sering mendengarkan berita dari ponsel dengan volume yang keras dan berkeliling memutari rumah seperti ambulan berjalan.”, “ ya, kok kamu bisa tahu kebiasaan ayahku ?” jeng... Aku tidak menyadari bahwa Aku keceplosan mengucapakan hal tersebut dan mulai panik untuk menjawab pesan Diana.
“Wan gawat Aku keceplosan menanyakan tentang ayahnya!” Wawan lalu bangun dan langsung melihat layar ponselku, “yasudah bilang padanya bahwa itu hanya feeling dan berikan dia pertanyaan yang menurutmu bisa membuat dia tertarik, dia orangnya kritiskan cocok denganmu.”, “Aku harus bertanya tentang apa ?”, “ terserah, yang penting bisa menutupi kecepolsanmu” Aku pun terdiam dan mulai memutar otak untuk memberikan pertanyaan yang menurutku sulit.
“hanya feeling saja dan BTW kamu suka dengan kisah cinta pocong dan kuntianak gak ?”, Wawan lalu menoleh ke arah layar ponselku dan langsung geram, “ gak taulah!!, capek Aku mending aku menelepon pacarku saja” ucap Wawan sambil masuk kekamar dan mengunci pintu. Aku pun tertawa dengan tingkah laku Wawan dan ingin langsung menghapus pesan yang ku kirim, lalu muncul balasan Diana yang menarik perhatianku, “hahaha, kenapa nanya begitu sih random banget ?” balasan Diana mulai membuatku sedikit tersenyum dan mengembalikan semangatku untuk berbincang dengannya untuk waktu yang lama. “maaf, Aku tidak terbiasa mengobrol dengan gadis, apalgi gadis canik sepertimu hahah.’’, “ ooh sudah mulai bisa gombal ya, tapi tidak segugup itu, kok berbincang denganmu aku cukup terasa nyaman kok” Aku pun cukup tenang dengan balasan yang diberikan Diana, Aku mulai mencari topik yang diajarkan oleh Wawan dan teringat dengan selera lagu.
“oh ya kamu tau lagu slank gak ?”, “ wahh kebetulan aku salah satu slanker suka pake banget sama lagu-lagunya” Aku cukup terkejut dengan apa yang ku baca, ternyata Aku dan Diana lebih cocok dari yang terlihat, “ waow, Aku gak nyangka sih karena selera musikmu cukup sama denganku”, “ aku juga gak menyangka hal itu, aku suka banget sama lagu Kamu Harus Pulang, nadanya enak banget dan nyaman didengar saat sedang berpergian” Aku cukup setuju dengan apa yang di sampaikan dengan Diana lagu tersebut memang enak untuk didengarkan saat bersama pasangan dimalam hari yang harus terpisah oleh waktu. “ kalo aku sih suka dengan lagu terlalu manis, manisnya sama dengan orang yang membaca pesan ini, semanis pesan bulan yang tak tersampaikan kepada malam.”
Aku pun tersenyum tak menyangka bisa menulis pesan tersebut sambil menari-nari saking bahagianya menyambut hati yang berdetuk kencang. “hahahah lucu juga, oh ya Aku tau dimana tempat yang memutar lagu-lagu tersebut.” Aku pun membaca dengan seksama mengenai pesan yang disampaikan oleh Diana berbarengan dengan Wawan yang selesai berbincang dengan pacarnya, Wawan melihatku seperti orang yang kurang waras dengan tertawa cekikikan, “ sehat mas ?, apa yang kau tulis ke Diana hingga kau terlihat seperti seperti orang gila ?” Aku pun menujukan isi pesanku kepada Wawan dan hal tersebut membuatnya tersenyum. “itu code Ari, cepat ajak dia untuk pergi ketempat itu, Kau punya tiket emas untuk semakin dekat dengannya!!” Aku pun menawarkan diri untuk mengajaknya ketempat tersebut, namun sepertinya pesanku tidak dibaca oleh Diana, namun perkembangan yang Aku alami terasa cukup membuahkan hasil besar Aku pun melanjutkan berbincang dengan Wawan sambil menunggu balasan dari Diana.
Setelah menunggu sekitar 30 menit lamanya muncul pesan dari Diana, “ boleh, bagaimana kalo kita melakukannya setelah ospek mungkin hari sabtu depan cukup asik untuk kita ketemuan” Aku pun langsung menepuk tangan dengan Wawan karena berhasil sukses dengan rencana yang kami buat, “ baiklah sabtu depan, dan sepertinya habis ini Aku harus tidur untuk ospek besok, sampai bertemu besok hari” Aku pun langsung mematikan ponsek dan bersiap untuk ospek besok, Aku tidak sabar menunggu untuk sabtu depan saat memulai rencana tahap dua.
P mabar
Comment on chapter the most beautiful present